5. Dani Danuarta

9 4 2
                                    

Drtt..drrtt

Ponsel bermerk blackberry milikku terdengar beberapa kali bergetar. Kusempatkan melihat jam dinding sebelum mengambilnya. Sudah pukul 10.35 pm.

Tertulis nama Dani disana. Segera kuangkat tanpa berfikir dua kali. Mungkin saja ada sesuatu hal yang penting untuk disampaikan atau penyampaian perubahan acara.

"Halo..."Salamku sambil menutup kepala dengan bantal. Ini semua kulakukan karena ayah yang terlalu peka dengan suara sekecil apapun. Terkadang saat malam dan aku belum sampai dirumah, ayah akan lebih memilih untuk tidur disoffa ruang tamu. Akhirnya, aku harus melangkah secara perlahan agar tidak membangunkannya. Tapi, semua itu sia-sia saja ketika kelopak matanya terbuka saat mendengar decitan pintu.

"Assalamualaikum." Balasnya. Suara baritonnya langsung menusuk keindera pendengaran membuat telingaku sedikit sakit.

"Waalaikumsalam...hehe." Kekehku karena tak terbiasa mengucap salam sebagai pengantar ketika sedang bertelepon dengan siapapun.

"Kenapa malam-malam nelfon?." Lanjutku. Sebenarnya hal ini terlalu biasa untukku. Aku sudah terlalu terbiasa jika dia menelfon tanpa alasan yang berarti, biasanya pun hanya sekedar membahas tentang hal-hal yang tidak penting namun mengasyikkan. Entah kenapa mengobrol dengannya pun bisa membuatku sebahagia ini?. Apa ini yang namanya jatuh cinta?. Jujur aku adalah orang yang tidak punya pengalaman apapun dalam hal percintaan. Jangankan tentang cinta, sedangkan pacar pun aku tak punya.

"Kangen sama lo Ra. Sedetik tak bertemu pun abang harus menanggung rindu yang menggebu." Ini yang tak kusuka darinya. Selalu saja gombal dan membuatku baper. Tapi, setelah ngebaperin gak mau tanggung jawab.

Dasar laki-laki. Aku terkadang bingung dengan presepsi kaum adam yang menganggap wanita terlalu baperan dalam menanggapi suatu hubungan. Padahalkan si wanita gak akan pernah baper saat pihak lelakinya pun tidak memberi perhatian. Dan akhirnya, semua kesalahan akan dilimpahkan kepada wanita dan menganggap bahwa pihak lelaki adalah makhluk yang paling benar dan tidak pernah berbuat salah.

Blush. Kedua pipiku merona seketika. Untung tak ada yang melihat. Terlebih saat ibu yang melihat, ia pasti akan panik dan mulai mengecek suhu tubuhku.

"Gombal lo basi tau gak." Aku benci mengingkari kenyataan bahwa rasanya kini aku seperti tengah terbang kelangit ketujuh. Dia memang perayu ulung. Kadang jika sudah malas mengerjakan tugasnya ia akan merayuku untuk mengerjakannya. Walaupun ya hasilnya ia harus mengulang semua tugas-tugasnya. Ya, salah sendiri terlalu berharap pada otakku yang pas-pasan ini.

"Ra.." Ia berucap dengan nada lembut. Pasti ada sesuatu. Ada udang dibalik batu.

Aku sudah terlalu berpengalaman akan semua ini. Pasti ada yang dia butuhkan dariku.

"Kenapa lo?." Aku segera bertanya ketika bibirku telah menguap beberapa kali. Ya, aku hanya terlalu lelah berbasa-basi dengan kata pengantar yang sedari tadi tak juga sampai pada pokok pembahasan.

"Hehe..lo yang paling tahu gue. Ra, bisa kerjain tugas gue gak?." Ucapnya. Aku tahu pasti diseberang sana pasti rauy wajahnya tengah harap-harap cemas menunggu jawaban dariku.

"Gak bisa. Gue ada urusan besok dan gak bisa diganggu." Tolakku sedini mungkin. Tak ingin ia meminta yang lebih.

"Ra, ayolah. Kali ini aja. Ini tugas dari pak Broto." Masa bodoh dengan dosen killer satu itu.

"Gak nanya." Siapa yang tidak tahu pak Broto?. Mahasiswa dari fakultas manapun pasti tahu akan dirinya. Pak Broto adalah salah satu dari jejeran dosen paling killer yang gak punya hati.

Semua mahasiswa yang masuk semester akhir pasti akan berdoa supaya ketika sidang tidak sampai bertemu dengan pak Broto. Sepertinya dia punya dendam kesumat yang dirasakan pada saat ia duduk dibangku perkuliahan. Atau mungkin pernah jadi bahan bullyan para senior dijajaran. Kudengar dari sumber mahasiswi kampus biang gosip paling terpercaya. Dosen yang menduduki peringkat pertama dalam kategori dosen killer menempuh perkuliahan di Jakarta tepatnya di Universitas Indonesia.

"Ra, please kali ini aja. Kali ini hidup dan mati gue dipertaruhkan. Lo kok jadi tega sama gue sih Ra. Gue bayarin transportasi buat rencana kegiatan terbaru, gimana? ." Ingin sekali aku mengatakan bahwa aku dan dia tidak mempunyai hubungan apapun yang membuatku mempunyai tanggung jawab untuk membantunya dalam segala hal dan mendengarkan curhatan-curhatan tidak bermutu yang semua isinya hampir tentang gebetan atau pacarnya. Hubungan kami hanya sebatas teman. Garis bawahi sebatas teman. Tapi, malah jadi teman rasa pacar dan pacar malah jadi rasa teman.

Aku selalu mencoba untuk membentengi diri agar tak memasukkan sikap dan perhatiannya dalam hati. Tapi, semuanya mengalir begitu saja tanpa bisa kutahan. Cinta datang tanpa permisi dan kadang pergi tanpa pamit.

Langsung saja kumatikan panggilan secara sepihak. Kenapa dia tak meminta bantuan pada kekasih tersayangnya?. Sebenarnya aku ingin membantu, terlebih mendengar tawarannya yang cukup menggiurkan. Tapi, aku tak ingin dianggap sebagai orang ketiga.

* * * * *

To be continue...

Update bagian 5.

Happy weekend.😘

Jangan sampe lupa buat comment, vote, kalau perlu follow akun Wp aku juga boleh:')

Wonggeduku, 26 januari 2020

Salam manis penulis😚

@rgitacahyani_01

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang