-Yang Terlihat-11•

1.5K 194 36
                                    

Bekerja bukan suatu kegiatan baru bagi Alora. Sejak ia beranjak remaja sudah mulai bekerja paruh waktu karena ingin punya ponsel. Meski ponsel jadul tetapi tetap membutuhkan uang bukan, selain untuk jajan sehari-hari. Terasa menyenangkan ketika mendapatkan gaji pertama, seperti ada letupan bahagia membuncah di dalam dada.

Dalam hidup Alora, saat gajian adalah saat yang menyenangkan karena bisa membeli semua kebutuhannya selama satu bulan ke depan. Kini, hal iyu menjadi biasa saja, hanya menerima struk pengambilan uang tunai dari ATM kemudian membuangnya di tong sampah. Hal pertama yang akan dibelinya adalah minuman, mungkin otaknya terasa penuh dengan pemikiran sikap Reynold hari ini. Sejak pagi membuka mata, air mata mengalir dari sela kelopak mata dan disusul dengan isakan tertahan.

Aku terbangun dengan tubuh lelah luar biasa, baju yang dikenakannya juga berbeda dari sebelum tidur, seingatnya. Aku tak tahu bagaimana caranya bisa berganti pakaian, apakah aku yang menggantinya sendiri ataukah?

Alora berhenti melangkah kemudian mengingat-ingat benar apa yang terjadi semalam. Ia bersandar di mading lorong ke bagian kelas Ekonomi, berpapasan dengan beberapa mahasiswi yang didiamkannya. Ia terpaku dengan pikirannya soal semalam yang terjadi padanya adalah hal aneh, tak biasa.

"Miss enggak apa? Kok pucet gitu? Miss sakit, ya?"

"Iya, nih. Miss Altha sakit, ya?"

"Apa mau antar ke klinik kampus? Kita antar, yuk!"

Alora hanya menggeleng dan tersenyum masam. Ia mengangkat tangannya, mulai berjalan kembali. Pergi ke toilet kampus dan menutup biliknya gugup, terduduk di atas closet, dengan napas tercekat. Ia meraba isi pakaiannya, terutama bagian intimnya, sama sekali tak terasa nyeri pasca berhubungan intim seperti waktu itu. Sungguh, Alora dibuat bingung dengan dugaannya. Dugaannya saat ini adalah, pria itu masih mendatanginya.

Alora keluar setelah beberapa mahasiswi yang berdandan di kaca toilet perempuan selama sekian menit. Ia keluar dari bilik dan berkaca, hari ini ia merasa jauh sekali dengan Reynold dan ada pria lain selain dia yang menjamahnya kembali.

Air mata Alora menetes, menatapi dirinya di cermin. Betapa sialnya hidupnya selama ini. Orangtua yang tak jelas asal-usulnya sampai detik ini, hidup di panti asuhan dengan segala keterbatasan yang ada, harus bekerja menghidupi dirinya sendiri, belum juga bersuami tapi sudah mengalami hal yang semalang ini. Harus merasakan ketidakberdayaan di bawah kungkungan lelaki asing yang tak tahu siapa.

Alora terisak dalam, menangis tanpa suara rupanya menjadi kesulitannya saat ini. Akhirnya tangisannya keluar, awalnya terputus-putus kemudian lancar dan mengundang telinga lain. Seorang gadis berkacamata masuk dan melihat Alora yang menangis pun mendekat.

"Miss, kau kenapa? Apa ada yang berbuat buruk padamu?" Gadis itu tak mendapatkan jawaban akhirnya memeriksa ke sekeliling, dia tak menemukan orang lain selain dirinya.

Gadis itu mengelus bahu Alora, menenangkannya dan terus berada di sisinya. Dia tak tahu apa yang terjadi dan dirasakan Alora, hanya tahu jika pegawai kantor bagian keuangan kampus Evencio itu pasti punya masalah berat, namun dia tahu jika tak mungkin ikut campur terlalu dalam.

Alora sampai ke rumah lebih cepat, dijemput Ricko karena Queen tak bisa pulang secepat itu. Bahkan pria yang menjadi kekasih Queen membelikannya makan siang dan meninggalkannya bekerja kembali. Alora terduduk di ruang tamu cukup lama, hanya memandang detak jarum jam, ponsel dan ruangan rumahnya yang sejauh mata memandang hanyalah sepi. Ia tak lagi terisak, hanya sedikit mengendur mengutuk dirinya sendiri dan bertanya pada Tuhan, mengapa ia punya nasib tak sebaik atau cukup normal seperti kebanyakan orang lain di luaran sana?

Perut yang sudah terkuras energinya meminta jatah pengisian ulang. Maka, tangan Alora tergerak untuk membuka kotak makan siangnya, belian Ricko di salah satu restoran. Lauknya mengingatkannya pada makan malam spesial di rumah keluarga Reynold. Air mata Alora turun lagi, tak sederas saat di toilet ditemani gadis berkacamata, tapi rasa asin itu bercampur dengan makanannya di dalam mulut.

Agape [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang