"Kalo salah, ya salah. Gak usah sok dibener-benerin. Kalau dibenerin takutnya ntar malah ngelunjak"
-AURORA-
* * * * *
"Lo lagi, lo lagi. Lo gak bosen gitu bikin masalah mulu?. Minggu lalu lo baru aja nyuri helm salah satu mahasiswi. Sekarang..."
"Gue gak nyuri ya!." Belaku. Karena nyatanya aku tak pernah punya niatan untuk mencuri apalagi melakukannya coba.
"Bawa helm orang tapi gak bilang itu bukan nyuri ya namanya?."
"Tapi gue balikin kan?."
"Iya, tapi lo bikin dia kelimpungan nyari, gitu. Udah gak usah ngeles. Kalo salah, ya salah. Gak usah sok-sok dibenerin." Ucapnya." Lo harusnya bersyukur, masalah lo berantem ini gak sampe masuk ke telinga Dekan. Kalo gak, abis lo." Lanjutnya padaku.
"Lo juga Sya, udah tau ni anak suka banget nyari masalah. Kenapa malah lo ladenin sih?." Kali ini omelannya berlanjut pada Rasya. Biar tahu rasa dia. Gak adil banget kalo cuman aku yang diomelin.
"Siapa coba yang gak marah kalo lo diejek mulu. Terlebih dia dan temennya juga ngatain gue cowok jadi-jadian."
"Bener juga sih." Katanya pelan.
"Coba lo mikir! Kalo ada orang yang nanyain gender lo, sementara jelas-jelas lo cowok."
"Tapikan situasinya beda." Emang situasinya beda kan?. Kalau sama
Surya mah aku gak berani coba-coba buat ngatain dia. Taruhannya nyawa. Ngeri juga kan?."Letak perbedaannya dimana?."
"Ya kalo dia itu cowok tulen, lah elo? Perlu dipertanyakan."
"Emang lo pernah nyoba punya dia?."
"Ya, gak juga sih. Tapi kan, yang penting beda."
"Udah, udah. Kenapa malah berantem mulu sih?." Surya langsung berucap
"Diem." Ucapku dan Rasya kompak. Jangan-jangan kita jodoh?. Hih, jangan sampe deh. Kalau beneran, aku akan meminta pada Allah untuk merombak susunan takdirnya.
"Ok kalo gue diem, kalian harus siap-siap dapat omelan dari para orang tua masing-masing. Pilih mana?."
"Apa hak lo buat bacotin dan ngurusin hidup gue?." Dia gak tahu aja kemampuanku untuk selalu ngebales perkataannya yang seakan-akan menyudutkanku.
"Bisa gak sih lo diem semenit aja?. Gak usah jawab mulu pertanyaan gue."
"Lo tuh gimana sih. Pantesan waktu SD gak lulus-lulus. Kalau ada pertanyaan itu pasti butuh jawaban. Disekolahin kok gak pinter-pinter. Kasian tahu orang tua lo udah keluarin biaya banyak-banyak, lah anaknya malah kayak gini."
"Gue lama lulus bukan karena gue oon Jubaedah. Tapi karena.."
"Udah. Gue gak mau denger. Gue anggap masalah ini selesai. Dan buat lo, lo gue maafin. Tapi, lain kali jangan harap lo dapat maaf dari gue."
"Siapa yang minta maaf?. Dasar cewek aneh."
"Gimana Ra?." Ucap Liandra tiba-tiba. Kali ini ia nyaris membuatku jantungan. Gimana gak jantungan? Orang pas lo buka pintu, tiba-tiba nongol kepala orang.
"Ya gak gimana-gimana." Ucapku sambil menstabilkan raut wajah terkejutku.
"Gue serius anoa." Katanya ngegas
"Gue lebih serius Jubaedah." Balasku lebih ngegas.
"Ya masa, selama 20 menit lo didalem gak ada yang dibahas?."
"Ya lo pikir sendiri deh, apa yang barusan terjadi didalam."
"Kan lo yang ngalamin. Kok malah gue yang harus mikir?."
"Gue gak perlu jelasin ulang. Gue pikir lo udah cukup denger semuanya dari acara nguping lo tadi."
"Iya juga sih. Tapi gue tetep mau denger dari mulut lo langsung."
"Gak bisa. Gue lagi sariawan."
"Terus yang debat tadi gak sariawan?."
"Yang tadi itu spontan karena gue gak mau disalahin mulu."
"Trus yang sekarang?."
"Ya sariawan juga. Udahlah, ganti topik. Ngapain bahas topik gak jelas gitu."
"Serah lo. Lagian lo ngapain sih pake berantem sama si Rasya?. Jelas aja lo kalah. Orang mulutnya aja ngalahin emak-emak rebutan cabe sekilo."
"Tapi dia udah gue maafin kok."
"Hah, seriusan dia minta maaf?."
"Ya, gak juga sih."
"Terus?."
"Ya karena gue orang baik. Makanya gue punya inisiatif buat maafin dia duluan sebelum dia minta maaf. Kurang baik apa coba gue?. Udah cocok belum jadi pacarnya Devano?." Ucapku sambil menaik turunkan alisku.
Liandra hanya bisa melongo. Ekspresinya menunjukkan kalau ia sedang bingung. Dimana agaknya ia mendapatkan teman sepertiku.
'Mulai deh halu-nya'. Kulihat Liandra mencoba untuk fokus pada layar ponselnya. Bukan fokus, tapi berpura-pura fokus pada benda mati berbentuk persegi panjang itu. Entah apa yang lebih menarik dari wajah cantik jelmaan bidadari didepannya ini?.
* * * * *
To Be Continue. ...
Update part 8.
Salam manis penulis😙
Wonggeduku, 9 Juli 2020
@rgitacahyani_01
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Non-FictionAurora Florencia. Si biang kerok, pembuat onar. Semuanya nampak baik-baik saja. Tapi ketika hidayah datang menerpa, semua perubahan nampak percuma karena alasan utamanya telah hilang. Bersyukurlah pada Allah yang masih membuatnya bisa berpijak dibum...