Chap 8: Sebuah Kesepakatan

32.9K 986 22
                                    

Hal pertama yang didapati Milly ketika pintu itu telah terbuka adalah penampilan Elena yang tampak agak berantakan. Rambutnya dicepol sembarangan. Blouse pinknya terlihat compang-camping. Muka temannya itu memerah.

"Maaf aku baru bisa membuka pintu sekarang. Tadi aku sedikit mengatasi sesuatu hal," jelas Elena ngos-ngosan, membuat Milly mengernyit.

"Apa kau terjatuh?"

Elena tertawa. "Tidak Milly."

"Aku mendengar suara-"

"Tidak. Tidak ada apa-apa Milly," potong Elena cepat. Kemudian melebarkan pintunya dan mempersilahkan Milly. "Masuklah."

Milly pun masuk ke dalam aparteman sederhana Elena. Ia lalu bertanya pada Elena. "Jadi untuk apa kau memanggilku?" Pandangannya kemudian berhenti pada satu titik. Kepada lelaki yang tadi dilihatnya di kedai.

Lelaki itu sedang duduk di sofa. Membungkukkan punggungnya dengan kedua siku menumpu lulut dan tangan saling bertautan, memandangnya dengan dingin. Rambutnya terlihat awut-awutan. Kemeja merahnya tampak lusuh dan berantakan.

Milly mengerjap bingung.

Kenapa penampilan Elena dan lelaki itu sama-sama terlihat kacau? Apa yang baru saja mereka lakukan? Apa Elena habis mengamuk hebat dengan kekasihnya? Mungkinkah ini ada kaitannya dengan persoalan heboh di kedai?

"Aku ingin mengenalkanmu pada Andez. Kau tadi tidak sempat berkenalan dengannya bukan?"

"Kau akan menikah dengannya?" bisik Milly bertanya pada Elena membuat gadis itu tertawa lagi. Ia mengibaskan tangan di udara.

"Tentu saja tidak Milly. Aku tidak menikah dengannya. Ia hanya membuat lelucon di kedai tadi," balas Elena berbisik, tapi dapat didengar Fernandez hingga lelaki itu mengangkat sebelah alisnya.

Lalu detik selanjutnya Milly sudah duduk di sofa bersama Elena, berseberangan dengan Fernandez. Tangan Fernandez terangkat lebih dahulu menjabat sebagai awal perkenalan dengan Milly dan langsung disambut ramah oleh Milly.

Tapi Fernandez hanya memasang wajah datar. Mereka kemudian menyebutkan nama lengkap masing-masing setelah itu Elena tersenyum sumringah.

"Aku sering melihatmu di kedai. Kau selalu memakai masker. Apa penyakitmu tidak sembuh-sembuh?" tanya Fernandez tanpa emosi dan sangat tidak sopan di mata Elena hingga Elena memberikan pelototan peringatan padanya.

Berusaha tampak biasa, Milly menjawab dengan alasan yang terpikir di benaknya. "Aku tidak bisa terkena debu."

Setelah itu Fernandez tidak bertanya lagi. Namun matanya memerhatikan dengan seksama wajah Milly. Bola mata itu sekali lagi memaksanya menerka perihal kemiripan seseorang yang tadi sempat diabaikannya. Tidak butuh waktu lama, di detik Fernandez tersadar, di detik itu pula bola matanya agak terkejut.

Evelyn Blossom. Apa mungkin?

Tapi tunggu...

Fernandez perlu mencari bukti lain lagi. Lalu tiba-tiba otaknya teringat pada satu hal yang disembunyikan Evelyn dari Axton dengan sangat rapat beberapa tahun lalu tepatnya saat mereka masih remaja.

Semua itu terbongkar oleh Fernandez karena dirinya tidak sengaja menyaksikan Evelyn dan Chloe berlomba menghabiskan dua piring udang di sebuah restoran. Gadis itu pemenangnya tapi keselamatannya hampir terancam usai bubarnya acara.

"Kau bodoh," desis Fernandez.

Evelyn yang terbaring di ranjang rumah sakit menatap sayu Fernandez. "Jika kau sudah tahu ini, kumohon rahasiakan dari Aro."

End Game [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang