Bagian 6

59 4 4
                                    

"Masyaallah itu ubin mesjid atau muka sih! Adem amatt," celoteh Icha yang tak henti-hentinya memuji muka Gibran ygang sedang bermain basket di lapangan.

"Adem aja kali," ujar Tessa.

"Iri mulu lo tissu!" Ucap icha.

"Enak aja, nama gue bagus ya Tessa ngatain gue lagi lo," protes Tessa.

"Udah deh kalian kalo mau ribut ke pengadilan aja sana, puas tuh," ucap Nada.

"Ih gatau ah males," Icha melanjutkan kembali aktivitasnya itu.

Brukk

Bola basket tepat mengenai kepala Icha.

"Eh icha," kaget Tessa karena Icha langsung terjatuh pingsan.

Elena mengambil bola basket yang mengenai kepala Icha. "Siapa yang lempar?"

"Sorry gue ga sengaja," Gibran berlari mendekati mereka.

"Ga sengaja pala lo! Ini Icha gimana?!" Rusuh Tessa.

Gibran berjalan ke arah Icha dan segera menggendongnya membawa ke arah uks.

Nada yang hendak berjalan ke uks, secara tiba-tiba ada yang menggenggam tanganya dari arah belakang. Sontak ia kaget.

"Eh," Nada menengok ke arah belakang, dan mendapati Rama yang sedang memegang pergelangan tangannya. "Ada apaan sih?!"

Rama langsung menarik tangannya. Membawa Nada ke arah belakang sekolah.

"Rama ih! Lepasin," gusar Nada dan Rama tetap berjalan sambil menarik tangan Nada yang dari tadi meneriakinya.

Sesampainya di belakang sekolah Rama langsung melepas tangan Nada.

"Ih lo bisa gak sih ga kasar jadi cowo hah?!" Kesal Nada sambil memegang tangan kanannya yang memerah akibat ulah Rama.

"Kalo gue gak gituin lo, yang ada lo gamau ikutin gue," ucap Rama.

"Penting emang?"ketus Nada. "Minta maaf apa kek gitu,"

"Penting," datar Rama.

"Aneh banget lo, tuh muka keset welcome atau apaan sih?! Datar amat heran," celoteh Nada.

Rama melipat kedua tangannya memperhatikan Nada yang sedari tadi mengoceh.

"Udah selesai hina gue nya?" Rama menaikkan satu alisnya.

Nada menyadari sikapnya tadi langsung terdiam. "Ya maaf abisnya lo sih,"

"Kenapa jadi gue?" Tanya Rama.

"Ih udah ah, lo mau ngomong apaan sih?"

"Lo kemaren diapain sama si Roy?"

"Roy?" Heran Nada.

Rama hanya mendenguskan nafasnya.

"Oh yang kemaren," jawab Nada. "Dia nanya in lo terus tiba-tiba ngenalin diri ke gue aneh banget kan?"

"Terus?"

"Ya gitu," ragu Nada.

"Lo kasih tau nama lo?" Tanyanya.

"Ngga sih, keburu lo nya langsung dateng ngehajar," Nada menjawab

"Jadi kalo gue ga dateng ngehajar, lo bakal kasih tau nama lo gitu?"

"Ya gatau juga, lagian kenapa sih? Ribet amat masalah gituan juga," ucap Nada.

"Ribet? Kalau dia sampe tau nama lo dan lo ketemu lagi sama dia itu baru ribet," datar Rama.

"Yaudah iya," Nada mengela nafas. Kemudian ia melihat ke sekelilingnya yang terdapat banyak tulisan di tembok.

"Ma kalau boleh tau, Wakom itu apa sih?" Tanyanya setelah melihat tulisan dengan kata Wakom yang di beri warna merah menggunakan pilox.

"Kenapa?" Tanya balik Rama.

"Ya gapapa gue penasaran aja," jawab Nada

"Ntar aja gue kasih tau,"ucap Rama.

"Kapan?" Tanya Nada dengan polos.

