2 | Run

5.4K 448 184
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lio, kamu mau ke mana, Sayang?"

Seruan Shelna terdengar bersamaan saat Julio melengos pergi begitu saja melewati pintu utama bagian timur. Wanita itu tampak menghela napas pasrah, kembali meminum air mineral di tangannya untuk meredakan rasa frustrasi terhadap Dimi dan Julio akhir-akhir ini.

Ayah dan anak itu masih belum saling bicara sejak kepulangan mereka dari Bandung semalam. Julio menghindari sarapan dan makan siang dengan Dimi, begitu pula Dimi yang tak memiliki sedikit pun niat untuk membujuk sang anak.

Seperti sekarang, Julio memilih beranjak sambil menyeret Jenna bersamanya dan melewati menu makan siang mereka. Lelaki itu meminta salah satu body guard untuk mengeluarkan mobil miliknya di parkiran basement. Sedang, pergelangan tangan Jenna masih berada di genggamannya, hingga Jenna terpaksa mengikuti kemauan Julio.

"Lo dipanggil Tante Shelna, Jul," ucap Jenna, mengingatkan lelaki itu.

"Gue dengar."

Seorang body guard yang tadi diperintahkan untuk mengambil mobil Julio datang, menyerahkan kunci mobil tersebut padanya. Julio lantas membawa Jenna turut ikut dan mengambil posisi di bangku penumpang, tepat di sampingnya. Lagi-lagi Jenna hanya bisa menurut, membiarkan Julio menjalankan mobilnya meninggalkan perkarangan mansion.

"Seatbelt lo pakai, Jen," tegur Julio, begitu mobil keluar dari gerbang mansion.

Jenna Clarissa, langsung mengikuti apa yang diminta Julio. Sadar kalau mood bos sekaligus sahabatnya sedang tidak baik-baik saja setelah mereka berada di Jakarta. Ya, wanita itu adalah asisten pribadi Julio. Ia tidak punya pilihan lain, ketika tiga tahun lalu, Dimi membantunya dengan menawarkan sebuah pekerjaan untuk mengurus anak.

Tapi siapa sangka, jika ia pikir anak yang akan diurusnya adalah bocah berusia lima tahun, faktanya adalah seorang lelaki remaja yang saat itu sudah menginjak usia delapan belas tahun. Hanya berbeda beberapa bulan darinya dengan usia Julio yang berada di atas Jenna.

Jenna tidak bisa menolak, karena keluarga Cakrawala pun turut membantu Jenna dalam hal pendidikan. Maka, selain menjadi asisten pribadi Julio di Bandung kemarin, ia pun turut meneruskan kuliah di sana.

Apakah Julio selalu bersikap sedingin itu padanya? Jawabannya, tidak. Bahkan Julio sudah menganggapnya sebagai sahabat, bukan sebagai bos dan asisten. Tapi karena hari ini suasana hati Julio masih buruk, maka Jenna harus banyak-banyak bersabar menghadapinya.

"Ngapain bengong terus? Udah sampai," ucapan Julio menyadarkan lamunan Jenna.

"Sorry, abis lo nggak bilang." Jenna berdecak, diam-diam berharap mood lelaki itu akan segera membaik. "Mau ngapain ngajak gue ke mall?"

"Main ice skating, katanya lo bosen di apartemen aja kemarin."

"Tapi 'kan itu kemarin, waktu kita masih di Bandung." Jenna mengikuti langkah Julio yang sudah lebih dulu berada di depannya. "Julio, tungguin!"

Something in Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang