Aku beranjak dari laptopku dan segera pergi ke dapur untuk meminum segelas air putih dingin. Aku mengambil sebuah jeruk dari kulkas dan segera kembali ke kamar tidurku untuk lanjut menulis.
Sejenak aku terdiam dan melihat sebuah foto bersama. Kelas 10.1. Kelas yang paling menarik menurutku. 14 orang laki-laki, 11 orang perempuan, dengan wali kelasnya yang merupakan seorang guru fisika. Kelebihan dari kelas ini adalah bila jam olahraga, kami yang laki-laki dapat bermain futsal dan membentuk 2 buah tim dengan 1 orang cadangan di masing-masing tim.
Izinkan aku untuk menjelaskan bagaimana situasi kelasku saat aku kelas 10. Kelas 10.1 adalah kelas yang dekat dengan ruang guru dan memiliki wali kelas yang dikenal sebagai guru galak, namun menurut penghuninya tidak demikian. Dengan kekuatan 14 orang murid laki-laki, dan tambahan dari 11 orang murid perempuan yang terkenal bawel minta ampun, kelas kami dapat menjelma menjadi kelas terberisik dan kelas terusuh yang pernah ada di SMA Carita Bangsa.
Seketika aku teringat dengan bagaimana suasana kelas pertama kalinya. Sunyi, kaku, diam. Sampai-sampai, suara nafas pun dapat kami dengar.
"Halo selamat pagi semuanya" sapa wali kelas kami. Ms Tassa.
"Selamat pagi, Ms Tassa" jawab kelas kami serempak.
Beliau memperkenalkan diri bahwa dia akan menjadi wali kelas kami dan menjadi guru fisika kami. Kata orang-orang, beliau adalah guru yang galak, namun fakta berkata sebaliknya. Beliau adalah wali kelas yang sangat berwibawa dan mengayomi murid-muridnya.
Aku ingat betul permintaan pertama beliau ketika ada di kelas.
"Supaya kita dapat mengenal lebih jauh satu sama lain, ada baiknya kita semua perkenalan. Tapi, Ms mau kalian semua memperkenalkan diri dengan cara yang unik, karena Ms percaya bahwa setiap diri kalian unik dan berbeda" pinta Ms Tassa kepada murid-muridnya.
Awal-awalnya memang berjalan dengan mulus. Ada yang memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa jari seperti jaman dahulu, ada juga yang memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa inggris. Tibalah giliranku.
Aku berdiri, kemudian menatap semua orang yang ada di dalam kelasku. Kemudian aku memperkenalkan diri.
"Halo, nama saya Gavin Nicholas. Kalian bisa panggil gua Gavin." Biasa banget ya? Hehe. Aku memang tidak kreatif. Dan ketidakkreatifan ini berlanjut hingga tibalah giliran seorang laki-laki berwajah datar ini. Segera ia memperkenalkan dirinya.
"Halo, nama saya Joyapul Hans Calvin. Tapi kalian bisa panggil gua dengan nama Joy atau Bob" kata orang asing ini.
Satu kelas terdiam. Kami terdiam bukan karena terpukan, melainkan kebingungan dengan asal muasal nama panggilannya. Namanya adalah Joyapul Hans Calvin. Tapi bagaimana bisa dia dipanggil dengan nama Bob?
"Sorry, nama kamu siapa tadi?" tanya Ms Tassa kepada anak ini.
"Joyapul Hans Calvin"
"Teman-teman, kira-kira kalian akan memanggil dia dengan nama apa?" tawar Ms Tassa kepada kelas 10.1
"Ipul aja, Ms. Hai Ipul" sapa salah satu orang di kelas.
"Ms tetap panggil kamu Joy, tapi untuk yang lain terserah kalian ya mau manggil dia siapa" tutup Ms Tassa sembari melanjutkan perkenalan kelas. Aku yakin, Joyapul awalnya ingin sekali dipanggil Calvin, biar setidaknya terdengar sedikit keren. Aku kembali teringat bahwa orang ini memiliki nama panggilan yang sangat banyak. Sebut saja : Joyapul, Joy, Joya, Ipul, Saipul, Hans, Calvin, Kevin, Bob, Bobi. Satu orang dengan 10 nama yang berbeda. Sungguh kocak sekali.
