8.Elegi Kebahagiaan

27 2 0
                                    

Bertemu denganmu, terpikir akhirnya aku bisa mendefinisikan arti kebahagiaan, pada mulanya. Sebab cinta, mengendalikan nalar. Artinya, bertemu denganmu, jatuh cinta padamu, nalarku bisa mengarahkanku agar aku bisa bahagia.

Tapi sayangnya, cinta selalu datang dengan syarat. Syarat adalah aturan, tanpa kau mematuhi aturan, kamu tidak bisa melaksanakan apa yang jadi tujuanmu. Meski berulang kali aku mencari apa syarat untuk memilikimu, itu hanya akan membunuhku pelan-pelan, selalu.

Jika aku boleh berpendapat, cinta itu kompleks. Kalaupun kamu memenuhi syarat, cinta bisa menghilang begitu saja. Darisanalah, terpikir bahwa cinta bukanlah definisi kebahagiaan. Apalagi bertemu denganmu? Melainkan kekecewaan yang berulang-ulang.

Ketika aku meyakini hatiku, bahwa cinta bukanlah makna kebahagiaan, lalu mengapa hatiku berdebar setiap melihatmu? Senang, kerapkali disampingmu. Seolah kau adalah sosok harapan, yang mampu membantuku mengarungi hidup.

Begitu sulit, hingga kini bagiku cinta tetaplah teka-teki. Setidaknya, satu hal yang aku tahu dari cinta, ia mampu membuat manusia menemukan sisi manusiawinya. Bagaimana tidak? Manusia bisa senang, bisa bersedih, bisa marah, bisa takut. Bukankah sejatinya manusia memiliki emosi?

Ternyata kebahagiaan adalah bagian dari ambisi dalam hidup, ambisiku adalah memilikimu. Tapi tidak mengejarmu adalah ketenangan, bagian dari yang aku suka. Entahlah, mana yang lebih baik, mengejar ambisiku atau mempelajari apa yang aku suka.

- Bassura, 12 April 2019

Follow Instagram: @arisaputrah

Sekeping Hati untuk Jiwa Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang