-10-

3.9K 391 78
                                    

Sudah hampir 1 minggu Felix tidak menerima pesan, dan bertemu dengan Changbin. Changbin seperti hilang ditelan bumi. Jujur saja, Felix bingung antara sedih dan senang. Senang karena setidaknya ia tidak akan mendengarkan atau membaca gombalan murahan dari Changbin. Tapi sedihnya, ia juga merindukan Changbin.

Bilang saja Felix ini muna, ia menyukai Changbin. Tepat saat Changbin menolongnya, saat Changbin berjanji tidak akan meninggalkannya, Felix jatuh cinta saat itu juga.

Felix rindu, rindu Changbinnya, rindu gombalannya, rindu segala sesuatu yang berhubungan dengan Changbin.

Air matanya menetes tanpa dikomando. Dia segera menghapus air matanya, tak ingin anak kelasnya melihat dia menangis.

Felix berdiri dari bangkunya, lalu keluar dari kelas menuju ke kantin. Dia melirik ke arah kelas Changbin, tapi nihil matanya tak menangkap sosok yang ia rindukan saat ini.

Felix pun sampai di kantin. Ia membeli air mineral dan roti untuk ia makan di kelas. Setidaknya, makanan ini bisa membantu menghilangkan rasa sedihnya.

Bugh!

"Sorry-sorry gue gak sengaja. Maaf banget."

Felix menekukan lututnya, berniat mengambil botol air mineralnya yang terjatuh. Lalu mendongakan kepalanya, dan mendapati wajah dari lelaki yang ia rindukan. Seo Changbin. Seo Changbin kini berada tepat didepannya.

"Eh Felix, ayo sini gue bantu," ucap Changbin lalu menarik tangan Felix untuk membantunya berdiri. "Lo gak apa-apa?" tanya Changbin dengan nada yang terdengar khawatir.

Felix terdiam. Matanya mengeluarkan setetes air mata. Ya, Felix kembali menangis.

"Eh, Felix lo kenapa? Ada yang sakit? Ayo ke UKS!" ucap Changbin lagi, khawatir.

Jujur saja, selama hampir seminggu ini Changbin memang sengaja menghindar dari Felix. Selain rasa sakit hatinya, dia juga tak ingin Felix merasa risih akan kehadirannya.

"Changbin..." panggil Felix lirih. "Lo kemana aja?" Felix kembali meneteskan air matanya lebih deras.

"Hah? Gue kemana?" tanya Changbin balik.

Felix diam, lalu berlari meninggalkan Changbin. Dia lari tak tau mau kemana. Asalkan matanya ini tak dapat melihat Changbin, sepertinya itu cukup. Changbin yang melihat Felix berlari, ikut berlari mencoba mengejar.

Felix lantas menghentikan langkahnya ketika dirasa lelah. Kini, ia berada di tengah-tengah lapangan basket yang sedang sepi.

Felix memegang dadanya, nafasnya berantakan. Rambutnya juga berantakan karena tertiup angin. Makanannya sudah jatuh entah kemana, kini hanya botol air mineral yang ada digenggamannya.

"Felix!"

Changbin menangkap tangan Felix sebelum Felix berlari lagi. Felix ingin melepas genggaman tangan Changbin pada tangannya. Tapi apa daya, tenaganya sangat jauh dibandingkan dengan tenaga yang dimiliki oleh Changbin.

"Felix, lo kenapa?"

"LO YANG KENAPA? LO UDAH SATU MINGGU NGEHINDAR DARI GUE BIN! DAN SEKARANG LO YANG NANYA GUE KENAPA?" Felix berteriak ke Changbin. Mengundang banyak siswa dan siswi untuk menghampiri mereka berdua.

Changbin terdiam. Apakah Felix menyadari perubahan sikapnya?

