First love (Alaika)

13 5 1
                                    

        "Ayah, kalau nilai akhir semesterku jelek, ayak gak marah kan?." Tanyaku pada ayahku seteleh beberapa hari yang lalu aku menangis, dan ayahku mengunjungiku sendiri ke pesantren.

       "Ayah tidak mengharapkan kamu bisa ilmu dunia nak, yang penting kamu bisa ilmu agama ayah pasti bangga sama kamu nak. Tapi kamu juga harus berusaha belajar supaya bisa nak." Ujar ayahku.

"Tapi Alaika ngga janji untuk bisa memenuhi keinginan ayah." Pasrahku.

"Iya nak, yang penting anak-anaknya ayah tidak meninggalkan sholat insya allah Allah memudahkan urusan kalian, dan jangan lupa berdo'a dan tetap berusaha. Harapannya ayah, ketika ayah sudah meninggal jangan putus mendo'akan ayah ya nak, dan keluaga kita, terutama berbakti dengan ibumu itu juga wajib nak." Ayah sambil menghelai kepalaku.

"Ayah kok ngomong kaya gitu, aku gak suka kalau ayah ngomong kaya gitu." Marahku.

            Setelah beberapa lama kita bicara, ayahku pamit pergi menjenguk kakakku yang di Jogja, aku tetap nunggu ayahku di pesantren. Gak ngerasa setengah semester udah dekat, bentar lagi aku pulang ke Malang, kangen ibu, ayahku tidak akan mengajak ibuku mengunjungiku takutnya aku nantinya nangis-nangis dan ujung-ujungnya minta pulang.

        Akhirnya liburan telah tiba juga, sebelum mudik ke Malang aku pergi dulu ke Patuk, di sana pusat oleh-oleh Jogja. Dhanty menemaniku pergi ke Patuk, di sana Dhanty ngga sengaja bertemu temennya SD dulu, katanya Dhanty sih teman dekatnya, ya mungkin Dhanty nyaman berteman dengan cowok.

"Hey, kenalin ini temenku SD dulu lo." Dhanty memukul pundakku.

"Oh iya." Rasanya takut gimana gitu, masih ragu buat salaman.

"Hey, aku Alaika." Bego-bego gimana gitu saat ngenalin diriku.

"Hemm, bagus juga namanya. Namaku Ferdi, dan yang di sana itu temenku juga namanya Feri." Kalau senyum gini ku akui dia manis banget, hahaha.

            Setelah kita bicara lama, langit sudah terlihat gelap sepertinya mau adzan mahgrib. Setelah itu aku dan Dhanty pamit pulang ke mereka, dijalan Dhanty bicara yang membuatku deg-degkan.

"Alaika, temenku Ferdi tadi tanya facebook mu, terus aku kasih tau. Coba besok kalau kamu mudik ke Malang cek difacebookmu."

"Ngapain juga dikasi tau." Entah kenapa perasaanku setelah SMP ini merasa bucin banget.

"Yudah, buat tambah-tambah temen aja. Eh Alaika, asrama lagi heboh beritanya Ifan lo, kamu tau gak?." Tiba-tiba Dhanty menyebut nama dia lagi, auto keingat suaranya.

"Berita apa Dhan? aku kok gak tau, pada suka suaranya dia apa gimana?." Aku berfikir kaya orang kebingungan.

"Bukan, Ifan itu suka sama kakak kelas kita yang namanya Yeni itu." Seketika ghibah.

"Masak? ngga ya." Denger cerita ini kenapa aku tiba-tiba kecewa sama dia, oh Tuhan kenapa perasaanku ini, aku berusaha menahan air mataku untuk menangis.

"Alaika, kenapa kamu mau nangis, berarti selama ini kamu emang bener-bener suka sama Ifan ya, menurutku dia gak baik deh, mending kamu cari yang lebih baik dari dia." Dhanty berusaha menarik pundakku utuk melihatku menangis.

"Engga kok Dhan, aku gak suka sama dia, aku cuma sekedar kagum sama suaranya, pikirku gak hanya suaranya yang bagus, tapi akhlaknya juga." 

"Pikirku iya, tapi kaya gak yakin aja setelah denger dia suka kakak kels."

"Sudahlah Dhan, daripada kita ngeghibah mending kita percepat jalannya takutnya nanti ditannya bu Tutik, dan kita tadi ijinnya cuma beli oleh-oleh kan."

JazakallahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang