•Kemungkinan -6•

1.7K 252 36
                                    

Basah itu yang dirasakan pria di dalam danau. Ia membuka matanya dan melihat kedalaman tempat alami itu, pun merasakan jika dadanya terasa sakit. Kedua lengannya yang kokoh mulai bergerak, berenang naik ke permukaan, tidak terlalu terburu-buru juga tidak melambat. Ketika sampai di permukaan, ia sengaja menyembulkan sedikit kepalanya dan tak melihat siapapun di sana kecuali ikan-ikan yang mengira dirinya adalah kawanan mereka.

Pria itu lantas berenang ke tepian danau, menapakkan kakinya yang terasa dingin di tanah bebatuan tepi danau, kemudian meremas dadanya yang mengucurkan darah kembali. Ia menatap sekitar tempatnya duduk, sekiranya dapatkan sesuatu untuk digunakannya menahan rembesan darah.

"Lucu sekali ingin membunuhku dengan cara manusiawi? Alora, tunggu aku pulang."

Pria itu bangkit setelah menempelkan beberapa dedaunan di lubang dadanya, berjalan meninggalkan tetes-tetes air sebagai jejak hidup yang akan menghilang saat terkena angin malam. Ia keluar dari kawasan danau dan sudah menjamah tanah beraspal, menunggu mobil yang lewat untuk meminta tumpangan.

Tangannya yang pucat melambai para truk oranye dari kejauhan. Sopirnya menepikan truk pengangkut barang kiriman menatap pria itu seksama, kemudian mengernyit.

"Apa yang sudah terjadi padamu, Bung?"

"Aku dirampok, ditusuk dan dijeburkan ke danau."

Pria berjambang setengah putih di balik kemudi mengambil sesuatu di balik jok dan memberikannya pada pria yang kedinginan di luar truknya. Dia memberi kode pada pria yang sekujur tubuhnya basah untuk segera masuk dan mengenakan kaus lumayan tebal miliknya.

"Terima kasih," kata pria itu masuk dan duduk di sisi kemudi.

Pria pemilik truk melihat jelas pria di sampingnya meringis menahan sakit di dadanya. "Kau perlu mendatangi klinik terdekat, lukamu cukup dalam kurasa."

"Itu lebih membantuku lagi," kata pria itu menyetujui.

Truk oranye itu kemudian melaju meninggalkan danau, bukan hal baru jika ada begal di dekat danau. Selain penerang jalan yang kadang tak berfungsi, juga jarang ada mobil yang lewat sana dini hari. Sementara dirinya lebih suka aroma khas danau air asin itu di malam hari, mengingatkannya pada tempat kelahiran.

Klinik dua puluh empat jam yang buka punya sedikit kesibukan. Dokter pria yang sepertinya berwargakenegaraan asing itu sigap menolong pria berkaus abu-abu gelap itu. Ia hanya sendiri dan berkata jika suster yang membantunya bekerja ada urusan. Dokter itu kadang menaikkan kacamatanya saat menjahit luka menganga pria yang berbaring di meja periksanya.

"Apa yang terjadi padamu, Pak? Lukamu cukup dalam namun beruntung itu tak menusuk jantungmu, satu senti saja meleset mungkin Anda sudah meninggal."

"Aku dirampok, dilempar ke danau dan ditolong pria pemilik truk oranye tadi," jelas pria itu akan bangkit.

Dokter pria berkacamata itu menahan pasiennya bangkit. "Istirahatlah di sini, pulanglah esok pagi saja."

"Aku baik-baik saja. Berapa biayanya? Nanti akan kubayar kalau aku sudah pulang."

"Jangan pikirkan soal biaya, Anda mengalami malam yang buruk. Lain kali saja."

"Aku tak biasa berutang budi pada seseorang yang sudah membantuku. Terima kasih sudah melupakan kantukmu demi menjahit lukaku." Pria itu mengenakan kaus abu-abu gelap seolah tak ada yang baru terjadi padanya.

Pria itu pergi tanpa alas kaki, berjalan seakan-akan hanya sebagai pria yang tersesat dan sudah tahu arah jalan pulang. Mulanya ia berjalan pelan dan santai, kemudian kencang dan sudah menghilang di balik kelam malam.

Agape [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang