Aku berbicara dengan Sirius semalam." Harry bercerita.
"Sirius? Bagaimana bisa? Dia menyelinap ke Hogwarts semalam?" tanya Jean bingung, sekaligus was-was jika saja Sirius melihatnya dengan Draco semalam dan menceritakannya pada Harry.
"Dia muncul dalam api unggun di ruang rekreasi, tengah malam." Jawab Harry.
Untung aku sudah kembali sebelum tengah malam. Batin Jean.
"Dia bilang beberapa orang yang kira-kira memasukkan namaku dalam Goblet of Fire." Kata Harry kemudian.
"Siapa?" tanya Hermione penasaran.
"Entahlah, aku tak mau berburuk sangka. Tapi dia menyebut.." Harry berhenti sejenak, mengamati keadaan sekitar. "Igor Karkaroff." Bisiknya.
"What? Untuk apa dia melakukan itu?" tanya Ron syok.
"Aku tak tahu, Sirius bilang dia dulunya adalah Death Eaters. Dan tak ada yang berhenti menjadi Death Eaters." Jawab Harry pelan.
"Apakah ada lagi?" tanya Hermione khawatir.
Harry menghela napas, "Ya.. Barty Crouch. Hatinya terbuat dari batu. Dia mengirim anaknya sendiri ke Azkaban."
"Tapi kau tetap tidak boleh berburuk sangka kepada mereka terlebih dahulu, Harry. Jangan terlalu curiga kepada mereka." Peringat Jean. Hermione mengangguk setuju.
Ron membelalakkan matanya, "Banyak yang mati di turnamen ini, kau tahu!" katanya tidak terima.
"Ron.. pelankan suramu. Kau membuat suasana hati Harry semakin buruk." Desah Hermione, semakin khawatir.
"Oh, Harry. Kau harus menemui Hagrid malam ini. Dia akan memberimu clue tentang tantangan pertama dalam Triwizard." Bisik Ron agar murid lain tak dapat mendengar.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Jean bingung.
"Aku hanya.. tahu," ucap Ron tidak jelas. Jean mendengus sebal. Dia menunduk hendak melanjutkan sarapannya, sebelum merasakan dia diperhatikan dari jauh. Jean mendongak dan entah mengapa pandangannya langsung bertubrukan dengan iris mata biru keabuan milik Draco. Laki-laki itu tersenyum.
*****
Malam ini, Hermione mengajak Jean ke perpustakaan karena tak ada PR yang harus dikerjakan. Selepas makan malam, mereka berdua berjalan menuju tempat tujuan sambil bercakap-cakap layaknya para gadis remaja.
"Kau tahu, aku sedikit khawatir pada Harry." Ucap Hermione.
Jean mengangguk, "Aku khawatir banyak." Balasnya.
"Dia yang termuda. Ya, walaupun 'mungkin' dia memiliki pengalaman lebih dengan hal-hal aneh selama berada di Hogwarts.." Hermione mengembuskan napas panjang sembari memasuki perpustakaan.
"Buku apa yang akan kau baca?" tanya Hermione, menoleh pada Jean.
"Kalau kau?" tanya Jean balik. Sebenarnya, dia malas pergi ke perpustakaan karena dia tidak segila Hermione dalam menuntut ilmu. Tapi tentu saja dia lebih memilih sahabatnya daripada kemalasannya.
"Aku ingin membaca buku tentang ramuan." Jawab Hermione. Tangannya mengambil sebuah buku tebal yang ternyata sudah tepat dengan ucapannya.
Jean bergidik, "Ew, i hate potions." Ucapnya. Hermione tertawa. "Kau memiliki nilai sempurna dalam kelas ramuan terakhir." Katanya.
"Ya, tentu saja. Mungkin ceritanya akan berbeda jika aku berpasangan dengan Ron dan bukan Draco." Perempuan berambut sepunggung itu memutar bola matanya.
Hermione duduk. "Jadi, kau ingin membaca apa?"
Jean menggumam, "Eum.. cerita rakyat?" katanya tidak jelas. Hermione mengerutkan dahi. "Kurasa aku akan mencari-cari buku yang terlihat menarik untuk dibaca, yang banyak gambarnya. Aku akan kemari ketika sudah menemukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIATE - Draco Malfoy
Fanfic• 𝓼𝓽𝓲𝓵𝓵 𝓻𝓮𝓶𝓮𝓶𝓫𝓮𝓻 𝓽𝓱𝓮 𝓽𝓲𝓶𝓮 𝔀𝓱𝓮𝓷 𝔂𝓸𝓾 𝓯𝓮𝓵𝓽 𝓵𝓲𝓴𝓮 𝓱𝓸𝓶𝓮 • ◾◾◾◾◾ Rasanya berjalan saja tak mampu. Kakinya tidak kuat menopang berat tubuhnya, lututnya lemas. Jean hampir saja terjatuh jika saja seseorang tidak memega...