"Lo kemana aja Bin? Gue gak suka ditinggal kayak gini. Hiks- apalagi kalo ditinggal sama orang yang gue sayang!" ucap Felix lagi, wajahnya sudah basah oleh air mata, bahkan bekasnya yang mengerinpun kembali membasah.

Changbin tak dapat berkata-kata. Ia langsung menarik Felix kedalam dekapannya. Tangis Felix kembali pecah dipelukannya.

"Lo kemana aja? Gue kangen. Hiks- jangan pergi, jangan tinggalin gue," isak Felix dipelukannya. Felix membalas pelukan Changbin. "Gue gak mau sendiri."

Changbin sepertinya salah besar karena telah mengabaikan Felixnya. Ia segera membawa Felix keluar dari kerumunan, dan membawanya ke taman sekolah, tempat yang sepi, dan tidak terlalu banyak orang dengan tangannya yang menggenggam tangan Felix.

Changbin melepas genggamannya saat sudah duduk di bangku taman. "Maafin gue Lix. Gue gak maksud ngehindar dari lo. Gu-gue cuman gak mau bikin pacar lo marah," jelas Changbin sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal dibalas tatapan bingung dari Felix.

"Ha-hah? Pacar?"

Kepalanya ia tundukan, tak sanggup menatap manik mata lucu milik Felix. "Iya pacar lo, yang ketemu sama lo tempo hari. Di taman deket apartemennya Seungmin. Lomeluk dia kan? Bahkan dia juga ngecup kening lo. Udah jelas itu pacar lo... kan?" tanya Changbin hati-hati.

Felix diam tak bisa berkata-kata. "Changbin, dia itu sepupu gue. Kita ketemu, karena mau ngomongin tentang masalah keluarga!" jelas Felix

Changbin mendongakan kepalanya, menatap tak percaya ke arah Felix. "Sepupu lo?" tanya Changbin lagi, memastikan.

Felix mengangguk sambil tersenyum. Changbin ikut tersenyum, lalu memeluk Felix dengan sangat erat. Hatinya bahagia sekali saat mengetahui hal tersebut. Salahnya karena tidak bertanya terlebih dahulu kepada Felix.

"Maaf. Maafin gue, gue salah karena gak nanya dulu sama lo. Maaf, gue salah," ucap Changbin dalam pelukan Felix.

Felix mengangguk dalam pelukan mereka, ia tersenyum hangat. Tak dapat ia bayangkan bila Changbin akan terus-menerus mendiaminya.

Changbin melepaskan pelukannya, berdiri dari duduknya, lalu meraih tangan Felix untuk digenggamnya. Matanya menatap tulus kearah mata Felix.

"Gue tau gue bego, gue gak sepinter lo, anak kesayangan dan kebanggaan guru. Tapi tolong, izinin Seo Changbin ini berubah, dan buktiin ke lo kalo Seo Changbin ini juga bisa menjadi lebih baik. Dan izinin Seo Changbin ini juga ngebuktiin ke lo, kalo kebahagiaan itu pasti nyata dan gue bakalan bawa kebhagiaan itu ke lo Lix-" Changbin menjeda kalimatnya sebentar. Mengambil nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Iziniin gue jadi sumber bahagia lo, izinin gue selalu ada di samping lo dan bawa senyum ke bibir lo. Felix, jadi pacar gue ya?"

Felix tak dapat berkata-kata. Dia menangis. Tentu saja! Kini perasaannya terbalas. Ya, walaupun ia sendiri tau, Changbin mencintainya, begitupun sebaliknya.

Felix menyeka air matanya, lalu menganggukan kepalanya dan tersenyum. Changbin yang melihatnya langsung memeluk Felix.

"Makasih."














|
Fin
|





















••••

Hai?

Gimana endingnya?

Terlalu cepet ya?

Kurang memuaskan ya?

Berarti pendapat kita samaa :D

Makasih yang udah mau baca!

vote+comment

Tengkyu!

Wafyuu!!


















IPA 1 • ChangLix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang