15

19 3 0
                                    


By Nhay S Agustina

Author's PoV

.

Danesh sudah rapi dengan kaos pink dan celana blackhawk-nya. Ia masih tak mengerti, Qia memaksanya untuk memakai baju pink. Apalagi harus mengantar ke swalayan. Alamak! Danesh tak bisa membayangkan.

"Mas, kenapa meringis-meringis gitu?" tanya Qia yang baru keluar dari kamar mandi.

"Eh, gak papa. Eng ... Sayang, apa gak sebaiknya ganti aja ya, masa mas pake pink gini," keluh Pria tampan itu.

"Big no! Qia maunya, Mas pake untuk hari ini saja. Kemanapun!" tegas wanita yang mulai memoles wajah tersebut.

Danesh tak dapat berkata lagi. Tak mungkin ia menolak, yang ada ngambek berkepanjangan.

***

Setelah rampung bersiap, Danesh bersiap mengantar istrinya belanja hari ini. Tak lupa, Dara juga ikut. Jadi, mereka memesan taksi online.

Di seberang jalan, seorang wanita ber-hoodie hitam mengintai di balik kaca mobil yang gelap. Tersungging senyum misterius di bibir pucatnya.

Taksi melaju membelalah jalanan, berabaur dengan kendaraan lainnya di pagi libur ini. Danesh agak gimana saat sang supir tersenyum geli melihat pakaiannya.

"Om, om lucu pakai baju pink. Mirip Ken," celetuk Dara yang dari tadi asyik memperhatikan penampilan Danesh.

Qia hanya terkikik geli dalam hati. Ia merasa senang, menikmati wajah prianya yang serba salah.

"Ken itu siapa, Ra?" tanya Danesh.

"Ken itu pasangannya Barbie, Om. Ganteng kaya Om gini," jawab Dara lagi.

Danesh melambung, anak kecil saja tau ia tampan. Ia melirik pada Qia yang masih menyembunyikan senyum.

Tak lama kemudian, taksi yang mereka tumpangi sampai di sebuah pasar modern. Danesh dengan sigap turun duluan dan membukakan pintu untuk sang Istri.

Setelah membayar, mereka bertiga memasuki pasar. Danesh sigap menggendong Dara yang mulai mengantuk. Aneh, padahal tadi di mobil masih berceloteh riang.

Qia tiba-tiba menghentikan langkah, berbalik menghadap suaminya yang menggendong Dara.

"Nah, Mas. Aku belanja sendiri aja, Mas bawa Dara ke kedai depan sana tuh!" tunjuk Qia pada sebuah kedai di seberang pasar.

Kening Danesh berkerut, ia tampak keberatan dengan usulan Qia.

"Kenapa begitu, Qi? Gak papa kok, kesian kamu kalo nantu bawa banyak barang," kilah Danesh beralasan.

"Kasian Dara, Mas. Masa tidur di gendong gitu. Udah aku gak papa, nanti aku telpon kalo udah selesai. Lagian ada troli dorong, Mas." Qia masih keukeh dengan pendiriannya.

Kalau sudah begitu, Danesh tak mungkin membantah lagi. Ia mengerti bagaimana keras kepala kesayangannya tersebut.

"Baiklah, tapi janji ya, nanti jika sudah selesai telpon mas segera," pinta Danesh memohon.

"Oke, Mas. Dah kamu sana gih, aku masuk dulu. Bentaran doang, daaah ...." Qia berlalu masuk ke dalam pasar yang tampak ramai.

Danesh mematung, ada sebuah perasaan aneh menelusup jiwanya saat melihat tubuh langsing Qia tertutup kerumunan orang. Perasaan takut, sama ketika ada Darell di sekitarnya.

"Astagfirullah, apa yang kupikirkan? Ah ini hanya firasat jelek saja," gumam Danesh sembari melangkah menuju kedai makan di seberang pasar.

Masih di sudut jalan yang lain, tak jauh dari pasar, wanita ber-hoodie hitam itu mengintai bagai elang.

Sandiwara Pernikahan. By Nhay_LishttyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang