•Layak -8•

1.6K 203 5
                                    

Poni hitam legam itu bergerak pelan, hampir tak terlihat oleh netra karena gerakannya akibatnya gelembung udara kecil yang sesekali keluar, menyangkut di sela-selanya. Tubuhnya seratus persen terendam cairan bening, belum bisa dikatakan itu adalah air, akan tetapi cairan itu mengandung air dan kandungan lainnya mirip.

Mata cokelat itu nyata terbuka, namun yang tampak olehnya tak begitu jelas, seperti matamu ditutupi kantung kresek buram, ya, seperti itulah yang dilihatnya sejak pertama merasakan sesuatu menyeruak masuk ke dalam nadinya. Kini, ia bisa melihat segalanya, termasuk di mana keberadaannya saat ini.

Kalung berbandul huruf R itu kadang bergerak ke atas ataupun ke samping saat tubuhnya bergerak. Ia tak paham dengan apa yang terjadi, terdapat beberapa selang tipis seperti infus masuk ke nadi tangannya, kemudian selang tipis berwarna gelap ada di keempat anggota gerak utamanya. Di luar sana ia melihat seseorang yang berdiri di depan monito, di sisinya ada pria bercakamata yang jauh lebih muda darinya.

Pria di dalam tabung besar itu terus bergerak, bahkan tak peduli dengan kondisinya saat ini yang hanya memakai celana pendek warna nude. Ia tak kesulitan bernapas karena saluran pernapasannya dibantu dengan rebreathing mask, pemasok utama udara untuk paru-parunya. Masker itu dilepasnya dan berusaha memukuli kaca ketika dua orang di luar itu tak juga memperhatikannya.

Pada awalnya ia tak benar berniat untuk melepas masker oksigen, tetapi merasa tak kesulitan untuk bernapas sama sekali. Seketika ia merasa ada yang tak beres dengan dirinya, sempat mengira jika telah mati. Pria muda di luar tabung melihat ke arah pria di dalam tabung dengan menopang siku di meja, sedikit bicara dengan pria di sisinya yang kemudian menoleh ke belakang.

Kini keduanya melihat pria di dalam tabung mulai sedikit berulah. Mulai bisa melepas sendiri alat-alat yang entah apa menempel di tubuhnya dengan kesal, memukul dinding kaca dan berkata sesuatu.

"Apa kau tahu, apa yang dikatakannya?" tanya pria tua berambut putih itu pada si Pria muda.

"Kurasa dia berkata 'Lepaskan aku' kemungkinan besar iya."

Pria tua itu tersenyum, menaruh map di tangannya ke meja dan tersenyum yany tak enak dipandang siapapun. Sementara di dalam tabung pria itu semakin geram karena ia bisa bernapas dan terkurung di sana entah dalam waktu berapa lama, yang jelas kulit tangannya sudah memutih.

Cairan di dalam tabung itu bergerak-gerak tak beraturan, semakin kencang karena amarahnya memuncak, dan hal yang terjadi selanjutnya adalah apa yang diinginkan oleh pria tua berambut botak itu.   Dia tersenyum merekah sambil melongo, bahwa apa yang diimpikannya telah terwujud meski bukan dirinya yang merasakan.

"Benar-benar bekerja. " Pria muda berkacamata itu melongo menatap apa yang dilihatnya langsung.

Alora tergagap bangun dengan tubuh bergetar, seketika melihat sekelilingnya yang samar-samar antara beberapa pemandangan. Ia melihat pria di dalam tabung, kemudian beralih pada ruangan serba putih yang terdapat brankar kemudian berubah menjadi kamar dan ia sendirian.

Percakapan-percakapan yang terdengar pun mendukung apa yang dilihatnya. Ia meremas selimut, yakin jika selimutnya itu bermotif bunga lili warna kuning. Akan tetapi, kini berubah bergaris seperti selimut yang ada di rumah sakit, kemudian kain putih yang terendam air.

"Ada apa denganku?" tanya Alora memejamkan matanya.

Seseorang masuk dan mendekatinya, membawa baki cekung dari stainless steal dan berpakaian serba putih, tetapi berubah menjadi Queen dengan pakaian yang berbau wangi parfum.

"Hei, kau baik-baik saja? Kenapa memejamkan mata begitu?"

Pemandangan yang Alora lihat seperti hologram, satu scene tapi berbeda tempat dan pakaian juga. Alora menatap Queen lama, beberapa lamanya hanya terdiam dan memandang, akhirnya Alora berdehem.

Agape [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang