4 | Sudah Kenal

149 28 56
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Jam istirahat sudah tiba. Rendra, Damar, dan Robi kini sedang menikmati menu makan siang mereka di kantin. Sama halnya dengan siswa-siswi lain.

"Sayang, kamu yakin cuma pesan jus mangga doang? Nggak mau makan, gitu? Nggak laper?" Ralat. Mereka bukan hanya bertiga, tapi berempat bersama siswi yang baru dipacari Robi kemarin, Desy.

"Aku lagi diet, Sayang. Kamu lupa?" sahut gadis berparas cantik itu—yang entah akan bertahan hingga kapan dengan Robi.

"Jangan terlalu ketat gitu dietnya, Sayang. Nanti malah sakit. Kamu suka banget ya, buat aku khawatir?" Kata-kata Robi yang seperti ini yang kadang membuat Damar geli.

"Nggak bakalan kok, Sayang. Diet ini aman. Aku ikuti instruksi yang udah ditentukan. Malah bisa bikin sehat ...." Setelahnya, obrolan dua sejoli itu hanya dianggap angin lalu oleh nyamuk-nyamuk di sekelilingnya.

"Kalau nggak ada lo, gue mungkin udah jadi nyamuk paling mengenaskan di sini," bisik Damar pada Rendra yang baru menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Rendra memang tidak terlalu memedulikan sepasang remaja yang sedang kasmaran itu, makanya ia tak terganggu. Mungkin Damar saja yang terlalu terbawa perasaan.

"Hai, Ren! Gue boleh gabung di sini, kan?" tanya seseorang yang baru saja datang sambil membawa segelas jus jeruk. Ia langsung duduk di samping kiri Rendra tanpa menunggu persetujuan.

"Rendra doang? Lo nggak izin ke gue sama Robi juga, Put?" protes Damar yang duduk di samping kanan Rendra. Ia menoleh dengan posisi tubuh agak dicondongkan ke depan karena Rendra yang duduk di tengah-tengah mengganggu pengelihatannya.

"Ngapain izin sama orang yang pagi-pagi udah bikin gue malu?" Rupanya Putri masih kesal karena insiden kecelakaan tadi pagi.

"Ye, maap. Gue kan udah minta maap, Put," ujar Robi yang merasa terlibat. Desy yang duduk di sampingnya hanya menyimak karena tidak tahu apa-apa.

"Gue juga udah kan, Put? Orang pemaaf itu di sayang Rendra lho, kalau lo mau tahu." Damar malah meledek. Untung Rendra masih sabar dan tak berniat menanggapi.

"Kalau emang bener kayak gitu, gue rela tadi pagi nggak ngomelin lo berdua. Buang-buang suara aja." Nada bicara Putri tak setinggi tadi pagi. Tahu alasannya? Ya, karena ada Rendra.

"Intinya sekarang kita berdua udah dimaafin belum? Gue nggak mau ya, ada acara dendam-dendaman antara kita." Damar tampak serius. Lantas Robi menyetujui dengan anggukan.

"Iya, iya," jawab Putri malas. Kemudian ia menyeruput jus jeruk miliknya hingga habis setengah.

Damar mengembuskan napas enteng. "Nah, kalau gini kan, gue jadi lega." Cowok itu mengubah posisi duduknya jadi tegak kembali dan melanjutkan makannya.

"Gitu, dong." Robi tersenyum puas. "Put, kenalan dulu dong, sama pacar gue," suruh Robi sambil melirik bangga sosok gadis cantik di sampingnya.

Dahi Putri mengernyit cukup dalam. Ini pacar yang mana lagi? batinnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Expectancy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang