Airport

67 5 0
                                    

"Bapak cuma bisa mengantarkan sampai sini, nak Zen, semuanya yang kau perlu sudah berada di berkas itu." Pak Karni menjelaskan.

"Iya baiklah pak. Terima kasih," jawab Zen terbata-bata, "Tapi pak."

"Cepatlah, waktumu tidak banyak, Risa membutuhkanmu!" bentak pak supir, belum sempat Zen membalas bentakan itu, mobil sudah terlebih dahulu pergi.

Zen terpontang-panting di bandara mencari gate, untuk check-in bagasi.

Ia mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan keamanan, kemudian menghadap ke bagian imigrasi bandara.

Untunglah ia telah memiliki boarding pass dari Pak Rudy.

Dirinya berjalan cepat melewati 'tangga belalai' pesawat. Ya Tuhan, aku harap Risaku baik-baik saja disana.

●●●

Zen telah sampai di Changi Airport. Ponsel baru saja dihidupkannya dan telepon langsung masuk, dari Pak Rudy. Zen segera mengangkatnya.

Zen: "Halo pak, aku baru..."

Rudy: "Aku baru saja memesan taksi, dan ia akan menjemputmu di gerbang utara bandara, mobil alphard warna hitam." jelas Pak Rudy memotong kata-kata Zen.

Zen: "Tetapi pak, aku..." lagi-lagi telepon diputuskan secara sepihak.

Aahhh bagaimana ini, aku sama sekali belum pernah kesini, aku belum mengenal tempat ini...

Untunglah ia menemukan denah, ia memfotonya lalu mengikuti jalan menuju gerbang utara.

Sesampainya di gerbang utara, ia menemukan kendaraan yang sama seperti penjelasan Pak Rudy. Supir di mobil itu bertanya, "Sir Rudy?" sembari menunjukkan ponselnya.

"Yes, sir. He is my uncle." jawab Zen berusaha adaptasi di tempat itu.

AnniversaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang