"Bbrrrrrrrrrrr." Pagi itu, menggigil yang aku rasakan. Aku bingung apa yang harus aku lakukan sampai di Jogja, sedangkan kakakku sibuk membersihkan kos-kosan yang ditempatinya, aku hanya bisa diam melihatnya.
"Sarapan dulu dek." Ujar kakakku. Tapi aku bingung apa yang harus aku makan, samapi jogja pun masih pagi sekali.
"Mau sarapan pake apa sih kak?." Kesal yang aku rasakan saat itu, aku belum bisa jauh dari ibu.
"Yasudah, sekarang kamu mandi kakak keluar cari makan." Wajah sabar yang dia lihatkan padaku.
"Hemmmm." Aku pergi dan mengabaikannya.
Selesai mandi aku sibuk memainkan leptop kakakku, terlalu lama menunggunya akhirnya aku tertidur dilantai. Tiba-tiba kakakku membangunkanku dengan keadaan siap pergi.
"Dek...dek...., ini makanannya." Seketika terbangun melihatnya.
"Kakak mau kemana kok sudah rapi?." Tanyaku.
"Mau ngantar kamu ke pesantren lah dek, ini sudah jam delapan. Takutnya nanti teman-temanmu sudah banyak yang balik ke pesantren, dan kamu telat." Kekawatirannya membuatku merasa salah padanya. Aku belum bisa jadi adik yang baik, aku hanya bisa meremehkannya.
"Dek?" Lagi-lagi kakakku memanggilku.
"Iya kak." Lagi-lagi aku tersentak, aku bingung harus jawab apa.
"Kakak antar sekarang ya, biar nanti gak terlalu panas di jalan."
"Ya ayo kak." Aku bersemangat menjawabnya, aku akan berusaha membuat kakakku bahagia, dan semua keluargaku.
"Sipp." Senyum manja yang diberikan padaku, baru kali ini aku lihat kakakku senyum kaya gini.
Dalam perjalanan aku merasa siap sekali masuk pesantren, kakakku tak berhenti mengajakku cerita. Ketika aku dan kakakku bercanda di jalan, orang-orang yang melihatku ketawa, seperti ada yang aneh dari kita berdua.
"Lihat gunung itu dek." Kakakku menunjukan suatu pemandangan yang baru aku lihat selama hidupku.
"Iya, kenapa kak."
"ya disana pesantrenmu dek."
"Berarti jauh ya kak." Gelisahku.
"Iya dek, itu namanya Gunungkidul dek. Disana terkenal banyak wisatanya dek."
"Hemmm, oh." Aku berfikir, apakah nantinya kakakku jarang mengunjungiku di pesantren.
"Dek, bentar lagi kita sampai." Terlihat senang sekali kakakku.
"Iya kak."
"kalau udah di pesantren jangan ngantukan ya dek, hahahaha." Kakakku tertawa lepas mengejekku.
"Iya iya kak, ntar kakak juga gak boleh males nyucinya lo, nanti banyak cewek yang gak suka." ejekku agar dia semangat.
Gak terasa kita bercanda di jalan tiba-tiba sampai di pesantren. Pandanganku, pesantrennya cukup luas, aku berharap kualitasnya juga baik untukku. Turun dari motor aku didatangi oleh satu gadis menurutku dia canti, dan aku berharap dia teman angkatanku nanti.
"Hey." Sapa gadis itu padaku.
"Iya." Kuberikan senyumku padanya.
"Namaku Dhanty, kamu siapa?."
"Namaku Alaika Afida." Diriku malu saat menjawabnya menjawabnya, dia begitu percaya diri.
"Wou, bagus juga artinya. Ayo aku bantu bawa barangnya ke asrama." Tawarnya padaku.
"Aku belum tau asramanya, mending nunggu kakakku aja ya, biar nanti kita kesana bareng-bareng." Saranku menjawabnya.
"Oke, emang kakakmu dimana?."
