Apa kamu percaya jika sampai detik ini ada rindu yang aku sematkan dalam pejaman mata, ketika peluh hadir dalam helaan lelah yang bertubi-tubi
Seperti bayang yang tidak berkesudahan, dalam remang-remang kenangan yang mengikuti dan anehnya tidak benar-benar hilang
Bagaimana aku sangat kesulitan ketika ingin melenyapkan apapun tentangmu dalam pikiran, padahal aku tahu jika kamu tidak ada disana, tidak-pernah-ada
Biarkan aku menjadi udara, yang berlalu-lalang dan bisa membantumu menghirup nafas, biarkan aku tahu kabar yang dibawa angin mengenaimu
Tentang pergi yang memang realita, dan mungkin telah kau temukan Bahagia setelahnya, jarak semakin merentangkan, dan aku harap kita tidak lagi didekatkan pada tiap persimpangan, cukup sampai Bahagia telah mengelilingmu
Sesekali tanpa sadar, mungkin akan sayup masih kudengar alunan gitar dan senandung malam kala itu, kala namamu masih ada diurutan teratas telepon genggamku
Aku hanya perlu siuman untuk melepas kepergian yang diharuskan, mengingatmu tidak akan membuat hidupku berakhir pun dengan melupakanmu tidak akan membuatku mendapat nilai sempurna untuk kehidupan
Berpijak susur masih terus berlanjut, dan begitupun mu
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian pertama: Tulisan tentang kehilangan
PoetryBagian ini menceritakan tahapan biru dari sebuah perpisahan, rupanya isi kepala memberinya ruang berlalu-lalang