Setelah perkenalan itu, akhirnya kelas memiliki ketua kelas dan koordinator-koordinator mata pelajarannya. David menjadi ketua kelas, dan aku menjadi koordinator mata pelajaran sejarah. Ya, aku cinta sejarah, sama seperti aku mencintai Cantika.
Itu adalah kisah kelasku. Bagaimana dengan kelasnya Cantika?
------
Dia berada di kelas 10.3. Terpisah cukup jauh dengan kelasku. Kelasku berada di samping ruang guru. Kelasnya berada di samping toilet perempuan. Kugambar denah di bawah agar kalian dapat membayangkannya.
Ruang Guru
10.1
10.2
Toilet Perempuan
10.3
Apa yang kurasa setelah melihat daftar kelas yang terpampang di mading? Aku senang sekaligus sedih. Aku senang karena populasi laki-laki di kelas yang sangat banyak dan dapat membuat suatu kesolidan yang hakiki. Lantas, mengapa aku sedih? Aku sedih karena aku terpisah dengan Cantika, terpisah dari gadis pujaanku itu.
Suatu waktu dia pernah curhat kepadaku. Aku selayaknya Prudential yang memiliki tagline 'Always Listening, Always Understanding', aku mendengarkan semua curahan hatinya tentang kelasnya.
"Keknya gua sering digangguin sama temen-temen sekelas gua, Vin" mulai Cantika bercerita mengenai kegelisahannya.
"Digangguin kek gimana emang?" tanyaku dengan rasa penasaran. Wajar dong aku penasaran. Aku, kan calon cowoknya dia. Eh. Maaf, memang halu adalah hobiku.
"Jadi gua sering banget diisengin sama temen temen dikelas gua"
"Pertanyaan gua gak terjawab ya, Tik. Jadi, lu diisengin kek begimana?"
"Jadi intinya digangguin gitulah sama 2 orang cowo di kelas. Si Al sama Arifin. Kesel yang ada" cerita Cantika seketika mulai pasrah dengan keadaan.
Aku yang melihat raut muka Cantika tersebut, jadi ikut merasa iba. Aku tahu Cantika memang fokus untuk belajar, tapi jika diganggu pasti membuat fokusnya buyar. Aku dengan sok pahlawan segera memberikan nasihat untuk Cantika.
"Tik, kalo memang fokus lu di sekolah itu belajar, fokus aja. Jangan ladenin gangguan-gangguan dari luar. Kalau memang lu ga ladenin, mereka juga bakal lelah sendiri kok pas mau gangguin lu. Trust me." Aku menasihatinya agar dia tidak terbawa bawa suasana ketika di kelas.
Aku melihat ini sebuah pertanda dalam 2 sisi. Pertanda baiknya, dia bisa kembali fokus dengan sekolah. Pertanda buruknya, dia bisa jatuh cinta dengan Alfiandi yang terkenal sangat rupawan di kelas. Untuk beberapa waktu, aku dan Cantika seketika menjadi jarang berkomunikasi. Aku takut kami menjadi terpisah jauh, sejauh ruang kelasku dengan ruang kelasnya. Inilah yang membuat aku tidak senang dengan kelasku kini, yakni terpisah jauh darinya dan aku tidak bisa memantau situasi terkininya. Terkadang, orang yang sedang kasmaran memang memiliki banyak angan-angan yang tidak sampai.
YOU ARE READING
Fren(zone) : SMA, Cinta, Unrepeatable
RomanceAku (Gavin) sedang membuka lembaran dari buku kenangan masa SMA. Aku terdiam di halaman tentang dia (Cantika). Aku mulai memandangi fotonya. Foto dirinya membawaku kepada kenangan masa lalu ketika kami berada di masa SMA. Dimulai dari awal pertemuan...