bagian 1

236K 1.5K 21
                                    

"ahh.."

"ahmm..."

"shhh..."

"a..ahhh t..tristan.."

"ahh..."

Kata demi kata saling bersautan antara dua insan yang tengah menikmati cintanya

"a..andini"seru tristan

Perlahan andini melepaskan cengkraman di bahu tristan, lemas, yaa hanya itu yg dirasakan, tristan pun duduk di tepi ranjang

"semoga menghasilkan"lirih andini

"sabar aja, semua butuh proses"jawab tristan

"tapi sampe kapan mas?"tanya andini lesu

"sampe tuhan memberikannya untuk kita"ujar tristan yang langsung membuat andini bungkam

"aku ke kamar mandi dulu"ujar tristan

Andini pun menutupi tubuhnya dengan selimut dan merenungkan kata kata suaminya itu

Skip

Pagi harinya andini sedang memasak sarapan untuknya dan suaminya sembari menyetel musik santai, tiba tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya

Cup

"selamat pagi"ujar tristan sambil menciumi leher belakang andini

"mas duduk aja disana aku mau masak nanti gk konsen lagi"ujar andini

"morning kiss?"tanya tristan

"nanti aja aku lagi masak nanti gosong"ujar andini

"hmm yaudah"tristan pun duduk di meja makan sembari menunggu makanannya

Andini pun menghampiri tristan sembari membawa sarapan

"sekarang ada meeting?"tanya andini sembari menyendokan nasi ke piring tristan

"ada, tapi aku wakilin sama asisten aku aja"ujar tristan

"kenapa?"tanya andini

"ada berkas yg harus diberesin di kantor jadi, asisten aku aja yang pergi aku percaya banget sama dia, kinerjanya juga bagus banget"ujar tristan

"ohh, cewe apa cowo?"tanya andini dengan nada sedikit dingin

"kalo cewe kenapa kalo cowo kenapa?"tanya tristan

"aku gasuka aja kalo asisten kamu cewe, terus muji muji depan aku"ujar andini to the point

"tenang aja asisten aku cowo kok yaa seumuran kamulah"ujar tristan, memang selisih umur tristan dan andini terpaut 7 tahun, dan usia pernikahan mereka sudah 5 tahun

"baguslah"ujar andini

Setelah selesai sarapan tristan pun pamit pada andini untuk pergi ke kantor

***

Tristan berjalan memasuki kantornya, siapapun yang memandangnya akan berdecak kagum, CEO muda dan berbakat tentunya di dukung oleh paras yang rupawan dan berkharisma, siapa yang berani menolaknya

Tristan menjawab beberapa sapaan pegawainya hingga ia bertemu dengan asistennya

"pak.."sapa asistennya yang bertubuh tinggi berkulit coklat, berwajah tampan dan sedikit lebih muda darinya itu

"ehh andika, kebetulan ketemu kamu disini"ujar tristan

"ada apa ya pak?"tanya andika

"nanti jam 10 saya ada meeting sama klien di ***** kamu bisa handle? Soalnya ada beberapa berkas yang harus saya selesaikan"tanya tristan

"ohhiya pak saya siap"jawab andika

"oke alamat lengkapnya saya whatsapp-in ke kamu"ujar tristan, andikapun mengangguk

Skip

Diruangannya tristan sedang memegang secarik kertas bergambar dan sesekali memutarnya

'Program Kehamilan'

"kenapa?kenapa ini harus terjadi?andini maafkan aku"lirih tristan

Memang pernikahannya sudah cukup lama namun kehadiran si kecil belum juga terlihat, sepi?yaa sungguh sepi tanpa hadirnya tawa dan tangisan bayi di rumahnya

"apa harus aku melakukan sesuatu?meski itu menyakitiku?"tanyanya pada dirinya sendiri

****

Waktu telah menunjukan pukul 17.30 dan ini waktunya tristan pulang, dengan lunglay ia memasuki mobilnya, dan mulai menuju perjalanan pulang

Ditengah perjalanan tristan bertemu dengan seorang anak yang terjatuh daru sepedanya, tristan pun turun dari mobilnya

"dek..kamu gapapa?"tanya tristan pada bocah lelaki itu

"kaki aku sakit om"ujar anak itu

Dengan segera tristan mengambil air mineral di mobilnya dan membasuh kaki anak itu dengan telaten

"om baik banget sama aku, pasti anak om bangga punya ayah kaya om"ujar anak itu sembari menampilkan gigi susunya

Seperti tertusuk samurai tepat dijantung, tristan memandang anak itu nanar dan penuh kekecewaan

"adit, kamu darimana aja sih??ini mau magrib masih aja main sepeda"ujar wanita dengan rollan rambut itu

"maaf mah"ujar anak itu

"maaf ya pak jadi merepotkan"ujar wanita itu

"tidak masalah"jawab tristan dengan senyuman, dan kembali masuk ke mobil setelah berpamitan

Sesampainya dirumah, tristan melangkahkan kaki kerumahnya dengan malas dan berat

"mas kamu udah pulang"ujar andini

Tristan hanya membalas dengan senyuman hambar

"kamu kenapa?"tanya andini

"gapapa, emm andini bisa tinggalin aku sendiri dulu?"tanya tristan

"o..ohh maaf, aku siapin air sama baju kamu dulu"ujar andini yang sudah tau sifat suaminya itu meski yaa sedikit sakit hati tapi apa boleh buat memang sifat suaminya seperti itu

"apa aku harus membulatkan keputusan itu"gumam tristan

Setelah dirinya sedikit tenang ia pun menghampiri istrinya di lantai dua rumahnya untuk membersihkan diri dan beristirahat
















Bersambung..

istri bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang