[🌙-16]

2.3K 498 253
                                    

Mana yang katanya kangen Scramblove?


Mana coba?



Suaranya nggak kedengeran.




Coba jawab dulu ya sebelum mulai babnyaaa.

1. Tokoh siapa yang paling kamu suka di Scramblove? Kenapa?

2. Yang nggak kamu suka, siapa? Kenapa?

3. Kamu Tim apa nih? Cyan Olive apa Farras Olive?

4. Kamu tau nggak kepanjangan Scramblove?

Udah jawab? Okeeee. Selamat bacaaa-!

[🌙🌙🌙]

"Mau pasti, mau! Kinanti kan suka sama—" Olive menutup mulutnya tiba-tiba, ia tidak tahu kenapa ia begitu kesal ketika Cyan menyebut akan mengajak Kinanti.

"Kinanti suka sama siapa?"

"Sama lo, Cyan!" teriak Olive, tapi dalam hati. Ia berdeham, berusaha bersikap normal. "Mana gue tau," jawab cewek berambut ikal itu. "Lo kan temen SMP Kinanti, ya kalian udah deket kan? Makanya mungkin aja Kinanti pasti mau karena lo ikut."

Pandangan Cyan tajam menatap Olive, membuat cewek itu sedikit salah tingkah yang ia tutupi dengan mengeluarkan ponsel dan menarikan jarinya di layar ponsel. Kemudian, ketua KIR itu menganggukkan kepala.

"Tapi gue sebenernya agak nggak nyaman kalau Kinanti yang ikut," jawab Cyan pelan.

Wajah Olive yang menunduk langsung terangkat. Ia memperhatikan ekspresi cowok berlesung pipi di depannya itu yang kini terlihat bingung dan seperti sedang memilah kata. "Kenapa?"

"Hm ...," Cyan berdeham, "buat mendaki gunung sama satu cewek yang nggak biasa mendaki aja bakal susah banget. Gimana kalau dua?" lanjutnya polos.

Gigi Olive bergemetak mendengar jawaban polos Cyan. Tangannya terkepal, tapi kemudian ia longgarkan lagi kepalannya. Memang benar yang Cyan katakan, tapi apa tidak ada jawaban lain yang bisa membuat Olive lebih senang?

"Berarti pilihan terakhirnya di gue kan?"

Suara yang terdengar merendahkan itu terdengar. Membuat Olive terbangun dari lamunannya dan menatap tajam sumber suara. Begitu pula dengan Cyan, seolah ada alarm dalam dirinya yang berbunyi keras begitu mendengar suara dan kalimat yang terlontar itu.

"Gimana?" tanya Farras semakin maju ke arah Olive dan Cyan berdiri. "Kalian nggak punya pilihan terakhir selain ngajak gue kan?"

Kesal, Olive berdecak. Ia melipat tangan di dada. "Kenapa lo bisa ada di sini dan langsung ngoceh soal gue nggak ada pilihan lain?"

Farras mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya. "Bokap kamu yang nelepon aku, Hye. Beliau bilang supaya aku ikut pendakian kamu dan Cyan. Makanya aku langsung ke kelas kamu begitu bel istirahat bunyi. Ternyata Cyan udah ada di sini duluan dan momennya pas banget."

Penjelasan Farras membuat Cyan kesal, ia melempar pandangan pada Olive. "Gue lebih milih Kinanti daripada lo, Bro. Jadi nggak usah mikir kalau gue nggak punya pilihan lain."

"Cyan ...."

Suara Olive yang tertahan membuat Cyan menengok lagi ke arah cewek itu. Kening Olive berkerut, dan nalurinya sebagai cowok tahu kalau Olive tidak menginginkan Kinanti yang ikut.

"Nggak bisa, Yan," jawab Farras enteng, "gue bakal terus pastiin ke bokapnya Olive, kalau cuma gue yang bisa ngejagain Olive selama pendakian. Artinya? Gue nggak ikut, Olive juga nggak ikut."

