Sedari awal pertemuanku dengan orang ini, aku memang sudah tidak senang. Kami sudah saling kenal sejak SMP. First impressionku padanya adalah dia orang yang selalu minta tolong dan membuat hidup orang menjadi ribet. Aku juga tahu dia adalah salah satu anak nakal yang ada di sekolahku. Meskipun dia adalah badboy, dia memiliki paras yang menurut orang-orang, rupawan. Aku akui, dia memang memiliki ketampanan yang mungkin akan membuat orang-orang menjadi luluh terhadapnya. Al, nama orang itu.
"Gav, tolong gua dong"
"Tolong apa, Al?"
"Tolong ke bawah beliin risol di kantin dong," pinta Al. Itu adalah kelima kalinya dalam seminggu dia berkata begitu kepadaku. Aku ingin marah karena selalu disuruh-suruh tetapi aku cukup diam saja. Sejak saat itu, aku hanya berdoa agar aku tidak pernah sekelas atau memiliki hubungan apapun lagi di sekolah dengan orang ini.
-----
Aku sudah khawatir dengan kehadiran Al dalam hidup Cantika. Aku takut Cantika masuk dan sekelas dengan orang-orang yang memiliki rupa seperti Al ini.
"Gimana kelasnya hari ini?" tanyaku cuma ingin tahu kondisi terkini Cantika.
"Aman kok hari ini. Tadi baru aja kerkel (kerja kelompok) sejarah. Sama Ivana, Fani, Rian, sama Al"
"Sama Al??" tanya aku terkaget-kaget.
"Iya, kenapa? Al baik kok"
"Al yang kemarin-kemarin gangguin lu kan Tik?"
"Iya. Ternyata dia baik kok ke gua"
Aku semakin terpojok ketika membaca chat tersebut. Aku rasa, Cantika telah terpukau dengan ketampanan yang dimiliki Al. Ya, Al si badboy. Rasa khawatirku yang tadi hanya mimpi kini menjadi kenyataan.
Aku mendapatkan informasi dari salah seorang teman di kelasnya Cantika. Namanya Lusi. Dia bilang kepadaku jika Cantika selalu dicengin dengan Al di kelas.
"Jadi, Cantika kalo di kelas selalu dicengin dengan Al sama orang-orang kek Ivana, Arifin, sama yang lain juga ada. Gua disini cuma kasih tau lu aja," jelas Lusi yang inisiatif bercerita tentang Cantika kepadaku. Sepertinya dia peka bila aku selalu memperhatikan Cantika.
"Terus responnya dia bagaimana?" tanyaku ingin tahu kelanjutan dari ini semua.
"Awal-awalnya memang risih sih dia. Cuman, lama lama dia kek 'yaudahlah ya' begitu. Dia juga kek mulai menerima kehadiran dia."
Hati ini semakin melemah setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lusi. Aku semakin tidak menyukai keberadaan Al dalam hidupku. PARASIT.
-----
Aku tetap chatting dengan Cantika. Namun, yang membedakan hanyalah tingkat frekuensinya. Kami semakin sibuk dengan tugas yang hadir silih berganti, dan kami fokus pada pergaulan kami masing-masing. Aku hanya dapat mendengar sayup-sayup info jika Cantika dekat dengan Al. Percayalah, menjadi orang yang 'asing' itu capek untuk diri kita sendiri. Aku disini menjadi asing untuk Cantika.
Sampai saatnya ketika classmeeting, kelasku bertemu dengan kelas Al, yang notabene adalah kelasnya Cantika juga. Tentu, ini laga yang emosional bagi diriku. Aku tentu ingin unjuk kebolehanku dalam futsal, meskipun dia lebih jago dan bakal lebih jadi fokus perhatian daripada aku.
"By the way, Cantika nonton tuh. Kasih yang terbaik buat dia, Vin" kata Marvel kepadaku yang sedang melakukan persiapan.
