“Astaga, bisakah kau tidak muncul dihadapanku?! Aku muak melihat wajahmu!!”
Kim Seokjin, lelaki bersurai hitam itu menatap nyalang lelaki di depannya. Bibirnya mendesis jijik dengan tangan kirinya yang berkacak pinggang dan tangan kanannya memegang gelas margarita yang sudah kosong. Menyipitkan mata, Seokjin meneliti lelaki di depannya yang tampak menyedihkan. Oh, tidak. Sangat menyedihkan.
“Bagaimana kau berani menampakkan wajah menyedihkanmu?! Demi Tuhan, aku bahkan sudah bosan bertemu denganmu,” ucapnya kembali dengan pedas.
Jeon Jungkook, lelaki itu hanya terdiam. Menatap Seokjin yang terus menerus mengoceh dengan ucapan pedasnya. Menengok penampilannya kembali, Jungkook harus akui jika ia memang sangat menyedihkan. Jas lusuh milik paman Yoon yang ia pinjam sebagian besar basah, mengeluarkan wangi margarita yang manis. Sama seperti gelas kosong yang tengah dibawa Seokjin.
“Sudah menyadari betapa menjijikannya penampilanmu itu?!”
Jungkook mendongak. Tersenyum hingga matanya menyipit. Seakan semua kata-kata Kim Seokjin tidak menyakiti hatinya sama sekali. “Maaf jika sunbae merasa terganggu akan kehadiranku,” menghela nafas, Jungkook tersenyum lebih lebar hingga gigi kelincinya terlihat. “Akan kupastikan, sunbae tak akan melihatku seperti ini lagi, besok,” ucapnya ceria. Terdengar seperti sebuah janji.
“Baguslah kalau begitu,” acuhnya, meletakkan gelas margarita kosongnya pada meja yang terletak tepat di belakangnya. Mengganti gelas kosongnya dengan gelas margarita lainnya, menyesap sedikit tanpa memperhatikan Jungkook yang dengan lamat-lamat menatapnya, lalu menunduk untuk tersenyum dan mengundurkan diri dalam diam. Tanpa berpamitan.
Memutar pandangan, Seokjin mengangguk-anggukkan kepala menikmati irama music yang dimainkan seorang disk jockey yang ia kenal sebagai salah satu siswa dalam angkatannya. Well, Seokjin sudah lupa tentunya jika siswa lelaki itu sudah ia tolak mentah-mentah bahkan sebelum menuntaskan kalimatnya.
Setidaknya Seokjin senang karena ia memaki Jeon Jungkook di sudut ini. Tidak ada yang memperhatikan ataupun akan menegurnya. Sebab dalam tangkapan matanya, semua orang sedang menikmati berdansa di lapangan yang disulap menjadi dance floor oleh panitia acara prom night.
“Enjoy playing with your toy?”
Uhm, sepertinya Seokjin salah jika tak ada yang memperhatikannya.
Menolehkan kepalanya ke samping, Seokjin mendengus pelan. Kembali menenggak margaritanya hingga setengah. Mengabaikan eksistensi lelaki dengan jas abu-abu muda yang mendekat ke arahnya.
“God, aku bosan melihat wajahmu, Taehyung,” gerutunya sebal.
Taehyung, lelaki itu tertawa pelan. Merebut margarita dalam tangan Seokjin dan menghabiskan sisanya dalam sekali tenggak. Tersenyum melihat Seokjin yang seakan enggan berbicara dengannya.
Menarik Seokjin ke dadanya, Taehyung memeluk lelaki cantik itu dari belakang. Menunduk untuk mencuri kecupan dalam tulang selangka Seokjin. Mengundang decakan pelan dari Seokjin yang merasa tak nyaman. Namun enggan melepaskan pelukan Taehyung pada dirinya. Lagipula, tak akan ada yang merasa terhianati karena posisi intim mereka berdua.
“Wear wrong dress code,” bergumam, Taehyung menghirup dalam-dalam aroma Seokjin yang terlampau segar. “You’re trying to tease me, hm?”
Mengernyit tak suka. Seokjin tak suka penampilannya dikomentari. Memangnya apa yang salah dari penampilannya? Sweater jingga cerah bergaris hitam yang ia padukan dengan celana jeans yang robek di bagian lutut menurutnya baik-baik saja. Well, meski hampir seluruh lelaki yang kemari memakai jas, Seokjin terlalu keras kepala untuk mengikuti aturan yang ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Merveille
FanfictionNamjoon tak tahu, bagaimana jika Seokjin hilang dari hidupnya