"Sialan," jawab Cyan pelan, sangat pelan. Ia memandang Farras dengan sengit. "Gue bakal pikirin sekali lagi. Entah gue bakal pergi sendiri, atau akhirnya sama lo. Sementara itu, lo siapin mental lo dulu," kata Cyan sambil berlalu.

"Naik gunung itu lebih susah dari jaga perasaan cewek, dan kayaknya lo aja nggak sanggup buat jaga perasaan cewek," lanjutnya dengan senyum sinis. Ia menengok ke arah Olive, "gue balik dulu ke kelas, Olie. Nanti gue kabarin."

Setelahnya, Cyan meninggalkan Farras tanpa menengok ke belakang lagi. Ia sama sekali tidak peduli bahkan ketika ia merasa Farras menatap punggungnya dengan sengit. Cyan sangat kesal pada Farras, meskipun ia sendiri tidak begitu paham alasannya. Ia hanya kesal.

[🌙🌙🌙]

Tidak seperti biasanya, mobil Alex sudah terparkir dengan manis di garasi rumah Olive ketika cewek itu baru saja pulang sehabis menghabiskan waktunya di pusat kebugaran untuk melatih fisik pada saat pendakian.

Cewek itu berlari masuk ke dalam rumah. Ia mencari Alex ke seluruh ruangan hingga tiba di halaman belakang. Langkah Olive terhenti dan ia mengernyitkan kening saat melihat papanya sedang berbincang dengan seseorang yang mengenakan seragam sekolah Olive.

"Papa?" panggil Olive pelan, tapi mampu membuat Alex menengok ke arah Olive, begitu pula sosok di sebelah Alex yang membuat Olive hampir saja melempar tas yang digendongnya.

"Udah pulang Live? Sini masuk, tadi kebetulan Papa ketemu Farras di toko buku, jadinya Papa ajak ke sini," jawab Alex dengan senyum lebar.

Kaki Olive melangkah mendekati Alex dan Farras. "Tumben Papa udah di rumah?"

"Iya, Papa lagi nggak ada jadwal. Iseng pergi ke toko buku dan ketemu Farras. Sekalian aja kita bahas soal naik gunung kalian minggu depan. Farras udah nyiapin banyak hal ternyata," jawab Alex.

Olive melirik ke arah Farras yang menyunggingkan senyum kesombongan tersirat. "Kata siapa Cyan bakal ngajak lo? Cyan udah bilang sama gue kalo dia bakal ngajak Kinanti."

"Kok Kinanti?" tanya Alex memotong percakapan Olive. "Memang temen kamu si Syan, Saein itu sanggup mendaki gunung sama kamu dan Kinanti? Kalian berdua nggak ada pengalaman loh."

Farras tertawa mendengar Alex menyebutkan nama Cyan dengan salah, membuat Olive semakin kesal. "Lo nggak usah ketawa," tuding Olive pada Farras.

"Olive!" tegur Alex saat mendengar nada bicara anak perempuannya yang sangat ketus. "Kamu kenapa?"

"Nama temen aku itu Cyan, Pa, bukan Syan atau Saein. Dan aku yakin Cyan punya pertimbangan sendiri kenapa milih buat ngajak Kinanti," jawab Olive cepat. "Jadi mendingan Papa bilang sama Farras nggak perlu repot nyiapin apa-apa karena dia nggak akan ikut mendaki."

Alex berdeham. "Papa udah mutusin, Olive."

"Mutusin apa Pa?"

Alex membetulkan letak kacamatanya, lalu memandang ke arah Farras yang mengangguk sopan. "Kamu cuma boleh pergi mendaki gunung kalau sama Farras."

"Apa?" tanya Olive tidak percaya, ia sangat kesal dan marah. Apa lagi Farras diam-diam mengepalkan tangan tanda menang. "Papa bilang boleh kalau ajak Kinanti. Kenapa sekarang berubah?"

"Setelah Papa pertimbangin, Farras satu-satunya orang yang bisa Papa percaya saat ini, Olive. Kamu harus mengerti."

"Tapi Pa—"

Alex menggelengkan kepala. "Pokoknya keputusan Papa sudah bulat. Kamu boleh pergi kalau Farras ikut."

[🌙🌙🌙]

ScrambloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang