All the time it became an experience
──
Lili
Ada beberapa hal yang gue temukan selama menjadi bagian dari sebuah organisasi mahasiswa di kampus. Salah satunya adalah mengenai rapat. Seumur hidup sebelum ini, gue mengenal kata rapat dari Papa.
"Papa baru selesai rapat sama investor. Anak Papa belajar apa aja hari ini?"
"Nanti Papa telepon lagi ya. Papa lagi di kantor klien, mau ada rapat buat proyek."
Seringkali sedemikian kalimat yang Papa lontarkan saat gue masih di Sidney dulu. Video call kita harus terputus kala Papa memakai pakaian formal lengkap dengan jas dan gak lupa tas jinjing.
Atau ketika gue pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, Papa ninggalin meja sarapan dengan pakaian yang serupa. Beliau cium kening gue dan Stella, lalu bilang "Doakan rapat Papa sama klien hari ini berhasil ya."
Dan pergi.
Gue pernah begitu benci kata-kata rapat. Karena kata itu bikin gue kehilangan banyak waktu sama Papa. Pun kakak gue yang berubah murung waktu Papa lebih memilih rapat dibanding menghabiskan waktu bareng Stella yang sengaja dia luangkan di tengah kesibukannya sebagai duta kampus.
Ya gimana ya.
Dan kenyataannya hidup Stella harus dikelilingi orang-orang yang sibuk rapat. Tidak sang ayah, sang kekasih, dan sekarang adiknya.
Rapat pertama gue adalah dua tahun lalu, saat gue masih seorang staf muda, dan Mas Bima masih jadi staf ahli. Gue baru tau, rapat itu banyak jenisnya. Rabes atau rapat besar adalah rapat pertama gue waktu itu. Yang dateng banyak orang, tapi kemudian gue gak selalu nemuin mereka lagi di rapat-rapat lainnya. Lalu ada radiv, rapat divisi. Isinya orang itu-itu aja, tapi bikin gue lebih nyaman karena lingkupnya yang kecil, jadi gue lebih mudah mengenal orang-orang di dalamnya.
Ternyata masih ada lagi. Pernah sesekali gue ditunjuk sebagai koordinator panitia, gue kudu rapat sama pentolan-pentolan divisi tertentu, rakor namanya, rapat koordinasi. Selain 3 di atas, masih ada banyak lagi jenis rapat, kayak rapat harian, rapat bulanan, rapat rutin, rapat pleno, dan lain-lain.
Di antara banyaknya jenis rapat, gue paling suka rakor.
Alasannya? Karena otak gue lebih berguna. Lebih kepake. Gue dituntut untuk mengetahui garis besar teknis kegiatan, lalu bertukar ide dengan para koordinator demi membentuk suatu benang merah yang dijadikan garis besar haluan kegiatan.
Menurut gue, di situ letak kerennya sebuah organisasi. Ada ide yang bergulir dan mengalir. Ada teknis yang dibentuk.
Sore ini gue sama anak-anak ada jadwal rakor buat bahas proker terbaru kita. Biasanya kita rapat di kombes, tapi hari ini Bang Noga usul 'rapat di luar', pingin suasana baru, Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EFFETE
JugendliteraturDiondaru adalah penyuka ketenangan, penggemar keteraturan. Ailee hadir mengacaukan hidupnya, hatinya. Start writing : August 2019 Start publishing : November 2019 (revised version on going) Rangking #6 of BEM #84 of Mahasiswa #82 of exofanfic