"Kakakku masih bicara dengan kepala madrasahnya, kayaknya." Jawabku ragu.
"Yauda, kita tunggu di depan masjid sana yuk." Dia menarik tanganku.
Saat kita bicara-bicara didepan masjid, gak lama kakakku menghampiriku bersama bapak-bapak, menurutku lumayan tua sih, hehehe.
"La ini udah ketemu temennya, pasti betahlah. Hehehe." Bapak-bapak itu menunjuk Dhanty sambil ketawa menggodaku.
"Oh ini juga santri sini pak?." Tanya kakakku.
"Iya, ini mulai dari SD ikut bersama pakdenya tinggalnya ya di pesantren ini mas." Setelah itu bapaknya menjelaskan panjang sekali, sampai aku gak faham, hehe.
"Yaudah mas, sekarang saya antarkan ke asramanya. Dhanty, dibantu bawa barangnya ya." Saut bapaknya.
"Dek, yang ngantar kita ini kepala pesantren atau madrasah ini." Bisik kakakku saat berjalan ke asramaku.
"Assalamu'alaikum." Kita masuk asramanya, tapi herannya kenapa asramanya kaya rumah warga?
"Ini santri dari malang pak." bapak itu mengenalkanku kepada bapak-bapak, dan dibelakangnya ada ibu-ibu sepertinya istrinya.
"Oh iya iya, silakan duduk sini." aku dan kakakku duduk bersandingan.
"Jadi ini asramanya dek, kita belum punya gedung asrama sendiri, jadi santri watinya semua tidur dirumah saya." Penjelasan bapak-bapak tadi.
"Hanya asrama santri laki yang kita punya." Jawab bapak kepala pesantren.
"Rumah bapak Sulistya ini juga asrama perempuan, tapi khusus kelas dua belas. Karena biar fokus untuk belajar." Oh, ternyata bapak kepala itu namanya Sulistya. Dari penjelasan mereka rasa kepo ingin cepet-cepet masuk sekolah.
"Perkenalkan ini istri saya, santri disini memanggilnya bu Tutik dan Saya Pak Dali." Kucium tangan istri bapaknya.
"Nanti malam tidur sama Dhanty saja, kalau semua santrinya belum datang. Karena santrinya hanya daerah sini-sini saja dek." Senyum bu Tutik padaku.
Pembicaraan kita cukup panjang, waktu sudah larut dan aku mulai bersiap-siap menangis ditinggal kakakku balik ke jogja. Aku takut kakakku jarag mengunjungiku.
"Sudah ya dek, kakak balik dulu ke kos-kosan." Pamitnya kakakku, aku cuma diam dan menunduk.
"Bapak, ibu, nitip adik saya ini ya. Mohon ditegur jika dia salah."
"Iya.. iya mas." Jawab semua pengasuh pesanten yang ada.
"Assalamu'alaikum." ketika kakakku mengucapkan salam, aku mengikutinya dari belakang. Saat itu aku tanya padanya.
"Kak, besok kalau Afida kangen kakak bisa ngunjungi kan?."
"Insya allah bisa dek, kakak gak bisa janji karena kakak sendiri sekolah."
"Iya kak, yasudah kakak balik keburu mahgrib." Aku mencium tangannya, dan kakakku membalas dengan mencium pipiku.
Aku berusaha tidak menangis saat di pergi mengendarai motornya, setelah itu aku masuk asrama ditemani Dhanty dan bu Tutik. Bismillah semoga Allah meridhoi niatku mencari ilmu. Bersyukur aku bisa mengenal Dhanty, aku bisa tanya-tanya lebih lanjut lagi tentang pesantren ini. Mulai sore itu aku tinggal di dunia baru, pesantren Muhammadiya Patuk-Gunungkidul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jazakallahu
Short StoryBagiku rasa kehilangan hanyalah kematian. Tetap istiqomah, karena allah tau batas kemampuan seseorang.