Jangan jadi reader silence ya. happy reading guys. Coment please, kalau ada yang typo.
" Jadi Rani udah balik?." Ucapan Fani yang keras cukup menarik perhatian semua orang yang sekarang berada didalam kantin.
" Fan! Lo bisa tenang dikit napa?." Kesal Freya, udah jadi mahasiswi aja masih kayak gini.
" Frey, kita harus ketempat Rani sekarang juga!."
" Tenangin cewek lo!." Bentak Sani.
" Fan! Lo bisa diam bentar nggak? Lo nggak lihat? Keadaan nggak segampang itu kita bertemu sama Rani tanpa adanya perencanaan. Lo nggak dengar? Apa yang dijelaskan Clara tadi? Kalau kita memaksa Rani untuk mengingat sesuatu yang tidak ia ingat, itu akan membahayakan Rani juga. Lo ngerti nggak sih?."
Sejak berubahnya Clara, semua sahabat Rani juga berteman dekat dengan Clara, namun ya gitu, Fani dan Freya tetap saja mempunyai pikiran negatif sama Clara. Walau bagaimanapun, Clara pernah berbuat jahat kepada Rani.
" Ya lo nggak usah ngegas juga!." Kesal Fani kembali duduk tenang.
" Maaf aku telat, soalnya baru keluar kelas." Semua orang yang disana langsung menoleh kearah sumber suara yang baru terdengar.
" Duduk Lia." Nadine menepuk kursi disebelahnya untuk Adelia.
Namun baru saja Adelia duduk, Demian tiba-tiba berdiri dari tempatnya dan itu membuat semua orang dimeja itu melihat kearahnya.
" Kemana lo Ian?." Tanya Farrel.
" Gue pulang."
" Pulang? Masa lo ninggalin Adelia sih?." Pertanyaan Andra membuat Demian melirik sekilas kearah Adelia.
" Udah gue nggak apa-apa, lagian nanti gue mau masuk lagi." Ujar Adelia sambil tersenyum lirih, siapa yang tidak sakit tanpa mengetahui alasannya apa. Demian sudah mendiamin dirinya selama enam bulan. Tapi dia tidak memutuskan hubungan sama sekali.
" Titip salam sama Kara." Ujar Sani. Walaupun Sani itu terlihat ketus, tapi karena ia tidak mempunyai adik, jadi Sani sangat menyayangi Kara. Kalau pikirannya sedang suntuk, ia pasti pergi kerumah Demian mendengar alunan biola yang dimainkan gadis kecil itu. Kalau mengingat biola, Sani pasti semakin merindukan gadis itu.
" Gue duluan."
" Hati-hati lo." Demian berjalan melewati kursi Adelia dari belakang tanpa menoleh sama sekali.
" Kalian sebenarnya ada masalah apa sih? Udah enam bulan kalian kayak gini terus perasaan."
" Ngga apa-apa Frey, kita nggak ada masalah kok. Demian kan emang gitu orangnya. Sekarang gimana rencananya?." Ya Adelia berusaha menguatkan hatinya untuk tidak menangis.
Plak!!
Adelia tidak bisa membendung lagi air matanya, karena memang rasanya sungguh sangat perih dan panas. Kenapa ayahnya sangat begitu tega menampar dirinya seperti ini hanya karena ia menolak dijodohkan dengan Aska anak dari teman ayahnya, yang jelas-jelas Aska itu sangat buruk perlakuannya, karena Aska mantannya Adelia dulunya. Buruk disini, perlakuannya tidak lebih dari seorang cowok brengsek!
" Ayah kenapa sekarang bersikap seperti ini sama Lia? Padahal Lia itu anaknya ayah hiks hiks! Sejak bunda nggak ada ayah jadi kasar sama Lia."
" Anak kurang ajar! Kenapa kamu tidak menuruti keinginan saya ha?! Kamu harus menikah sama Aska, karena ayahnya sudah banyak menginvestasikan banyak dana ke perusahaan saya!."
" Tapi-tapi Lia nggak mau menikah sama Aska. Aska itu brengsek yah!."
Plak!
" Anak sialan, sekarang masuk! Mulai besok kamu tidak usah masuk kuliah!."
KAMU SEDANG MEMBACA
SR ( Sudah Terbit )
Teen FictionBaca dulu yang Sani dan Rani. *** Kata mereka cinta itu bahagia, kata mereka cinta itu petaka, bahkan kata mereka cinta itu adalah sihir dan juga reaksi kimia. Namun bagi Sani cinta adalah perjuangan dan bertahan. Berjuang dan bertahan untuk cinta...