"Hah? Mana?" tanyaku yang belum melihat keberadaan Cantika.
"Halah, biasanya langsung gercep ngeliat kalo ada Cantika. Itu tuh, pinggir lapangan," ledek Marvel
Iya, kali ini aku melihatnya. Perempuan dengan Jersey away Amerika Serikat warna putih, dengan celana olahraga khas sekolah. Dia menonton pertandingan ini sambil minum es teh manis. Aku yang melihat itu seketika menjadi haus. Tapi aku harus fokus untuk mengalahkan keparat ini. Aku sedari di lapangan sudah menunjukkan raut muka tidak senang kepada Al.
"Prittt...." bunyi peluit dari wasit menandakan pertandingan telah dimulai. Aku ditempatkan di posisi sayap kiri.
Percayalah, aku dulu pernah membobol gawang Nanda sebanyak 5 kali berturut turut. Entah Nanda yang goblok sekali atau aku yang benar-benar kelewatan jago.
Beberapa kali aku menendang ke arah gawang, bola dengan mudah ditangkap oleh Gil, kiper dari kelasnya Al. Bahkan aku pernah mencoba menendang dari jauh ke gawang milik Gil, namun melenceng jauh sekali.
Al yang aku ingat sekali menggunakan baju tsubasa miliknya gencar sekali untuk melakukan serangan. Aku selayaknya pemain bola yang profesional lantas menghalangi-halangi niatnya untuk mencetak gol ke gawang milik Ray. Dia tampaknya sudah terlihat kesal dengan cara bermainku yang menghalang-halangi.
Puncaknya, ketika bola yang dilempar oleh Gil mengenaiku, Al dengan keras mendorongku dengan badannya hingga kacamataku jatuh terpental. Nyaris saja aku ribut dengannya. Tatapan matanya yang begitu serius membuatku semakin jengkel dan seraya ingin menghantamkan sebuah pukulan ke wajahnya. Untungnya, aku mampu menahan emosiku.
Asli, raut mukanya benar-benar seperti ingin menantangku. Sebagai insan yang positif, aku hanya dapat berpikir positif saja.
Mungkin karena dia terlalu serius dan fokus dalam bermain. Mungkin karena dia ingin menang. Mungkin karena dia tahu aku suka dengan Cantika (?) Aku tidak tahu pasti. Aku bukan Al soalnya.
-----
Aku iri. Aku sangat iri dengan Al. Aku iri mengapa dia selalu mendapatkan kesempatan untuk mengabadikan momen dengan Cantika. Aku iri mengapa Al selalu mendapatkan perhatian lebih dari Cantika. Aku selalu bertanya-tanya dalam pikiran : Mengapa Cantika hanya memikirkan Al ya? Padahal Gavin yang lebih dulu kenal dan dekat dengan dia.
Aku memiliki hobi stalking segala media sosial milik orang lain. Cantika tidak luput dari target stalking-ku. Hatiku seketika hancur dan remuk, ketika melihat Cantika mengganti foto background Line miliknya dengan foto dirinya bersama dengan Al di pinggir lapangan. Aku semakin tertekan ketika melihat postingan Instagram terbaru milik Cantika, @Cantika.Putri, yang berisi foto antara Cantika dengan Al itu tadi. Romantis sekali. Kolom komentarnya banyak yang mengamini jika mereka berdua menjadi pasangan.
Rasanya aku ingin hilang dari muka bumi setelah melihat foto itu. Aku segera menghabiskan 5 kaleng Greensand yang sudah kubeli di minimarket.
YOU ARE READING
Fren(zone) : SMA, Cinta, Unrepeatable
RomanceAku (Gavin) sedang membuka lembaran dari buku kenangan masa SMA. Aku terdiam di halaman tentang dia (Cantika). Aku mulai memandangi fotonya. Foto dirinya membawaku kepada kenangan masa lalu ketika kami berada di masa SMA. Dimulai dari awal pertemuan...