bagian 7

108K 985 10
                                    

Waktu berlalu dengan cepat tak terasa ini adalah hari dimana tristan akan pulang dari luar kota

Pukul 07.00

"mas dika bangun kita sarapan yu"ujar andini

"ini kan tanggal merah sayang aku pengen tidur agak lamaan"ujar andika

"kamu tetep harus sarapan mas"ujar andini

"gimana kalo sarapannya emm..itu"ujar andika

"itu apa?"tanya andini

"sini aku bisikin"andini pun mendekatkan telinganya

"apa??ini udah pagi mas kalo mas tristan tiba tiba pulang gimana?"tanya andini

"ya gapapa kita kan suami istri, istri itu tugasnya melayani suami"ujar andika

"hmm iya deh mas iya"jawab andini

Merekapun melakukan ritual di pagi hari, dan setelah selesai..

"ahh.."andika berbaring di samping andini

"nggh..jadi cape kan jadi ngantuk"ujar andini

"yaudah kita tidur lagi aja"uhar andika, andini pun mengangguk

****

Cklek..

Tristan membuka pintu rumahnya

"tumben sepi, pada kemana?apa pergi?kalo pergi kok pintunya gak dikunci"gumam tristan

Tristan pun pergi ke dapur dan mengambil segelas air

"mas tristan"panggil andini dengan wajah khas bangun tidur

"sayang"jawab tristan sembari mengecup kening andini

"mas kok gabilang bilang pulangnya"ujar andini

"hmm gapapa, eh kamu baru bangun tidur?tumben siang"ujar tristan

"engga kok aku udah bangun dari subuh cuma pas udah bikin sarapan aku ketiduran lagi"ujar andini

"hmm gitu iya iya"

"mas udah makan?"tanya andini

"udah kok lambung udah dikasih jatah yang belum itu.."tristan mulai mendekati andini

"apa?"tanya andini

"dikamar aja yu"ajak tristan, andini hanya mengikuti tristan ia terngiang ngiang kata kata dari andika

'tugas istri itu melayani suami'

Andini tau betul apa maksud dari keinginan tristan, andini lelah baru beberapa jam ia melakukannya dengan andika dan kini harus melakukannya 'lagi' dan pasti 100 kali lipat lebih lelah karna permainan tristan 100 kali lebih ganas dibanding andika

Kini andini tengah duduk di ranjangnya dan tristan sedang berganti baju, setelah tristan ganti baju ia pun menghampiri andini

"aku kangeen banget sama kamu"ujar tristan sembari mendekati istrinya

"aku juga kangen mas sama kamu"ujar andini

"kamu mau kan layanin aku sekarang"pinta tristan, namun tidak seperti permintaan melainkan perintah

"iya mas"jawab andini pasrah

***

Andika bangun dari tidurnya karna merasakan kosong disebelahnya, ya istrinya sudah tidak ada

"apa adin lagi sarapan"gumamnya

Andikapun hendak turun, namun ia melihat kamar tristan dan andini terbuka

"pa tristan udah pulang?"tanyanya pada dirinya sendiri

Andika pun mendekat dan ya suara itu kembali memasuki telinga andika

"ahh..ahh..ahhmm.."

"m..mas..p..pelan pelan..hah"

"a..aku cape"

"tahan sayang"

"hah..hah..hah"

Andika pun memutuskan untuk turun sarapan

"hmm pantes aja adin gak ada di kamar gue, kasian juga ya adin baru aja beberapa jam main sama gue sekarang harus main lagi sama pa tristan, bego banget gue kenapa minta itu ke adin, kasian kan dia pasti cape"gumam andika

Skip

Andini terbaring lemah di ranjangnya, sangat lelah tampak jelas terlihat pada raut wajahnya

"sayang?"panggil tristan

"hmm?"jawab andini

"kamu kok kayanya lemes banget, gegara aku ya?"tanya tristan

"engga kok mas"jawab andini sembari memejamkan matanya

"bener?"tanya tristan meyakinkan

"mas biarin aku istirahat dulu ya"ujar andini sembari menyibakan selimut pada tubuhnya

****

Tristan pun turun dan melihat andika yang sedang bermain ponsel

"dik"panggil tristan

"ehh pak, kenapa?"tanya andika

"saya mau ngomong serius sama kamu"ujar tristan

"apa itu?"tanya andika

"emm..kalo misalkan andini hamil dan ngelahirin anak kamu, apa kamu rela ngasih anak itu ke kita?dan jadi penerus perusahaan saya?"tanya tristan

Entah apa yang menusuk jantung andika, hatinya begitu kelu mendengar kata kata tristan padahal dulu ia menyetujuinya namun mengapa kini hatinya begitu berat jika ia harus memberikan darah dagingnya dan ia harus kembali hidup 'bujangan', sungguh andika sangat bersyukur karna memiliki andini namun ia juga sadar bahwa ini hanya sementara namun egonya memaksanya untuk memiliki andini sepenuhnya

"dika?gimana?"tanya tristan

"e..eh iya pak iya"jawab andika

"maaf sudah merepotkan"ujar tristan sembari meninggalkan andika

"s..sama sekali tidak merepotkan"lirih andika



















Bersambung..

istri bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang