Water has memories.
And you...
You are my rain***
Loey
Senja kala itu hujan dan gue ngebuka kafe seperti biasa. Stella ngasih tau lewat chat kalau dia bakal datang telat karena nunggu seseorang. Gue merasa nggak masalah sama sekali. Bantuan yang dia kasih selama ini lebih dari cukup buat usaha gue.
Kafe tetap berpengunjung ─ sekalipun cuma beberapa kepala. Lagian hujan-hujan begini gue juga nggak berekspetasi tinggi kalau kafe bakalan rame. Satu.. dua.. tiga...empat..
Bip.
Dan sekarang lima.
Ada perempuan baru aja masuk. Gue nggak ahli dalam menebak umur orang ─ terutama cewek, tapi gue yakin tuh cewek masih anak seumuran SMA.
Sejak dia masuk, entah kenapa atensi gue sepenuhnya tertarik ke dia. Badannya yang mungil basah kuyub tapi dari ekpresinya dia sama sekali nggak kelihatan risih. Yang gue lihat justru cewek itu mengamati seisi kafe gue dengan pandangan detail, seolah benar-benar ada sesuatu di dalam kafe gue yang wajib dia temukan.
Hingga akhirnya pandangan kita ketemu.
Sebentar banget, nggak sampai berdetik-detik layaknya tatapan yang ada di drama atau film.
Setelahnya dia keluar.
Gue masih berada di belakang meja bartender kali ini menegakkan punggung cuma buat menjangkau pandangan gue ke luar. Pelan, gue jalan ke dekat jendela dan menyandarkan bahu di tepian kaca. Dari sini gue bisa melihat dengan jelas cewek itu. Yang gue lihat dia berkali-kali mengecek ponselnya dengan kesal, lalu melongok ke papan nama kafe. Seakan memastikan dia berada di tempat yang sesuai.
Tanpa sadar gue menahan nafas saat cewek yang asyik gue amati itu berbalik arah dan mendorong pintu di samping gue.
Mata kita lagi-lagi bersitatap. Ekspresinya terkejut melihat gue ada di hadapannya. Pandangannya lalu menelisik, dan berhenti pada apron warna abu-abu yang gue pakai.
Gue punya mata bulat yang besar. Dengan kedua mata ini, lawan bicara yang melihat gue ─terutama orang asing─ selalu merasa tersudut atau minimal risih. Anehnya gue nggak melihat cewek itu berada di antara keduanya.
Dia justru gigit bibir bawahnya dalam hening.
Lima belas menit kemudian gue menghampiri bangku tempat duduk gadis yang belum mengenalkan dirinya bahkan setelah gue pinjami dia baju ganti beserta sweater warna hijau tosca bergambar beruang di tengahnya. Sweater yang bikin tubuh cewek itu kelihatan kecil banget.
Gue meletakkan secangkir matchalatte panas di depannya. Gue bisa merasakan pandangannya yang mendongak sekalipun gue nggak melihat ke arahnya.
Gue memandanginya sekilas sebelum berbalik untuk kembali ke bartender. Namun suaranya mencegah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
EFFETE
Teen FictionDiondaru adalah penyuka ketenangan, penggemar keteraturan. Ailee hadir mengacaukan hidupnya, hatinya. Start writing : August 2019 Start publishing : November 2019 (revised version on going) Rangking #6 of BEM #84 of Mahasiswa #82 of exofanfic