15. Pernyataan

72 26 11
                                    

"Ayah, berhenti membuat Daniel pada posisi yang salah." Daniel terlihat sangat kesal, duduk di sofa panjang yang berada di ruangan kerja kantor ayahnya.

"Lebih baik, kamu pulang." Ayahnya sama sekali tak memandang putra sulungnya.

"Ayah, aku serius. Nggak akan pernah masuk universitas manapun, kalo Ayah nggak mau denger ucapanku."

"Mau jadi apa, kamu? Ini kesempatan emas, kamu bisa pilih universitas mana aja yang kamu suka."

"Tapi, nggak seperti itu caranya. Aku bakal melaporkan kasus suap ini. Aku juga akan menyerahkan diri," ancam Daniel.

"Daniel!" seru ayahnya kencang.

Daniel tak menghiraukannya. Ia keluar dengan membanting pintu ruangan itu.

Daniel memang tak pernah setuju dengan apa yang direncanakan ayahnya. Dia selalu menolak, namun laki-laki paruh baya itu selalu mengancamnya, dengan menggunakan ibunya sebagai korban. Daniel sangat menyayangi ibunya yang sudah lama mengidap penyakit kanker. Ayahnya selalu mengancam menghentikan pengobatan ibunya yang tak murah, jika Daniel menolak semua yang diperintahkannya.

____
Pertemuan sore itu, di sebuah kafe di pusat kota Jakarta Selatan, antara Attar, Daniel, Alova dan Arguby, mereka merencanakan sesuatu untuk mencari tahu kasus suap yang dilakukan oleh Hendri.

"Gue rasa, Bokap yang merencanakan ini semua," tukas Attar lalu menyeruput minuman yang sudah dipesannya. "Niel, apa yang bakal lo lakukan buat menghentikan Bokap lo?"

Daniel menggelengkan kepala pelan. "Entahlah, gue belum berpikir soal itu."

"Gue harus bilang ke Bokap, kalo dia mengambil jalan yang salah." Attar bertekad.

"Bener, pasti lama kelamaan akan terbongkar," timpal Alova.

"Gue nggak yakin. Karena Bokap sangat pintar menyimpan rahasia." Kini Arguby buka suara.

"Kita pancing!" Attar berpendapat.

"Pancing? Dengan cara apa?" Daniel mulai khawatir.

Attar menoleh, menatap Daniel nanar. "Mungkin lo bakal jadi bahan gosip, begitu juga gue dan Arguby."

"Dengan cara apa?" tanya Arguby mengulangi pertanyaan Daniel.

"Kita buat, siswa curiga," ujar Attar.

"Akhir bulan ini bakal ada kompetisi, kalian ingat, siap pemenang semester lalu? Angel, benar dia yang menang."

"Ah, benar." Daniel membenarkan.

"Kompetisi akan diadakan secara diam-diam, dengan tujuan siswa pintar di sekolah ini nggak akan bisa ikut serta. Lo inget, kan? Tahun lalu lo dipaksa ikut, tapi lo nolak?" tanya Attar kepada Daniel.

"Ah, benar. Gue nolak waktu itu, karena gue nggak yakin sama kemampuan otak gue." Daniel mengingatnya. "Gue berpikir olimpiade itu memang menggunakan otak cara kerjanya."

"Salah, semua sudah direncanakan. Lomba juga akan diadakan secara tertutup. Bahkan, nggak semua guru bisa hadir di sana."

"Kenapa serumit ini?" Alova menimpali.

"Itu cara kerja Bokap gue."

"Tapi, tujuannya apa? Kenapa harus ada siswa VIP di sini?" Alova semakin penasaran.

"Orang tua mereka memberikan investasi lebih untuk sekolah ini. Mereka adalah penyandang dana terbesar dengan imbalan nilai anak-anaknya bagus. Untuk nilai ekstrakurikuler pun sama," jelas Attar.

Arguby hanya diam, selama ini dia hanya bisa tutup mata dengan kejadian yang ada di sekolah. Daniel, dia merasa sangat malu, karena dirinya termasuk siswa VIP itu.

FantasiaLova [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang