Bagian 11

312 3 0
                                        

Aira

Saat briefing aku didekati oleh Mbak Mella, dia memberiku sobekan kertas yang di dalamnya tertulis "Ai, nanti pulang kerja ke kantorku dulu, ada yang mau aku sampein."

Pasti masalah dengan Mas Willy lagi, jenuh juga lama - lama kerja di lingkungan yang terlalu mengatur kehidupan pribadi seseorang. Aku mengabaikan kertas yang diberi oleh Mbak Mella dan kembali mengikuti briefing.

"Ai, udah baca kan tadi ? Ayo ke ruanganku bentar," sahut Mbak Mella.

Aku menghela nafas dan memutar bola mataku sembari mengikuti Mbak Mella ke ruangan.

"Gimana mbak ?" Aku duduk di depan Mbak Mella dan menunggu dia mengomel.

"Kamu tau kan kalau peraturan di kantor ini ga boleh ada yang menjalin hubungan ?"

Mbak Mella berhenti sebentar dan melihatku. aku tak bereaksi apapun hanya diam memandang Mbak Mella.

"Aku cuma mau ngomong aja sih kalau kamu memang ada apa - apa sama Willy mending diselesaiin dari sekarang, karena nanti yang rugi juga kamu," lanjut Mbak Mella. 

Aku tersenyum sinis mendengar pernyataan dari Mbak Mella. Belum ada apa - apa aja udah diceramahi kayak gini, apalagi kalau beneran ada apa - apa.

"Udah mbak ?" tanyaku.

"Kamu dibilangin kok malah kayaknya ga suka gitu sih ? Aku kan ga mau kalau kamu dapat SP atau apapun itu."

"Oke.. makasih mbak nasehatnya, aku balik ke ruangan dulu," sahutku sambil tersenyum.

Aku beranjak dari tempat duduk dan kembali ke ruanganku.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku duduk di mejaku dan terdiam sebentar. Aku berpikir sebenarnya aku dan Mas Willy itu bagaimana orang - orang melihatnya. apa yang salah dari seorang perempuan yang dekat dengan seorang laki - laki. tabu kah ? kita kan juga pasti bisa menjaga perilaku kita. apalagi itu cowok udah punya istri.

Perasaanku sama Mas Willy, entah lah. aku kadang merasa nyaman tapi kadang merasa terganggu juga. Aku kembali mengingat saat Mas Willy menciumku di ruanganku.

"Hei, Ai.. itu ada telepon, ga kamu angkat ? bengong mulu," Nanda teman se ruanganku memanggilku di saat aku masih melamun.

"Apaan sih ganggu aja," sahutku sambil tersenyum jahil.

"Dasar, siang - siang ngelamun, kesambet tau rasa deh."

Aku hanya menjulurkan lidahku untuk mengejek Nanda dan dia hanya tertawa.

Di layar ponselku tertulis nama Vito.

"Yaa Halo."

"Baru apa sayang, maaf ya baru bisa hubungin kamu, padat banget disini kerjaan nya."

"Masih kerja, ini kan belum jam istirahat. Iya gpp kok, gimana ?"

"Kangen kamu, hehehe. Aku telepon ga ganggu kan ?"

Aku diam. kenapa ya aku ga ada rasa kangen sedikitpun sama Vito. Apa aku harus boong kalau aku ga ada rasa sama sekali.

"Iya aku juga kangen." Akupun terpaksa berbohong.

Maaf Vito, aku ga tau kenapa aku ga ada rasa kangen sedikitpun sama kamu.

"Ya udah kerja lagi sana, aku juga mau kerja lagi. Oh ya 3 hari lagi aku pulang, dari bandara aku langsung jemput kamu ya."

"Ga usah gpp kok, aku pulang sendiri aja, nanti ketemu di rumah, kan kamu pasti capek kalau mau istirahat dulu."

"Ya udah liat besok deh, ya udah aku kerja lagi ya, Bye Sayang, Love you."

"Bye. Love you too."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Ciee yang abis kangen kangenan, baru juga sebentar ditinggal udah kangen," sahut Nanda.

"Apaan sih. dianya aja yang kangen aku mah biasa aja."

"Lah kok.. tadi bilangnya kangen ?"

"Ga tau juga sih tapi aku ga ngerasa kangen tuh."

"Hadeh tanda - tanda nih."

"Apaan ?"

"Gpp, ya udah kerja lagi gih malah ngrumpi kita."

Aku segera menyibukan diri kembali ke tumpukan buku yang menanti untuk diselesaikan. hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore waktunya aku berkemas dan pulang.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Segini dulu yaa teman teman pembaca masih buntu nih hehehhe

semoga nyambung yaa dengan cerita sebelumnya setelah sekian lama vakum.

semoga setelah ini aku bisa lanjut ngerjain novel ini sampai selesai.

mohon dukungannya jangan lupa kasih bintang yaaaa makaasiiihhh :*

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang