"Jadi orang mah biasa aja. Jangan terlalu cantik, terlalu baik, dan terlalu bar-bar."
-AURORA-
🍁Happy Reading🍁
* * * * *
"Tuh mulut kayaknya pengen dicabein ye. Enak banget lo bilang gue gak ada bagus-bagusnya. Orang gue syantik gini kok." Ucapku manja.
"Dilihat dari pipet terkecil juga lo tuh gak ada enak-enaknya dipandang." Ia masih saja terus mengejekku seperti tak ada kata puas dalam kamus hidupnya.
"Au ah, males gue sama lo." Dengan kesal, akhirnya untuk kedua kalinya aku meninggalkan mereka.
"Lola." Teriakku seraya berlari meninggalkan Reskya, Liandra dan sosok lelaki yang masih jadi misteri.
Wekk
Kuhentikan langkahku sambil mencari sumber suara. Kubalikan badan. Dan lagi, ini merupakan kali kedua rok span dengan panjang sampai pergelangan kakiku robek sampai pangkal paha.
"Makanya Ra, jadi cewek itu anggun dikit napa. Udah tau lo pake rok yang ngepress kaya gini masih aja gaya pake lari-larian segala." Laki-laki itu, masih saja mengikuti kami. Kalau saya ayahku yang punya kampus, sudah aku usir dia dari tadi. Tapi sayangnya itu hanya angan-angan yang tak akan pernah jadi kenyataan. Biarkan itu menjadi salah satu penghuni dalam list dengan judul mimpi yang tak kesampaian.
"Ini nih, akibat terlalu bar-bar."
"Jadi orang itu biasa aja Ra. Jangan terlalu cantik, terlalu baik, dan yang pastinya jangan banyak tingkah, soalnya ntar jatuhnya malah bar-bar." Ejek Reskya padaku dan ditutup dengan sesi ngakaknya.
"Hahahaha. ..ini udah kali keberapa rok lo robek. Perasaan minggu lalu baru masuk ke penjahit deh?. Lia, lebih baik lo aja deh yang pake. Kasian soalnya roknya kalau tiap dipake robek mulu." Ucap lelaki itu. Aku tahu Liandra sedikit lebih anggun dariku, tapi tak perlu harus memperjelasnya bukan.
"Ih..terus ini gimana dong?. Masa gue harus kaya gini?." Aku bimbang seribu bimbang tapi untung gak sampe nyari-nyari si Bambang. Kan Bambang gak salah apa-apa. Bingung harus ngapain.
"Udah, lo tetep pake rok ini aja. Ntar kalo dikelas lo ambil kursi pojok kayak biasa. Tenang gak akan kelihatan kok. Kecuali kalo lo berdiri depan kelas sambil joget-joget gak jelas kaya biasanya."Kini Liandra yang ikut-ikutan mengejekku. Dia agaknya memang lebih tahu sikapku ketika dikelas daripada yang lain.
"Hahahaha......" Tawa semua orang terdengar mengejekku. Agaknya terlalu biasa dengan sikapku yang sudah kelewat batas. Aku hanya bisa menundukkan kepala, merasa malu atas sikapku selama ini.
Akhirnya kami semua beranjak dan menuju kelas karena kelas pagi ini akan dimulai tepat 5 menit lagi.
"Anak rajin. Jam segini udah nyampe aja." Ucapku saat indera penglihatanku menangkap sosok tukang cari muka yang entah kenapa selalu membuatku kesal.
"Ciee.. yang sekarang udah jadi asisten dosen. Ntar tambah besar dah tu kepala. Hati-hati loh meledak. Soalnya belum ada tuh yang jual kepala manusia." Lanjutku padanya.
"Ngiri aje lu tong." Ucap Liandra.
"Kek lo nggak aja." Balasku
"Ngapain ngiriin cowok jadi-jadian kaya dia." Belanya. Karena baginya, iri itu hanya untuk orang-orang yang tidak percaya diri. Eh, itu mah kata Dilan.
"Iri tanda tak mampu." Ucap Lelaki bernama lengkap Rasya Andopo tepat ketika aku berada disamping kursinya.
"Berani lu ya?." Ucapku, mencoba untuk menggertaknya. Padahal, dari segi body pun aku kalah jauh darinya.
"Lo habis makan jengkol ye?." Ucapnya dengan muka sok polos sampe rasanya tanganku gatal pengen nabok.
"Enak aja. Gue itu makannya makanan berkelas. Emang kaya lo?. Kangkung tiap hari dijadiin lauk, kasi sana ke kambing. Tuh kambing jauh lebih membutuhkan dari lo." Ucapku "Udah, jangan ngalihin pembicaraan." Lanjutku.
"Bilang, apa yang bisa membuat gue gak berani sama lo?. Kecil gini juga gue jites abis lo." Ia mulai meremehkanku, lagi.
"Ngeselin juga lo ya. Kalo aja lo cewek udah habis lo sama gue. Dasar cowok jadi-jadian, fisik cowok tapi mulut lemes banget udah kaya admin lambe turah." Kesalku padanya.
"Stop, sabar Ra. Inget rok lo lagi robek, jadi jangan banyak gerak." Bisik Liandra padaku.
"Selamat lo hari ini." Ucapku sambil melotot kearahnya. Ok, mohon ingatkan aku agar membalasnya besok.
"Kenapa gak selesein hari ini aja? Cemen lo." Kesabaranku benar-benar sudah habis untuk menghadapi makhluk jadi-jadian dihadapanku ini.
"Ih..Dasar rese kuadrat." Ucapku kesal sambil membalikkan badan.
Mulailah sesi jambak-menjambak. Dengan aku yang mulai menjambak rambut klimisnya. Sebenarnya tidak seimbang karena dia adam sementara aku hawa. Aseekkk... .
"Guys hari ini...Ya Allah. Apa-apaan nih?." Samar-samar kudengar teriakan ketua BEM kampus yang juga sekaligus penanggung jawab matkul salah satu dosen terese dikampus menggelegar. Tapi, tak kuhiraukan. Aku masih fokus menjambak rambut dan fokus supaya bisa menang dari cowok jadi-jadian macam Rasya.
* * * * *
To Be Continue....
Update part 7. Pendek? Iya. Gaje? Iya juga. But, aku harap kalian tetap nungguin lanjutan part-partnya.
Selamat menebak part-part selanjutnya😊
Wonggeduku, 13 Juni 2020
@rgitacahyani_01
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Non-FictionAurora Florencia. Si biang kerok, pembuat onar. Semuanya nampak baik-baik saja. Tapi ketika hidayah datang menerpa, semua perubahan nampak percuma karena alasan utamanya telah hilang. Bersyukurlah pada Allah yang masih membuatnya bisa berpijak dibum...