"Di waktu yang tepat," jawab Rama. Ia melihat ke arah belakang rok Nada yang terdapat noda merah.

"Lo tunggu disini, ntar gue balik lagi," Rama langsung berlari meninggalkan Nada.

Nada sempat heran dan ia mengikuti apa yang Rama katakan padanya.

Tak lama Rama datang dengan membawa jaket berwarna hitam di tangan kanannya. Kemudian ia langsung mengikatkan bagian lengan dari jaketnya ke pinggang Nada untuk menutupi noda tersebut.

"Eh Ma buat apaan?" Kaget Nada.

"Maaf, lo lagi dateng bulan?" Tanya Rama.

"Gawat! Sekarang tanggal berapa?" Tanya Nada.

"Tanggal 3, kenapa?"

"Aduh gue lupa sekarang kan awal bulan," cemas Nada. "Aduh Ma ini jaket lo ntar kotor gimana? Udah deh nih gausah," Nada hendak melepas jaket Rama yang berada di pinggangnya. Namun dengan cepat Rama menghentikan Nada.

"Daripada lo jalan ke kelas dengan rok lo yang--"

"Eh eh iya deh," Nada kembali mengikatkan jaket tersebut. "Ntar gue balikin,"

"Bentar lagi masuk, lo ke kelas aja," ucap Rama.

"Makasih jaketnya," Ucap Nada kemudian meninggalkan Rama dan menuju kelasnya.

***

Nada memasuki ruang kelasnya yang ternyata sudah ada guru. Ia mengetuk pintu.

"Bu maaf saya telat," ucap Nada kepada Bu Suneng.

"Kenapa bisa telat?" Tanya Bu Suneng.
"Sejak kapan kamu tidak displin seperti ini?"

"Maaf bu, saya--"

"Kamu tau kan saya tidak suka orang yang disiplin?!" Teriak Bu Suneng.

"Iya bu,"

"Saya ga perduli kamu cewe atau cowo, berdiri di depan kelas sampai pelajaran ibu selesai," ucap Bu Suneng kemudian kembali memasuki kelas untuk mengajar.

Nada berdiri di depan kelasnya. Menunggu sampai pelajaran selesai. Hari ini perutnya terasa sakit sekali, karena ini adalah hari pertama datang bulan. Perutnya sangat keram di tambah sakit karena ia belum makan tadi pagi.

Pelajaran masih berlanjut, Elena dan Tessa di dalam kelas mengkhawatirkan keadaan Nada yang berada di luar kelas. Terlihat muka pucat dari Nada pada saat ia di marahi Bu Suneng.

"Na gue takut Nada kenapa-kenapa," bisik Tessa.

"Duh gimana ya, si Bu Suneng ribet banget jadi guru," ucap Elena.

"TESSA ELENA KELUAR KALIAN!" Teriak Bu Suneng.

Tessa dan Elena melirik satu sama lain.

"Siap bu," ucap Elena. Kemudian mereka keluar dan berdiri di depan kelas.

"Na lo gapapa kan?" Tessa langsung menanyai keadaan Nada.

"Eh kalian kenapa ada di luar sih?" Tanya Nada.

"Biasa kita ngobrol, ngamuk dah inces yang ada di dalem," ucap Elena. Kemudian ia melihat sebuah jaket yang diikat di pinggang Nada.

Kaya kenal jaketnya, Elena membatin.

"Na itu jaket siapa?" Tanya Tessa.

"Jaket Rama, gue bocor Sa dia minjemin ini," jawab Nada.

Seperti ada pisau tajam yang menusuk dada Elena setelah mendengar jawaban dari Nada. Pikirannya benar. Yang ia tahu, Rama tidak akan memberikan jaket nya ke sembarang orang. Dan sekarang pikirannya bertanya-tanya, ada apa dengan Rama?

VOTE KOMEN OKE
MENGHARGAI KARYA ORANG GAADA SALAH NYA KOK💛
Next? Komen ya

INSIDIANTURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang