•Gaun Marsala - 9•

1.6K 213 10
                                    

Kesibukan Alora masihlah sama, seputar ruangan staf keuangan kampus dan rumahnya. Ia tak begitu punya banyak teman yang mengajaknya keluar ke cafe atau jalan ke mall seperti wanita single lainnya. Teman utamanya hanyalah Queen, selebihnya hanyalah sekadar hubungan saling membutuhkan di tempat kerja.

Seperti saat ini, ia lebih suka menghabiskan makan siangnya di kantin kampus yang ramai sendirian. Ia memesan nasi rames dan es teh manis, untuk cemilan ia memilih pie susu dan keju masing-masing dua buah. Beberapa mahasiswi-mahasiswa menyapanya ramah namun tak ada niatan untuk menemaninya makan siang.

"Apa aku boleh duduk?" tanya seseorang ketika Alora baru saja melahap suapan terakhir nasi ramesnya. Ia mendongak dan mendapati senyuman pria berkemeja abu-abu itu.

"Kau di sini?"

"Aku tadinya mencarimu di kantor, tapi tak ada dan tanya mahasiswa di sana yang lewat katanya melihatmu di sini. Jadi, aku ke sini."

"Oh begitu," kata Alora. "Duduklah."

Pria bernama Reynold itu pun duduk di depan Alora, melihat piring bekas makan siang Alora yang bersih pun dia tersenyum. "Wah, aku terlambat, nih. Kamu sudah makan."

"Maaf, aku tidak tahu kalau kau-"

"Tidak apa, aku pesan makanan di sini saja, tapi jangan pergi dulu, temani aku makan siang." Reynold bangkit dan tersenyum sambil mengerlingkan sebelah matanya sebelum pergi memesan.

Alora tersenyum menanggapi permintaan Reynold, lelaki yang dikenalkan ibu Queen padanya itu tampak seperti lelaki pada umumnya, sikapnya juga wajar tak ada yang harus ditakutkannya atau mencontreng pandangan negatif padanya. Tidak seperti pria asing yang berhasil Ricko tusuk bagian dadanya itu, sudah berani merebut keperawannya secara paksa dan bisa tak terlihat.

Alora memikirkan perkataan ibu Queen soal usianya yang sudah memasuki usia matang. Ibu Queen sudah seperti ibunya sendiri-yang entah ke mana, karena hingga sekarang tak ada kabar rimbanya- maka dari itu ia memikirkan jika perkenalannya dengan Reynold mungkin awal dari kehidupan barunya nanti.

Reynold kembali sambil membawa teh kemasan botol, tersenyum ke arah Alora. "Nasinya nanti emang diantar ya?"

"Iya, biasanya gitu. Kalau ibu kantin sibuk bakal dipanggil."

Reynold mengangguk. "Oh, begitu."

Tak butuh waktu lama pesanan nasi Reynold datang. Makan siang pria itu diantar gadis ibu kantin yang perempuan, Reynold tahu jika gadis itu menatapinya, kemudian mengangguk sambil tersenyum pada Alora. Pria di depan Alora tak menaggapi banyak, ia lebih suka mengambil sepasang alat makan dan siap menyantap makan siangnya.

"Dia melihatmu," kata Alora sambil mengaduk es batu di minumannya.

"Siapa?"

"Gadis tadi, anaknya ibu kantin."

"Aku tahu."

"Trus," kata Alora.

"Enggak terus, nanti nabrak."

Alora tersenyum, "Bukan begitu, dia tampak menyukaimu." Alora memberitahu.

"Terima kasih pemberitahuannya. Aku tidak tertarik." Reynold menatap Alora sambil bergumam karena mengunyah makanannya.

"Permisi, ini kembaliannya, Mas." Gadis yang dimaksud Alora datang mendekat. Gadis itu menyodorkan uang kembalian pada Reynold.

Reynold menoleh ke samping, sedikit tersenyum. "Oh, terima kasih."

Gadis itu menyelipkan anak rambutnya ke balik telinga. "Sama-sama, Mas. Ada yang diperlukan lagi?"

"Enggak, terima kasih."

Agape [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang