5

792 87 13
                                    




Mina, Woojin, Hyeongseob, Yeri, dan Mark kebagian menyusuri di daerah barat. Di sana gak ada apa-apa, yang ada malah pohon-pohon besar, atau bisa mereka sebut hutan.

"Woojin bego!" yang diumpat ketawa kencang sambil megangin perut. "Rese lo, sini maju gelut kalo berani?!"

Mina udah siap meyisingkan lengan baju buat mukul kepala Woojin menampakan kulitnya yang putih.

Seketika Woojin meneguk ludah.

"Ayok siapa takut? Gelut sini sama aa ujin dijamin nikmat."

Plak

Satu hantaman cukup keras berhasil mendarat di pipi kanannya. Woojin meringis sambil memegang pipinya yang nyut-nyutan.

"Mina, jahat!" katanya mendramatis yang terkesan a-l-a-y.

"Makanya jangan buat gue jantungan! Ampir gue nyemplung ke jurang, mau tanggungjawab​, hah?!"

"Astaga, Mina! Tanggung jawab​ begimane? Gue kaga ngamilin elo."

Mina udah ancang-ancang buat melayangkan tinjunya sekali lagi ke pipi kiri Woojin tapi Woojinnya keburu kabur.

"Monyet, sialan lo jin kampret!"

Mina berlari menyusul Woojin.

"Mark! Yeri! Pegangin tu sialan, mau gue geplak kepalanya," serunya emosi untungnya Mark yang berhasil nangkap Woojin.

"Min, udah deh, nggak usah kayak anak kecil lagi." Kata Mark menghentikan Mina buat menghantam Woojin.

"Gak, Mark! dia itu mesum, ngeselin, pokoknya gak pantes jadi manusia!"

"Mina cantik, udah dong, kita lagi di utan ntar sodaranya Woojin datang," sahut Hyeongseob buat Yeri penasaran.

"Siapa, Seob?

"Itu si monkey," tunjuk Hyeongseob ke arah pohon-pohon yang tinggi. Di sana ada beberapa spesies monyet yang bergelantungan.

"WOOJIN!!" sialnya pas Mina teriak semua monyet disana nyaut.

"HAHA, ANJIR NYAUT!" Yeri dan Mina ketawa kenceng, kalo Mark ya ketawanya kalem, stay cool, kayak biasanya walaupun sekarang mereka lagi di hutan.

Tak butuh waktu satu detik, kepala Hyeongseob sudah berada di ketiak Woojin.

"Basing ae ngomong, lo tu sodaranya babi!"

Hyeongseob meronta-ronta, berusaha menjauhkan kepalanya dari ketiak Woojin yang super duper wangi.

"Ketek lo bau terasi, lepasin nyet!"

Woojin ketawa puas, tau rasa si Hyeongseob cium tu racun dunia.

———

Kalau mereka yang menyusuri bagian barat penuh dengan umpatan, canda dan tawa, beda dengan Tzuyu yang merasa bosan karena disekelilingnya gak ada temen cewek yang bisa di ajak ngobrol yang ada malah cogan.

Udah hampir satu jam mereka berjalan menyusuri bagian utara, sama kayak rombongan Woojin, di sana gak apa-apa, malah mereka berjalan lebih masuk ke hutan itu padahal hari udah petang.

"Niel," panggil Taehyung. Daniel langsung mendekat.

"Nengok apa lo?"

"Tuh," Taehyung menunjukkan telunjuknya ke arah sebuah gubuk yang tak jauh dari mereka. "Ke sana gak?"

"Yaudah ayok," ajak Daniel memimpin perjalanan mereka.

"Kaga ada orangnya?" tanya Daniel begitu Taehyung mengintip melalui celah dinding kayu gubuk itu.

"Isinya apaan yak? Penasaran gue."

"Kalo emas gimana?"

"Auto angkutlah," canda mereka.

"Kalo tetiba nenek-nenek yang datang gimana?"

"Yah tinggal kaburlah!" jawab Taehyung santai.

Sementara Taehyung dan Daniel sibuk berspekulasi, Jihoon kayaknya gak tertarik dengan gubuk itu. Ia lebih tertarik dengan cewek di sebelahnya.

"Duduk sini dulu," Jihoon menarik tangan Tzuyu buat duduk di tumpukan kayu begitu mereka sampai di depan gubuk dan tak lupa Jihoon menarik kaki Tzuyu untuk diluruskan.

Jihoon mengambil botol mineral dari ranselnya, juga membukakan botol mineral itu untuk pacarnya.

"Minum dulu," Jihoon memberikan  botol mineral itu pada Tzuyu, dan langsung di minumnya. "Laper gak?"

Tzuyu menggeleng, "Gak."

"Kamu pegal? mau diurut?"

Tzuyu ngangguk dan Jihoon pun memijat kakinya dengan telaten.

Sementara Daniel dan Taehyung cuma saling tatap, nasib jomblo ya gitu, jadi obat nyamuk.

"Hoon, bisa ikut gue sebentar gak?"

Dasar Daniel pengganggu! Padahal Jihoon lagi mau berduaan dan Tzuyu yang lagi enak-enaknya di urut. Jihoon bangkit dan menghampiri Daniel.

"Kenapa bang?"

"Ikut gue," Jihoon mengernyit mengikuti Daniel ke arah belakang gubuk itu. "Bantuin angkat tu kayu," tunjuk Daniel pada tumpukan kayu yang bisa mereka gunakan untuk membuat api unggun.

"Berdua aja ni? Sebanyak ini?" tanya Jihoon agak kaget.

"Kagalah, ambil seberapa dulu, besok ajak yang lain angkut semuanya."

"Oh, okelah." Jihoon dan Daniel pun mulai bergerak mengambil sebanyaknya kayu yang bisa mereka angkut. "Bang Tae mana?"

"Taehyung tangannya baru udah cidera," Jihoon manggut-manggut.

"Ada tali gak?"

"Gak ada bang," jawab Jihoon. Mereka berdua pun mulai mengambil beberapa kayu dan memindahkan ke tangan mereka.

Setelah selesai dengan kayu itu, mereka pun berjalan kembali kedepan dengan tangan yang penuh dengan kayu bakar.

Jihoon itu tipikal pacar yang overprotektif​, paling nggak suka kalo ada yang dekat-dekat sama miliknya.

Kayak sekarang, dia lagi ngeliat Taehyung yang duduk di sebelah Tzuyu sambil ketawa-ketawa.

"Ehm," deheman itu membuat keduanya menatap dua cowok yang kini penuh dengan kayu ditangannya.

"Hoon, mau dibantu gak?" tawar Tzuyu.

"Gak usah, kamu diem aja."

Tzuyu mengerutkan dahi tersirat nada sebal dari ucapan Jihoon barusan.

"Udah? Sini tas lo berdua, biar gue angkut." Taehyung pun mengambil tas Daniel dan Jihoon yang tergeletak di tanah ia sampirkan di kedua bahunya.

Merekapun lekas pergi kembali ke titik kumpul, sebelum langit benar-benar gelap.

———

Next?

Something Between Us | 99 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang