"suka itu boleh, tapi jangan sampai mengemis. Cinta itu memang merendah, tapi ga murahan."
Vano sedang menahan rasa ngantuknya dan sedari tadi ia terus menguap. Mario yang berada di sebelahnya melirik kepalanya melihat kelakuan sobatnya itu."Anying tunduh kieu" Vano menidurkan kepalanya di atas meja.
"Dugem wae sia mah," ujar Mario. "Tobat bisi isukan kiamat," lanjutnya
"Punten gue mah udah yakin lur," celoteh Vano membanggakan dirinya sendiri.
"Omongan lo penuh dusta," Ucap Mario kemudian ia kembali memperhatikan Pak Nunu yang sedang menjelaskan pelajaran. Sedangkan Vano kembali melanjutkan tidurnya.
Drrttt
Suara getaran yang berasal dari handphone milik Vano di balik saku celananya.
"ANJING REUWAS" ia sontak langsung menegakkan ketika merasakan getaran bunyi dari handphone nya itu.
"Ada apa ribut-ribut?" Pak Nunu berhenti menjelaskan dan melirik ke arah bangku Vano.
"A--nu Pak saya teh lagi semangat, iya tah eta Pak semangat atuh harus ada rasa janji jiwa sebagai seorang pelajar," celoteh Vano dengan muka yang khas seperti orang yang baru bangun tidur.
"Hubungannya apaan nyet sama janji jiwa?" Bisik Mario ketika mendengar jawaban dari Vano.
"Terus naon atuh?" Vano melirik Mario heran.
"Jiwa kemerdekaan goblok," kesal Mario.
"VANO!" Teriak Pak Nunu.
"Apa pak?" Tanya Vano dengan watados.
"Berdiri di depan sampai istirahat!" Perintah Pak Nunu.
Dengan langkah yang gontai Vano berjalan ke depan kelas. Sesekali ia menguap karena saking ngantuknya.
Pintu kelas tiba-tiba terbuka menampilkan seorang Rama dengan seragam yang sudah setengahnya keluar.
"Permisi Pak--"
"Berdiri di depan!" Perintah Pak Nunu "masukan baju kamu itu! Tidak ada sopan santunnya sekali," lanjutnya
Rama hendak membuka kancing celana nya untuk memasukan bajunya. Tetapi laki-laki itu menghentikannya ketika mendengar teriakan dari perempuan yang berada disana.
"IH RAMA MAU NGAPAIN LO!" teriak Syafa sambil menutup matanya menggunakan kedua tangannya.
"BANYAK ANAK GADIS MA BAHAYA" teriak Mario rusuh di sambut gelak tawa dari teman-teman sekelasnya.
"Sudah-sudah kita lanjutkan kembali,"
***
"Gila lo, mau buat anak gadis kejang-kejang aja," ujar Mario yang sedang berjalan menuju kantin bersama Rama dan Vano."Tadinya sih gitu," Rama memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Edan gelo sia, mentang-mentang cakep," ucap Vano yang berada di sebelah Mario.
"NYET MONYET" kaget Vano secara tiba-tiba ketika melihat sesuatu di lapangan.
"Sejak kapan monyet sekolah?" Tanya Mario keheranan.
"Bukan sat! Itu si Gibran!" Tatapan Vano kini melihat Gibran yang sedang berkelahi di lorong dekat tangga. Wajahnya sudah cukup lebam dan ujung bibirnya yang terlihat sobek.
"ANJING KENAPA MALAH PADA LIATIN," Rama langsung berlari menghentikan Gibran yang sudah sangat emosi. Ia menarik Gibran saat ia ingin memukul orang yang ada di depannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDIANTUR
Teen Fiction"seharusnya aku tak menunggu, seharusnya aku langsung merelakan" Rama Raksa Rahadja, namanya mengekspresikan sikap sang pemilik nama. Galak, Tegas, dan banyak yang bilang menakutkan. Ia dapat berubah sikap yang sebaliknya jika bersama orang terdekat...