effete : 2. pelantikan

99 7 5
                                    

This feeling was so strange, my heart said, 'Run! You can't take this damage anymore.'


Auditorium Graha Pancasila, November 2016

Dio

Kata orang first impression itu penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata orang first impression itu penting. Kalau kita punya kesan pertama yang baik sama seseorang, ke belakangnya bakal enak buat nyambung ngobrol dan kerjasama. Begitu juga sebaliknya.

Gue biasa mengingat orang dari first impression gue ke mereka. Bisa jadi (dan kayaknya sering gitu), first impression atau kesan pertama ini gak selalu 100% tepat. Sedikit atau banyak sering melenceng. Ya namanya impression kan, almost real. Almost.

Contohnya nih, Renet.

Kesan pertama gue ke dia: kalem, dewasa, dan pinter. Dua dari impression gue ke Renet bener. Renet rajin dan pinter, seringkali jadi asisten dosen buat bantu sekedar jari juru ketik atau nungguin kuis di kelas adek tingkat. Renet dewasa, bukan dalam artian 21+. Dewasa di sini, kalau gue ngobrol bisa nyambung karena Renet tau caranya nempatin diri dan gak gampang emosi.

Satu dari tiga impress gue ke Renet ternyata salah.

Renet gak sekalem yang gue kira. Tuh cewek kalo udah teriak, gue yakin suaranya lebih nyaring dari amplitudonya ikan paus. Gue kira dia bakal jadi orang yang jaim apalagi ke lawan jenis, nyatanya Renet tetaplah Renet yang laknat, terutama ke orang-orang terdekatnya.

Ada lagi. Artisnya teknik, Dewa, produk asli Tanah Lot yang bakal kerja di bawah tim gue setahun ke depan. Di kampus ini gak ada yang gak kenal Dewa, terutama kaum hawa. Awalnya gue mengelompokkan dua kategori cowok femes di dunia perkuliahan, femes di kategori heartthrob paket lengkap dan femes di kategori cakep aja. Dewa ini gue masukkan kategori ke dua, awalnya.

Nyatanya Dewa yang udah hidup sama gue di BEM hampir 2 tahun ini ada kategori ke tiga, kategorinya Dewa sendiri. Kategori brengsek.

Tapi gue rasa nggak semua pertemuan selalu punya first impression. Ada orang-orang yang sebenarnya gue udah kenal lama, tapi kesan tentang orang itu baru gue dapetin jauh-jauh hari setelahnya. Semacam nothing special at the first time we've meet.

Contohnya cewek satu ini. Secara teknis gue udah kenal ini bocah sejak jaman diklat ESC 2 tahun silam di mana gue masih jadi staf muda yang rela dimarah-marahin senior. Kita ada di divisi yang beda, dan gue gak pernah kerja di proker yang sama dengan cewek ini. Jadi ya dia masuk golongan orang-orang yang gue kenal tanpa first impression. Bahkan waktu Mas Bima ㅡketum ESC yang hari ini resmi lengserㅡ nunjuk cewek ini jadi ketua proker Binmas tahun lalu yang suksenya terkenal sampai masuk berita kota, gue masih kayak 'Oh, si ini anak divisi ini'. Gitu doang.

Kehadirannya baru benar-benar gue sadari dengan 'ngeh' 3 bulan yang lalu tepat dimana fraksi independen nunjuk gue buat maju sebagaiI calon ketum ESC di pesta demokrasi mahasiswa, pemilu ala mahasiswa. Saat itu gue satu-satunya kandidat yang paling memungkinkan buat diikutkan kampanye nglawan fraksi koalisi. No matter who name will be by my side as vice-president, the whole forum confidence gue bakal menang.

EFFETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang