12 : LBM

3.2K 577 72
                                    

Aku menatap gedung olahraga yang berdiri kokoh di hadapanku. Siang ini, lengkap dengan pakaian suporterku, aku dan Jungeun memutuskan untuk menonton liga basket. Pertandingan menjadi terasa berbeda setelah semua yang telah ku lalui bersama Mingi. Canggung, seperti itu.

"Sumpah, gue gak bisa," ucapku pada Jungeun.

"Lo inget kan yang Yunho bilang kemaren? Kehadiran lo itu udah cukup buat Mingi," ucap Jungeun.

Aku mengangguk dan meneguhkan hatiku. Ayo, ingat tujuan awalmu, Natasha. Kau datang untuk mendukung tim sekolahmu, bukan untuk berurusan dengan Mingi ataupun fans-nya yang barbar itu.

Aku berjalan beriringan dengan Jungeun memasuki gedung olahraga. Begitu berdiri di atas tribun, mataku langsung memindai lapangan begitu saja, tanpa ku sadari. Mingi ada di sana, tentu saja, bersama teman-teman satu timnya berdiri melingkar dengan coach di tengah mereka memberi aba-aba.

Yunho tiba-tiba menolehkan kepalanya ke arah kami. Sebelum Yunho sempat mengatakan apapun, aku terlebih dahulu memberi isyarat agar ia tetap diam. Yunho menganggukkan kepalanya dan kembali menatap coach.

Aku tersenyum kecil. Cukup tunggu hingga Mingi menyadari kehadiranku.

Coach sepertinya sudah selesai memberikan arahan pada para pemain. Mereka langsung membubarkan diri dan menyebar di sekitar ring, mempersiapkan diri sebelum pertandingan dimulai.

Mataku kembali terkunci padanya. Di seberang sana, Mingi berdiri terdiam menatapku, seperti ada ratusan kata yang tertahan, yang tidak bisa ia ucapkan.

"Nath,"

Jungeun menggapai bahuku dan menepuk-nepuknya. Sama halnya dengan di lapangan, Yunho berlari menghampiri Mingi dan merangkulnya, membuat laki-laki sipit itu kembali menunjukkan senyum lebarnya.

Lagi-lagi, tanpa ku sadari, aku ikut tersenyum melihat bagaimana Mingi tersenyum. Mingi, aku harap kau bisa selalu bahagia, seperti hari ini.

Priiiit!

Peluit tanda dimulainya pertandingan pun dibunyikan. Dengan larinya yang sangat cepat, Mingi merebut bola dan mencetak skor pertama bagi sekolah kami. Ia kembali tersenyum dan menoleh ke arahku.

Uh, hatiku terasa menghangat melihat senyumannya.

Skor selanjutnya dicetak oleh Yunho. Seperti biasa, Jungeun akan menjadi yang paling heboh ketika laki-laki tinggi itu memasukkan bola ke dalam ring.

Pertandingan berjalan hanya seperti itu, berakhir dengan kemenangan telak oleh sekolah kami. Begitu pun setiap Mingi mencetak skor, sebanyak iti pula ia menoleh ke arahku, membuat ribuan kupu-kupu terasa hinggap dan menggelitik perutku.

Begitu tribun sudah mulai kosong, Yunho dengan seragamnya berlari ke arah kami dengan senyum lebarnya. Sendirian, tanpa Mingi. Entah ada di mana ia sekarang.

"Halo cewek-cewekku," sapa Yunho.

"Idih," dengusku.

"Jangan gitu, Nath. Inget, dulu kita--"

"Iya dulu kita sering cenglu nyari cilor, Eun, please, gue bosen dengernya," aku memotong omongan Jungeun.

Yunho tertawa, "Hehe, akhirnya dateng juga lo. Makasih ya, tuh si kapten ga berhenti nyengir."

Aku menoleh ke arah belakang Yunho. Di ujung sana, Mingi duduk sendirian sambil menenggak air mineralnya. Eh tunggu, ada sesuatu yang tidak asing di botol mineralnya.

Post it-ku.

"I-itu... Air yang kemaren gue beli, ga diminum ya sama Mingi?" tanyaku.

"Diminum lah, bolak-balik itu orang pamer sama gue, 'dibeliin Natasha dong,' sampe budek gue dengernya," jawab Yunho. "Post it-nya disimpen, barusan dia beli akua, eh ditempel lagi di botolnya."

"Gila, aku gak nyangka kalo Mingi sampe segitunya," sahut Jungeun. "Sumpah, dari dulu ku kira Mingi itu tipe yang hard to approach."

"Kalo aku??" tanya Yunho.

"Easy banget lah, kamu kan ke mana-mana nyengir, gak kayak Mingi tuh muka ditekuk mulu," jawab Jungeun. "Tuh, Nath, Mingi akhirnya bisa senyum sama lo. Perjuangin balik lah!"

Aku menggeleng pelan. "Gue anaknya ribet, lebih baik kalo Mingi ga buang-buang waktu," ucapku.

"Gak ada waktu gue yang kebuang karena lo,"

Mingi tiba-tiba muncul di sebelah Yunho. Oke, mungkin aku yang terlalu serius mendengar obrolan Yunho dan Jungeun sampai tidak tahu jika Mingi berjalan mendekat. Tapi saat ini, aku panik!!

"Nath," panggil Mingi. "Lo sendiri yang bilang kalo gue selalu bisa balik kapan aja, kan? Ayo benerin semuanya, sebelum semuanya tambah rusak."

Aku tersenyum. "Selamat ya atas kemenangannya. Gue sama Jungeun masih ada kerjaan," ucapku, lalu menarik tangan Jungeun agar mengikutiku keluar dari lapangan.

Tetapi, tidak semudah itu. Mingi mengejarku dan menahan tanganku.

"Natasha,"

Sungguh, aku tidak ingin menumpahkan segala emosiku di sini. Aku tidak bisa begitu saja berbalik dan berteriak padanya, betapa hati kecilku merindukannya. Aku tidak bisa... Segala kata tak beraturan itu memaksaku untuk mengucapkannya.

"Dateng ke rumah gue, terserah kapan lo mau dateng," aku memaksa untuk tersenyum, meskipun air mataku hampir jatuh, "entah apa keputusan lo, gue selalu nunggu lo kembali, kayak janji kita waktu itu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




note.
sekarang aku kemusuhan kalo denger wonderland. langsung inget mama stage soalnya.

anyway, have a nice day! ✨

Time Of Our Life ➖ATEEZ Mingi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang