CHAPTER 7

51 8 1
                                    

"Gimana sama pacar lo? Baik-baik aja kan?" Tanya Shean tiba-tiba.

Deg...

"Gimana dia bisa tau kalo aku udah punya pacar?" Batin Lita.

"Tau dari mana kamu, kalo aku udah punya pacar?" Lita balik bertanya.

"Gue tau apapun tentang lo, jadi ga usah tanya gituan,"

"Ya udah deh, aku baik-baik aja sama pacar aku."

"Ohh,"

Mereka melanjutkan obrolan-obrolan ringan.

Hingga tak terasa sudah 3 jam Shean berada dirumah Lita. Shean bosan dirumah Lita, sangat sepi. Ia berniat mengajak Lita untuk pergi ke taman kota, ternyata Lita menyetujuinya, tetapi Lita meminta izin dulu kepada Yoga, kekasihnya.

Saat dijalan, Lita hanya menatap jendela. Shean akhirnya membuka suara.

"Gimana homeschooling lo? Masih bisa ngikutin pelajaran kan?"

"Baik, masih bisa kok. Lo sendiri gimana disana?"

"Masih belum bisa nglupain masa lalu."

"Ohhh," jawab Lita.

"Kenapa jantung gue deg-deg an?" Batin Lita.

"Gue belum bisa nglupain kenangan kita Lit," ujarnya.

"Kenapa?" Tanya Lita sok datar, padahal jantungnya berdegup kencang.

"Ya gue belum bisa terima kenyataan."

"Kenyataan apa?"

"Dulu kan lo yang mutusin gue."

"Bukannya dulu lo terima aja."

"Ya aslinya gue ga terima, tapi gue harus ngertiin kondisi lo."

"Gue masih sayang sama lo," lanjutnya.

"Gue udah punya pacar, inget!" Ujar Lita.

"Iya gue tau, apa salahnya berharap? Lo kan belum nikah sama pacar lo,"

"Belum, bukan berarti ga akan." Lanjutnya.

"Up to u deh,"

Mereka berdua kembali menutup mulut, tidak ada yang berniat membuka suara.

Mereka pun sampai ke taman kota. Shean mencari tempat parkir yang aman. Setelah ia mendapat tempat untuk mobilnya berparkir, ia berjalan sejajar dengan Lita.

"Ta," ucap Shean membuka suara.

"Ya?"

Lita menatap Shean.

"Masih dengan aura yang sama," batin Shean.

"Apaan?" Tanyanya.

"Ee-eh, ngga, itu," jawab Shean terbata-bata.

"Ga jelas deh,"

"Gue mau tanya,"

"Ya?"

"Apa lo masih ada rasa ke gue?"

"Hah? Maksud lo?"

"Apa lo bener-bener udah lupain gue?"

"Mungkin,"

"Ohh."

"Maen ayunan yuk," ajak Shean.

"Ayooo, gue kangen banget maen ayunan sama lo," ucap Lita terlalu semangat.

"Ulangi lagi coba,"

"Ha? Apaan?"

"Lo tadi ngomong apa?"

"Ga ngomong apa-apa,"

"Hemmm."

"Gue juga rindu." Ucap Shean lirih, namun mampu terdengar ke telinga Lita.

"Jadi ga ni?"

"Ya ayo,"

"Yang duluan sampe sana dapet traktiran es krim!" Ucap Shean sambil berlari meninggalkan Lita.

"Ehh Shean curang!!" Ucapnya lalu berlari menyusul Shean.

Saat sampai di tempat ayunan, Lita langsung duduk disalah satu ayunan.

"Mau gue dorong?" Tanya Shean.

"Emm boleh, emang ko ga capek?"

"Ngga klo buat kamu," ujar Shean datar.

Seketika wajah Lita memerah.

Shean mendorong ayunan dengan pelan.

Setelah mereka berdua bosan, mereka memutuskan untuk pulang.

"Gue anter kerumah lo ya," tawar Shean.

"Ga usah She, gue bisa pulang sendiri naik taxi."

"Ga ada penolakan!"

"Ya udah terserah. Dasar pemaksa,"

"Apa lo bilang?"

"Shean pemaksa!!!" Ucap Lita ditelinga Shean dengan suara kerasnya, lalu berlari ke parkiran.

"Anjirr kuping gue budeg," ucap Shean dan berlari menyusul Lita.

"Gue semakin ga bisa nglupain lo, Ta." Gumam Shean.

Sesampainya diparkiran, didepan mobil Shean. Shean melihat Lita yang terlihat kecapean akibat berlari.

"Jangan lari kalo gampang capek." Ujar Shean sambil menepuk pundak Lita.

"Ehh? Ahh enggak kok,"

"Ga usah bohong. Mau makan?"

"Ga usah She, gue makan dirumah aja. Sekalian minum obat."

"O yaudah, yok naik,"

Hening. Shean yang fokus menyetir, terasa aneh jika tidak ada suara didalam mobil. Shean berinisitif untuk memutar musik.

"Ini kan lagu kesukaan gue, lagu kesukaan Shean juga. Dia masih inget?" Ujarnya dalam hati.

"Just give me a reason. Just a little bit's enough. Just a second we're not broken just bent. And we can learn to love again."

Mereka bernyanyi bersama tanpa sengaja, lalu saling bertatapan.

"Lo masih inget?" Tanya Shean.

"Masih, sampe sekarang gue masih suka lagu itu."

"Sama dong,"

"Hmm."

Hening kembali. Hanya alunan musik yang terdengar didalam mobil.

"Gue mau nagih," Shei memulai bicara.

"Nagih apaan?"

"Es krim,"

"Kan lo curang, gak, ga bisa,"

"Harus pokoknya!!!"

"Maksa! Ya udah besok lagi kalo ada waktu."

"Brarti kita bakal jalan bareng lagi dong," ucap Shean dengan senyum manisnya.

"Terserah."




Permintaan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang