6. Lepasin Aja

19 2 0
                                    

"Buat apa kamu pertahanin dia yang sama sekali gak pernah ngehargain perjuanganmu?. Bukannya bahagia, sakit iya."

-Aurora Florencia-

🍁Happy Reading 🍁

* * * * *

"Ibu..Ara berangkat." Teriakku dari luar rumah. Langsung saja kutarik gas motor matic milik kak Nadia. Aku memang belum memiliki kendaraan pribadi. Karena letak mengajar kak Nadia yang tergolong dekat akhirnya si topan dapat kupakai di suasana genting. Contohnya saat aku kesiangan, dan tak memungkinkan untuk mencari tukang ojek pengkolan.

Berkali-kali kusalip kendaraan roda empat yang menghalang perjalanan. Seandainya telepati bisa dilakukan dizaman sekarang, pasti sudah kupakai sedari dulu dan tak usah bersusah payah mengendarai kendaraan. Apalagi polusi udara yang kian menjadi terkadang membuatku enggan untuk keluar tanpa masker penutup hidung.

Setelah setengah jam, aku mulai memasuki kampus kebanggaan. UNILAKI a.k.a. Universitas Lakidende bersama teman seperjuangan. Siapa lagi kalau bukan Reskya dan Liandra?. Aku sempat bertemu mereka di parkiran kampus tadi. Walaupun kami berbeda jurusan dari Reskya, tapi hal itu tak bisa menyurutkan kebersamaan kami. Setidaknya seminggu sekali kami selalu menyempatkan waktu untuk quality time together. Kalau kata Reskya sih gitu. Anak pendidikan inggris mah bebas.

"Eky, tuh si Bowo. Kamu gak mau samperin dia?. Ntar cowonya dicantol cabe-cabean loh." Liandra tampak mengingatkan Reskya setelah netranya melihat kekasih Reskya. Selain pintar, dia juga mempunyai pemandangan yang tajam.

"Aku gak jelek-jelek amat kali. Terserah dia sih mau gimana. Ingat gak sih lirik lagu, kamu sepuluh aku sebelas..kamu selingkuh aku balas. Kamu sebelas aku dua belas..kamu tak jelas aku lepas." Reskya mengeraskan suaranya ketika tepat berada disamping sang pujaan hati.

Kulihat reaksi Bowo saat itu. Ia hanya melirik setelahnya kembali fokus kepada teman-temannya.

Lagi-lagi Reskya hanya diacuhkannya. Aku bingung kenapa Reskya masih bisa bertahan. Padahal kan apa yang mau dipertahanin coba kalau dua-duanya udah sama-sama gak peduli?. Lebih baik mereka bubarin aja hubungan absurd yang gak ada faedahnya sama sekali.

"Kamu lihat gak ekspresinya?. Datar gitu. Lihat kamu aja biasa aja kayak orang gak kenal. Seenggaknya negor kek, eh ini malah lihat aja seakan males banget. Cowo bukan cuma dia kali Ky." Rasanya mulutku ini sudah berbusa ketika menasihati sahabatku yang satu ini. Tapi anehnya, semua ucapanku hanya dianggap angin lalu.

"Cowo sih banyak. Tapi ada gak yang mau sama cewek jadi-jadian plus bar-bar kaya sahabatmu yang satu ini?." Liandra nampak puas setelah melihat wajah murung Reskya. Tapi semua itu hanya berlaku 5 detik, lalu didetik setelahnya Reskya terlihat menarik senyum simpul diujung kedua bibirnya.

"Udahlah, ngapain ngomongin cowok modelan kaya dia. Kaya gak ada topik lain aja." Aku langsung berjalan ringan mendahului mereka.

"Yaelah, jomblo mah emang gitu. Bawaannya syirik aja kalau udah masalah percintaan." Liandra mulai meledekku.

"Bully aja terus sampe kalian puas. Gue mah orangnya berkelas. Cari pasangan pilih-pilih. Dan gue selalu bertahan pada prinsip 'jangan ada kata mantan diantara kita'.
Tapi tenang, bang Jungkook tetap stay sama gue kok. Emang yah kalau udah nyaman mah susah move on-nya."Liandra langsung menjitak kepalaku keras.

"Awww, sakit pe'a." Pekikku

"Ini nih, yang bikin Indonesia gak maju-maju. Rakyatnya banyak yang ngehalu. Udah tau realita kejamnya kaya gimana. Malah bayangin hal-hal yang gak bakal pernah terjadi." Mendengarkan omelannya kadang membuatku muak. Tapi saat ini yang bisa kulakukan hanya menggosok pelan kepalaku yang cukup nyeri akibat jitakan tangan Liandra.

"Gaya aja cari pacar, padahal sampe sekarang gak ada tuh yang nembak-nembak." Ucap Reskya.

Ngomongnya pelan sih, tapi langsung nyelekit sampe ke ulu hati.

"Halo mas bro." Aku berjabat tangan ala lelaki.

"Yo, Aura. Pa kabar lo?." Tau gak dia siapa?. Dia. Sosok yang membuatku mencintai kebebasan dalam segala hal. Dia juga yang membuatku tidak kenal rasa takut.

"Sejak kapan lo nanya kabar. Ohh..gue tau. Nunggu gue cepet mati ya lo?, terus ntar lo seneng-seneng. Bikin party 7 hari 7 malam gak berhenti. Ya kan? Ngaku lo" Tebakku asal.

"Tau aja lo. Ntar kalau lo mati gue bikin hajatan. Potong kerbau yang gede buat hajatan."Pria dihadapanku ini memang senang bercanda. Walaupun kadang candaannya malah berakhir garing. Tapi, tentu saja aku akan berpura-pura tertawa untuk menghilangkan kemaluannya. Eh, rasa malunya maksudnya.

"Kampret lo." Umpatku.

"Ra, gimana nih?. Ok gak." Tanyanya padaku.

"Apanya yang ok?. Muka lo?. Orang burik gitu kok masih nanya sih. Kan biasanya juga kaya gitu. Emangnya lo habis operasi plastik?. Eh, kayaknya gak deh. Orang masih kaya penjual cireng depan kampus gini kok." Setelah sesi menghinanya, kini bagianku untuk balas menghinanya.

Kulihat ekspresi wajahnya yang masam. Sambil membenarkan tatanan rambut klimisnya, lelaki dihadapanku berucap." Nih anak emang jago banget kalo urusan menghina. Maksud gue itu potongan rambut baru gue, ok gak?."

"Kayanya ada yang lagi puber nih. Sejak kapan lo peduli sama penampilan?. Kutil badak mah biar diapain juga gak bakal berubah kali" Aku akan terus menggodanya saat ada kesempatan. Contohnya saat ini.

"Penampilan mah emang harus dijaga kali. Emang lo yang dilihat dari sisi manapun kagak ada bagus-bagusnya. Badan rata gitu. Kalau gue suka sama cewe itu artinya gue masih normal Ra. Yang gak normal itu kalo gue suka sama lo". Ucapnya tanpa beban. Gak sadar apa kalo yang lagi diomongin ini ada didepannya?

* * * * *

To Be Continue...

Update part 6. Btw, judulnya kaya salah satu iklan air mineral. Vit, lepasin aja.:v

Karena udah lama gak update, jadi aku bakal update 2 part sekaligus.

Semoga pandemi covid-19 ini segera berakhir ya readers kesayangan. Aamiin🤲.
Udah kangen pengen sekolah dan kumpul bareng temen-temen lagi. Huhu🤧

Wonggeduku, 13 Juni 2020

Salam manis penulis😚

@rgitacahyani_01

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang