Bab VIII : Jambe for Scout, Jambe for Live In, Jambe for Cantika.

16 0 0
                                    

Tak terasa sudah pukul 2 pagi. Aku telah menulis banyak sekali kisahku dengan Cantika. Aku segera pergi ke dapur untuk meminum segelas air putih untuk membuatku tetap fokus. Setelah aku meneguk air tersebut, aku melihat ke dinding-dinding kamarku. Tiga buah sertifikat dari Pramuka menjadi bukti keaktifan diriku di Pramuka. Kalian semua ingin tahu siapa yang menjerumuskanku ke dalam lembah jurang pramuka ini? Jawabannya hanya satu: Cantika.

Cantika aktif dalam segala kegiatan di sekolah, termasuk kepramukaan. Jika aku ingat-ingat caraku masuk dan dilantik sebagai pengurus Pramuka, aku benar-benar ingin menghanyutkan diri di sungai. Malu.

"Saya mau mengabdikan diri saya di Pramuka, kak" mulaiku kepada pembina pramuka saat itu, Kak Mark.

"Kamu serius ingin mengabdikan diri di Pramuka untuk menjadi Bantara? Banyak tes yang harus kamu lalui terlebih dahulu sebelum menyandang ban Bantara di pundakmu lho, nak" jawab Kak Mark yang juga memiliki status sebagai guru BK di sekolah.

"Siap, Serius." Aku menjawab dengan lantang, menandakan aku sangat serius untuk dilantik menjadi Bantara.

"Jikalau kamu serius, siapkan SKUmu, setiap kapanpun kamu mau dites, datang ke ruanganku" kata Kak Mark kepadaku seraya menjelaskan cara agar dapat menjadi Bantara.

-----

Hari demi hari, minggu demi minggu, tibalah sampai saatnya hari pelantikan. Aku akhirnya berhasil melalui tes-tes yang tertera di SKU. Aku ingat sekali, aku dilantik berpapasan dengan hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2017.

Aku tidak paham mengapa harus aku menjadi orang yang pertama dalam barisan. Aku juga tidak mengerti mengapa namaku yang pertama kali dipanggil. Aku juga tidak tahu mengapa orang-orang terlihat berbeda ketika melihatku yang memasuki tempat pelantikan.

Percaya tidak percaya, sebelum aku ingin mengajukan diri untuk menjadi pengurus Pramuka di sekolah, aku selalu mengutuk dan tidak pernah lupa untuk sumpah serapah terhadap apapun yang selalu anak-anak pramuka lakukan. Jujur saja, dulu ketika SMP, di sekolahku tidak ada yang namanya Pramuka. Jadi aku selalu memandang remeh Pramuka itu sendiri.

Kembali lagi ke momen pelantikan. Aku bangga sekaligus malu dengan momen itu. Bangganya aku karena aku mendapatkan kesempatan untuk menyentuh bendera Indonesia dengan gagah. Malunya aku, karena aku adalah orang yang paling depan barisan, otomatis aku lah yang harus menjadi pemandu barisan. Aku tidak memiliki kemampuan dasar dalam memandu barisan, sehingga kacau. Aku yakin, setelah pelantikan itu ramai yang mengomentari kenapa aku dapat diterima menjadi Bantara. Ya, aku juga terheran-heran mengapa aku dapat menjadi Bantara.

Selesai pelantikan, kami duduk dalam lingkaran besar. Aku duduk di sebelah David, dan Marvel. Sadar aku yang seketika lemas, David bertanya kepadaku.

"Kenapa, Vin?" tanya David dengan senyumnya yang khas itu.

"Capek" jawabku singkat

"Masa baru pelantikan begitu aja capek"

"Lemes" kembali balasku singkat.

"Yuk semangat yuk. Baru dilantik lho, Vin." David berusaha memotivasiku untuk semangat. Wajar, dia Pradana Pramuka kami yang baru. Pradana disini berarti ketua. Pradana yang sangat mengayomi.

Aku masih duduk di samping Marvel dan David. Lantas, dimanakah Cantika berada? Cantika tepat berada di seberangku. Dia nampak memandangiku. Kali ini, aku tidak berani menatap matanya, karena aku sudah terlanjur malu karena pelantikanku.

-----

Pengurus baru resmi bekerja ketika kelas 11 dimulai. Sempat ada penyusunan struktur kembali karena banyak sekali anggota Dewan Ambalan yang keluar dari Pramuka karena memilih intrakurikuler yang lain, seperti Paduan Suara dan PMR. Untungnya, Cantika tidak pindah.

Fren(zone) :  SMA, Cinta, UnrepeatableWhere stories live. Discover now