8 : tidak terduga

3.2K 613 105
                                    

brakkkk!

"Sumpah ya goblok, gue ga ngerti sama lo,"

Sebelumnya, biar ku jelaskan suatu hal pada kalian. Perempuan bar-bar kesayangan kita, Kim Jungeun, tiba-tiba berlari dari pintu kelas menuju meja kami dan langsung menggebrak meja tidak berdosa itu dengan kedua telapak tangannya.

Satu kelas terkaget-kaget, tentu saja.

Aku mengerutkan dahiku dan menatap Jungeun datar. "Apa?" tanyaku.

Jungeun duduk di bangku sebelahku dan dengan ekspresi wajah anehnya, ia memijat dahi. "Lo bisa-bisanya nolak Mingi... Gimana gitu loh anjeeeng???"

Aku memutar bola mataku. Ternyata tentang kemarin sore. Tunggu, tahu dari mana Jungeun, jika Mingi menembakku kemarin?? Aku tidak bercerita pada Yunho ataupun Jungeun sama sekali??

"Lo tau dari mana bangsaaat??" seruku.

"Ya laki gue lah. Gitu ya, udah sama Mingi, lupa sama Yunho. Inget Nath, dulu kita sering cenglu nyari tukang cilor," ucap Jungeun.

Aku menepuk dahiku. "Laki lo ya, bener-bener," aku bangkit dari kursiku dan mengantungi ponselku, "Kalo balik-balik laki lo bonyok, berarti itu gue yang nampol."

"Woy woy, mau ke mana lo?? Dikebiri wakasek lo gelut di sekolah??" seru Jungeun.

"Beli makan lah, laper gue dengerin lo bacot," ucapku, kemudian pergi keluar kelas.

Aku kembali memijat dahiku. Rasanya semua hal menjadi begitu memusingkan.

Tanganku tiba-tiba ditarik cepat oleh seseorang, membuat langkah kakiku terhuyung-huyung mengikutinya. Ia membawaku ke parkiran sepeda yang tentunya sepi di jam-jam seperti ini.

Orang itu mendorong tubuhku hingga aku agak tersungkur. Aku mengangkat kepalaku, melihat siapakah orang itu. Aku tidak mengenalnya, tidak sama sekali.

Orang itu--perempuan itu memiliki rambut panjang sepinggang yang ia gerai begitu saja. Di sebelahnya, ada dua perempuan lain, salah satunya memiliki rambut sebahu. Mereka menatapku tajam. Ia yang berambut panjang melipat kedua tangannya di depan dada dan menatapku dengan tatapan tidak suka.

"Jadi lo, yang berani-beraninya nempelin Mingi??" ucap si rambut panjang.

Si rambut sebahu melempariku dengan telur. Nyeri sekali saat cangkang telur yang keras itu membentur kepalaku, kemudian pecah di rambutku. Aku menundukkan wajahku tanpa berani berkata apa-apa.

Si rambut panjang mendekatiku dan berjongkok di depanku. Ia meraih daguku, membuatku menatapnya.

"Lo siapa? Orang baru, berani-beraninya godain Mingi? Ck, murahan!" ucap si rambut panjang, lalu menamparku.

"Jual badan ya lo,"

"Ck, slut,"

Mereka makin melempariku dengan telur, hingga bau amisnya benar-benar menempel di tubuhku. Percuma saja, aku tidak berani melawan mereka. Di parkiran ini ada banyak besi tua, batu, dan berbagai benda lain yang bisa mereka gunakan untuk melumpuhkanku, aku tidak mau ambil risiko.

"Gak bisa jawab apa gitu? Kenapa, hm? Bisu? Budek?? Eh, godain Mingi aja bisa, masa ngomong doang gak bisa??" seru si rambut panjang lagi. Tak tanggung-tanggung, ia menendangku dengan keras.

"Gue bakal selalu awasin lo. Sekali lagi lo deketin Mingi, gue bakal lebih keras sama lo,"

Si rambut panjang dan teman-temannya berbalik kembali ke area sekolah, meninggalkanku begitu saja di parkiran dalam keadaan yang tidak mengenakkan ini. Aku meneteskan air mataku, sudah ku duga akhirnya akan seperti ini, mengapa aku masih tidak bisa menahan langkahku?

Time Of Our Life ➖ATEEZ Mingi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang