Banyak sekali pikiran-pikiran aneh bermunculan dalam otakku ini, sehingga semua mimpi seolah terlihat nyata.
Aku semakin bosan dengan diriku sendiri, seperti orang linglung di usia muda bahkan untuk mengenal sebuah kebenaran saja aku takut.
Semua hal menjadi aneh, tidak pantas dipercaya dan penuh misteri. Aku takut dengan kebenaran yang tersembunyi itu.
Aku masih ditempat ini, duduk dikasur ini dan menuruti permintaan nya untuk tetap lebih lama disini. Aku tidak tau apa itu permintaan atau perintah, tapi aku menurutinya dengan senang hati.
"Dengar, Ayahku tidak akan suka dengan keberadaanmu disini. Jadi, jangan pergi tanpa izin ku dari sini dan berkeliaran diluar sendirian. Ini berbahaya untukmu", ucapnya dengan tangan nya memegang kedua bahuku dengan mata lembut yang menatapku itu.
Aku menganggukan kepalaku tanda aku setuju tanpa bertanya dan tanpa protes. Kadang aku merasa sangat aneh ketika aku bersamanya, seperti ada sebuah dorongan untuk tetap bersamanya, menuruti semua perintahnya walaupun aku sendiri tidak yakin dengan perasaan ini apakah baik untukku atau tidak.
Dia duduk di sampingku, tersenyum padaku, mengusap rambutku dengan lembut. "Neira dengar aku harus pergi, jika kamu butuh sesuatu atau ingin pergi dari sini minta lah bantuan Vieni, dia gadis kecil yang kemarin menjagamu", ucapnya padaku.
"Siapa dia, bagaimana kau percaya padanya. Apa dia tidak ...", Ucapku terpotong ucapan nya.
"Tidak, dia tidak akan melukaimu tenang saja", ucapnya.
Baiklah, lagipula apa lagi pilihanku selain menurutinya.
Aku melihatnya pergi dari kamarku, kemudian gadis kecil bernama Vieni itu datang secepat kilat ke arahku.
"Hai, apa kau menikmati makananmu?", Ucapnya padaku.
"Hmm, yah aku menikmatinya. Boleh aku tanya sesuatu?", ucapku.
"Silahkan tanya saja", ucapnya mempersilahkan.
"Gerald bilang jika aku ingin pergi aku harus memberitahumu, jadi aku ingin pergi dari sini dan bagaimana caranya?", Tanyaku.
"Secepat ini? Baiklah lagi pula pangeran Gerald menyuruhku untuk melakukan semua permintaan mu", ucapnya.
Aku hanya tersenyum padanya, karena jujur saja aku merasa sedikit takut ketika bersama anak ini.
"Bangunlah nona, ayo kita pergi. Pegang tanganku", ucapnya sbil menyodorkan tangannya padaku.
Aku pun beranjak dari tempat tidur ini dan meraih tangannya itu. Dingin seperti Gerald. Mungkin semua kulit vampir dicapur es batu ataupun salju makanya selalu dingin seperti ini.
Setelah aku meraih tangannya, ia berjalan didepanku dan masih memegang tanganku. Aku keluar dari kamar itu dan melihat ke luar ternyata aku sedang berada disebuah itana megah dan banyak sekali pelayan yang berlalu lalang disini. Jujur aku sedikit takut.
"Tenang saja mereka tidak melihat nona", ucap Vieni padaku.
Sepertinya Vieni tahu aku merasa takut.
"Bagaimana bisa mereka tidak melihatku Vieni", tanyaku pada Vieni.
"Setiap Vampir biasanya memiliki satu kemampuan luar biasa dan ini kemampuanku", ucapnya.
"Menjadi tidak terlihat", ucapku bergumam.
"Sebenarnya bukan tidak terlihat, tapi hilang. Karena tidak hanya tidak terlihat tapi juga tidak ada yang bisa medengarku", jelasnya.
Kami berbincang-bincang sambil berjalan menyusuri berbagai tempat di istana ini. Sampai Vieni berhenti dan menunjukkanku ke arah ruangan megah dan mewah. Seperti nya sedang ada sebuah perayaan istana disini. Aku yang berada di lantai atas disebuah balkon yang langsung menghadap ke aula megah itu melihat aktivitas semua vampir yang berada dibawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Romance Of A Secret Magic And Vampire
FantasyKisah tentang seorang gadis yg mempunyai sihir tanpa diketahui oleh dirinya sendiri .. lalu dipertemukan dengan takdirnya yaitu seorang prince vampire bak dinegeri dongeng