Jakarta dan sebuah cerita part I

51 5 0
                                    

Mungkin memang sudah bukan waktunya lagi bagiku mengingat mu, mungkin memang seharusnya, saat ini, detik ini aku harus sudah siap untuk melupakanmu seperti daun kering yang terlepas dari tangkainya aku akan membiarkan angina membawanya terbang entah kemana, aku harus mengerti bahwa kau memang tidak akan pernah lagi kembali.

Mentari mengendarai mobilnya dengan dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat atau bisa dibilang cukup santai, selain karena ini hari petamanya berkendara lagi volume kendaraan pagi ini di jakara memang cukup padat apa lagi di jam kerja dan daerah perkantoran seperti ini. Meskipun terbilang tidak macet tapi ya tetap tidak bisa  membuat mentari melaju dengan kecepatan tinggi.

Mentari melirik ke arah jam kecil di lengan sebelah kirinya, ternyata jam sudah menunjuka 07.30 sudah satu jam mentari mengendari mobilnya dari rumah menuju kantornya yang berada di daerah Sudirman Jakarta Pusat. Memang bukan waktu yang sebentar tapi udah cukup lumayan cepat karena mengingat rumah mentari yang berada di Pondok Kopi Jakarta Timur.

Mentari telah memarkirkan kendaraannya parkiran kantornya yang berada di basement dan ia bersiap untuk keluar dari mobilnya dan menuju kelantai 21 lantai dimana perusaaan tempeat ia bkerja berada.

"Tariiiiiiiiiiii"

Beberapa langkah tak jauh baru mentari meninggalkan mobilnya terdengar teriakan Anya sahabat mentari dari arah yang berlawanan, ya Anya perempuan berbadan tinggi semampai dan berambut hitam legam sebahu adalah sahabat kesayangan mentari, bagaimana tidak mentari dan anya sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar.

"apaan sih nya teriak – teriak kebiasaan deh berisik tau" sahut mentari dengan nada sewot sambil geleng – geleng kepala seolah tak percaya dengan tingkah sahabatnya yang masih saja bertingkah seolah mereka masih duduk dibangku SMA.

"yee emang kenapa sih tar kaya baru kenal gue sehari aja, eh btw lu udah boleh bawa mobil lagi sama emak bapak lu ?? "

"iya udah boleh kan kemarin gue udah dapet SIM gue lagi "

Anya hanya manggut – manggut mendengar penjelasan dari sahabatnya itu sambil jalan menuju lift, anya dan mentari terus terlibat perbincangan rutin hari – hari layaknya sahabat, tak lama lift terbuka mereka telah sampai dilantai 21 dan Mentari harus lebih dulu keluar dari lift dan meninggalkan anya didalam lift karena divisi tempat anya bekerja  berbeda 2 lantai dari lantai Mentari.

Mentari Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang