Selamat datang didunia orange, jangan menjadi reader silence ya.
" Sani! Sani!."
Prang
Suara keras gebrakan pintu langsung terdengar secara tiba-tiba.
" Rani, bangun! Ran!." Kenan mengguncang-guncang bahu Rani agar gadis ini segera bangun.
Rani langsung terduduk dan menghirup oksigen yang cukup besar, keringat disekeliling kening dan wajahnya dipenuhi banyak keringat.
" Ran lo nggak apa-apa?." Kawatir Kenan.
Srekkk.
Tanpa Kenan duga, Rani tiba-tiba saja memeluk dirinya. Kenan kemudian juga membalas pelukan dari Rani.
" Ken, kecelakaan itu hiks hiks." Mata Kenan langsung membulat, apa Rani sudah ingat tentang bagaimana tragedi kecelakaan itu?.
" Ran, lo."
" Kecelakaan itu selalu datang dimimpi gue Ken, kecelakaan itu yang udah buat Revon dan Hanna pergi hiks hiks. Gue takut." Kenan langsung menghela napasnya pelan, ternyata Rani belum ingat. Tapi kenapa gadis ini menyebut nama Sani?.
Kenan melepaskan pelukannya dan menatap lekat bola mata Rani."Selain kecelakaan itu apa masih ada orang lain dimimpi lo?." Dan Rani langsung termenung sesaat seperti memikirkan sesuatu setelah Kenan menanyakan hal itu.
" Ada, tapi. Auhh." Kenan langsung menjadi panik disaat Rani tiba-tiba memegang kepalanya yang terlihat seperti menahan sakit.
" Kenan, Rani kenapa?." Tanya Salma yang baru datang bersama Sean yang masih memakasi jas ditubuhnya.
" Nggak tau bun, tiba-tiba aja Rani langsung merasakan sakit dibagian kepalanya."
" Rani, kamu kenapa nak?." Tanya Sean.
Rani menggelengkan kepalanya."Kepala Rani sakit yah!." Dan sepertinya, rasa sakit itu tidak juga berkurang.
" Bawa Rani segera kerumah sakit, cepat!." Sahut Sean, dan dengan sigap Kenan langsung menggendong Rani turun kebawah.
Ketika mendengar kabar dari Kenan kalau Rani masuk kerumah sakit, Sani yang tadinya dari rumah Demian langsung meraih kunci mobilnya dan bergegas kerumah sakit. Bahkan saking tergesahnya, Sani hampir saja menabrak pedagang ketoprak keliling.
" Bagaimana keadaanya?." Semua orang yang berdiri didepan sebuah kamar inap baik itu ayah bunda Rani, Kenan, Najwa bundanya dan tentu saja Revan yang juga ada disana langsung menatap Sani yang baru datang.
"Masih diperiksa dokter Iqbal San." Sani langsung menyadarkan tubuhnya didekat dinding sebagai penyandar.
"Kamu harus sabar ya sayang." Najwa menenangkan putranya
Klik
Pintu ruangan itu terbuka dan disana nampak dokter Iqbal yang baru keluar.
"Bagaimana keadaan anak saya bal?."Tanya Sean kawatir.
"Rani tidak apa-apa, tapi saya sarankan untuk saat ini jangan buat dia memikirkan sesuatu yang berusaha dia ingat. Karena sarafnya itu masih dibilang belum cukup stabil."
"Ayah, maafkan Kenan. Ini semua salahnya Kenan."
"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa adikmu tiba-tiba seperti ini?." Pertanyaan Sean membuat Kenan melihat kearah Sani dan hal itu membuat semua orang yang disana juga dibuat heran.
Dan akhirnya Kenan menceritakan apa yang terjadi. Termasuk Rani yang manggil-manggil nama Sani.
" Dokter Iqbal, apa mungkin Rani mulai ingat sesuatu?." Tanya Salma
KAMU SEDANG MEMBACA
SR ( Sudah Terbit )
Teen FictionBaca dulu yang Sani dan Rani. *** Kata mereka cinta itu bahagia, kata mereka cinta itu petaka, bahkan kata mereka cinta itu adalah sihir dan juga reaksi kimia. Namun bagi Sani cinta adalah perjuangan dan bertahan. Berjuang dan bertahan untuk cinta...