Afraid

3 1 0
                                    

Syabiel berjalan lesu mengikuti teman-temannya. Saat akan menaiki tangga untuk mencapai rooftop mereka melewati sebuah gudang sekolah yang tidak terlalu kotor tapi tentu tidak bersih juga. Syabiel yang berjalan paling belakang tiba-tiba ada yang menarik lengannya ke dalam gudang, Syabiel ingin berteriak tapi sebelum melakukan hal itu Marco lebih dulu membekap mulut Syabiel dengan tangan kirinya.

Syabiel yang sudah tau kelakuan bad boy sekolah yang satu ini hanya bisa menatap pasang mata yang hanya berkisar beberapa centimeter dari wajahnya. Syabiel mulai takut dan mulai merontah, tapi dengan cepat Marco menahan tangannya.

Belum sempat Marco membicarakan maksudnya menarik Syabiel, orang yang sedang tak berdaya di hadapannya mulai meneteskan air mata. Sontak saja Marco kaget dan perlahan menarik tangannya lalu mengambil sebuah kunci dari saku celananya. Tapi belum juga melepas tangannya dari mulut Syabiel.

"Aku hanya mau mengembalikan ini." Sambil mengangkat kunci dan mulai melepas tangannya dari mulut Syabiel.

Syabiel hanya diam mematung, air matanya mulai mengering. Tiba-tiba Marco tertunduk lemas "Aku cuma ga tau cara mengembalikan kunci itu dengan baik" Sambil menggerakkan kakinya layaknya seorang anak kecil yang sedang di hakimi. Entah mengapa rasanya Marco tak berdaya melihat Syabiel menjatuhkan air mata karena ulahnya.

Belum juga Syabiel mengambil kunci yang di sodorkan Marco dan hanya diam mematung. Selain takut ia juga heran kenapa Marco bisa bertingkah tak berdaya di hadapannya.

"Ma-- af" Ucap Marco gagap.

Syabiel mengambil kunci yang sedari tadi menggantung ditangan Marco, seketika Marco mengangkat kepalanya menatap cewek yang di hadapannya. Syabiel tersenyum simpul ke arah Marco, "Betul kata Mama, dia orangnya baik" Batinnya.

Seketika jantung Marco terasa berdetak lebih kencang dari biasanya, seakan seorang atlet lari sedang berlomba di rongga dadanya bagian kiri (lebay).
Marco mundur beberapa langkah dan berdiri tegap "kamu ga marah, kan?" Tanya Marco hati-hati.

Syabiel terdiam sejenak "Aku, kamu? Nih orang kerasukan jin baik gudang kayaknya"  Batinnya.

Syabiel hanya menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, Marco yang melihat hal itu menghembuskan napas lega tapi dengan senyum itu rasanya jantung Marco ingin melompat keluar.

Sementara di luar kedua teman Syabiel sibuk mencari orang yang sedari tadi ngekor di belakangnya, Febby mulai memanggil-manggil nama Syabiel begitupula dengan Vita yang tak kalah khawatir. Mereka takut Syabiel yang belum terlalu kenal dengan lingkungan sekolah salah memasuki ruangan atau apapun itu terlalu banyak yang di pikirkan dua orang ini.

"Dia ga lagi ke toilet, kan?" Tanya Vita.

"Masa ga bilang ke kita sih." Sahut Febby.

"Mungkin lagi kebelet pipis tuh orang" Gerutu Vita.

"Apa tadi dia melamun terus nyasar ke gudang, ya? Tanya Febby tiba-tiba.

"Masa iya Syabiel langsung masuk aja ke ruangan berdebu itu!" Jawab Vita melangkah mendekati gudang.

"Bisa aja kan, dia--" Ucapan Febby langsung terhenti ketika mendengar langkah kaki sekitar gudang. "Lo dengar suara, ga Vit? Tanya Febby terlihat takut.

" Ga tuh" Vita pura-pura tak mendegar apapun karena sebenarnya ia juga takut, mengingat waktu sudah sekitar pukul 15.30an lah.

Vita memberanikan diri memanggil nama temannya itu "Syabiel.. "

Marco yang mendengar suara teman sekelasnya pun langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Syabiel.
"Kamu mau mereka berdua melihat kita di tempat seperti ini? Tanya Marco menatap Syabiel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang