[🌙-24]

2.5K 378 256
                                    

Farras tidak mendengar perkataan Cyan. "Sini Hye aku fotoin. Atau kita foto berdua aja? Semalam kan kamu udah pos foto sama Cyan." Cowok itu berjalan menghampiri Olive.

"Ngapain sih?" kata Olive risih, ia bergegas meninggalkan Farras, tapi lagi-lagi Farras menahan tangannya. "Farras bisa nggak sih lo ngejauh atau musnah selamanya dari depan gue?"

Sejenak Farras terdiam, ia tertegun mendengar perkataan Olive yang cukup keras padanya. Padahal dulu cewek bermata kecil tajam itu tidak pernah melontarkan sedikit pun kata-kata kasar padanya.

"Olie," tegur Cyan, ia menyadari perubahan air muka Farras dan merasa tidak enak dengan apa yang terjadi di antara keduanya.

"Sejak kapan kamu jadi kasar gini sih Hye?" tanya Farras setelah sampai di hadapan Olive.

Cewek itu membuang wajah dan berjalan meninggalkan Farras. Cyan yang semakin merasa tidak enak menepuk pundak Farras. "Sabar Bro, lagi tanggalnya Olie kali."

Kemudian Cyan berlari menyusul Olive. Ia memiliki hal lain yang harus diurusnya, pembudidayaan Edelweiss sekaligus tujuan utama mereka ke sini; menyelamatkan eskul KIR.

[🌙🌙🌙]

Sejak tadi Olive hanya diam saja sambil sesekali mencatat di ponsel penjelasan mengenai apa saja yang perlu diperhatikan dalam membudidaya bunga Edelweiss. Ternyata, melakukan budidaya tanaman langka itu tidak terlalu sulit, hanya diperlukam ketelatenan, rasa sabar, dan beberapa pengetahuan soal pupuk juga perawatan yang sederhana.

Farras duduk agak jauh dari Olive dan Cyan. Sejak peristiwa penolakan Olive yang sudah entah ke berapa kalinya, Farras tampak mendung. Ia merasa percuma melakukan perjalanan konyol ini jika sikap Olive begitu dingin padanya. Pandangan Farras terus tertuju pada Olive yang masih sibuk mencatat sambil sesekali berbicara dengan Cyan.

Sesak. Hanya itu yang ia rasakan saat ini. Ia benci saat senyum manis cewek berwajah jutek itu ditujukan tidak lagi padanya. Ia tidak suka saat orang lain mampu memegang tangan mungil Olive di hadapannya saat ia bahkan tidak bisa menggapai tangan itu lagi.

Farras mendesah. Apa-apaan semua ini? Bukankah tampak begitu konyol saat ia begitu mengharapkan cewek yang dulu ia buang begitu saja? Lagipula, apa bagusnya Olive dibanding orang lain di sekitarnya?

Lagi, cowok berbahu lebar itu menggeleng. Cuma Olive yang selalu sabar waktu Farras hilang atau mendapat hari yang buruk. Ia ingat bagaimana Olive yang kaku berusaha menghiburnya saat tim basket yang dipimpin Farras gagal menjadi juara tahun lalu. Ia ingat bagaimana Olive begitu memperhatikannya saat itu dan ia--

"Ras, udah kelar nih. Lo ngga ikut nyimak ya?"

Suara Cyan membangunkan Farras dari lamunannya. Ia menatap Cyan yang mengambil tasnya dan Olive lalu berjalan menjauh. "Hye mana?"

Cowok berlesung pipi itu menunjuk ke arah depan, terlihat Olive yang berdiri menunggu Cyan tidak jauh di depan mereka. "Kita mau lihat langsung budidayanya. Lo ikut?"

Baru saja Farras akan mengangguk, tapi ia segera tersadar. "Nggak deh. Lo aja sama Olive. Gue tunggu sini."

"Oke Ras, bentar lagi kita balik kok. Tunggu bentar ya!" jawab Cyan yang segera berlalu.

Farras tidak menjawab. Namun, ekor matanya terus mengikuti pergerakan Cyan dan menemukan lagi-lagi senyum Olive yang terbentuk untuk Cyan. Kesal. Semua yang dilakukannya percuma.

Mungkin, Olive tidak akan kembali padanya saat ini. Atau belum?

[🌙🌙🌙]

ScrambloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang