Kususuri ruang kosong yang setiap sudutnya menyimpan banyak tanya. Beberapanya berakhir tanpa jawab. Tentang banyak kehilangan dalam genggamnya, pergi yang begitu terjadi dengan tiba-tiba.
Maka jika memang yang datang tak memiliki kewajiban untuk pamit, lantas tujuan mengetuk itu semata-mata sementara, tanpa niat menetap. Lalu kepala mengeluarkan pertanyaan lagi dan lagi, tapi kembali nihil jawaban, semua bersikap lepas tangan
Untuk apa adanya pertemuan? Jika pergi menjadi pilihan ketika tidak ada jalan. Atau sengaja tidak ingin menemukan lain jalan, peran memilih pihak yang kehilangan logika, dan bagian yang paling sial adalah kita kembali asing dan memilih melangkah masing-masing
Nyatanya semua rangkaian kalimat tadi kuredam, dan memaksa mengandalkan peran, akhirnya "kita" memang mungkin tidak sungguh diciptakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian pertama: Tulisan tentang kehilangan
PoetryBagian ini menceritakan tahapan biru dari sebuah perpisahan, rupanya isi kepala memberinya ruang berlalu-lalang