[🌙-13]

3K 558 108
                                    

Cyan tidak mengerti apa yang sudah terjadi dengan Olive. Ia memandang Farras dengan geram, apa mungkin cowok itu telah melakukan sesuatu yang membuat Olive kecewa dan marah?

"Lo ngomong apa sih sama Olive?" sentak Kinanti menyadarkan Cyan dari lamunannya. Cewek berambut pirang itu mendorong bahu Farras hingga Farras terdorong. "Kenapa Olive bahkan nggak mau ngomong sama gue?"

Farras mengangkat bahu. "Mana gue tau. Kalo Olive cuma marah sama gue, harusnya dia bakal biasa aja ke lo kan?"

Wajah Kinanti memerah. Ia mengangkat tangannya lagi, hendak memukul Farras. Namun, Cyan dengan sigap menghentikan pergerakan tangan Kinanti.

"Kinan, udah," kata Cyan berusaha menenangkan.

Kinanti masih keras kepala, ia menepis tangan Cyan dan hendak menyerang Farras lagi. "Nggak bisa, Cyan, gue udah bilang sama lo kan kalo cowok iblis ini nggak bisa dibaikin? Lihat aja yang dia buat ke Olive sekarang!"

"Kenapa gue?" tanya Farras kesal. "Kenapa lo melimpahkan semua kesalahan ini ke gue?"

"Karena memang lo biang keladinya!" kata Kinanti dengan emosi yang sangat tinggi. "Minggir Yan, gue harus getok kepalanya si Farras biar dia waras lagi!"

"Kinanti, udah!" bentak Cyan, ia menahan tangan Kinanti lalu menurunkan tangan itu. "Nggak ada gunanya lo ngomong sama Farras dan maki-maki dia."

Tubuh Kinanti berhenti bergerak. Sudut matanya basah, ia sangat kesal dengan Farras. Apalagi cowok itu sekarang mengangkat salah satu alisnya dengan gaya meremehkan.

"Mending lo denger kata cowok lo, Nan. Belum tentu juga semua ini karena gue," ucapnya sambil tersenyum miring.

"Apa?" tanya Cyan, ia memutar tubuh dan memandang Farras sengit. "Siapa cowoknya Kinanti?"

Jari telunjuk Farras mengarah pada Cyan. "Siapa lagi cowok di sini selain lo dan gue?" katanya setengah tertawa.

"Gue bukan cowoknya Kinanti, kita cuma sahabatan," kata Cyan tegas. "Jangan sembarangan kalo ngomong."

Kinanti memandang Cyan, alisnya tertaut dan bola matanya mengecil. Hal itu terlihat oleh Farras yang langsung menjadikan itu serangan balik.

"Bukan pacaran?" tanya Farras dengan nada memprovokasi. "Orang asing yang ngeliat interaksi kalian tadi bakal mikir kalian pacaran."

"Konyol," jawab Cyan. Ia melempar tatapan sinis ke arah Farras kemudian memilih untuk meninggalkannya. "Kinan, lo bisa balik sendiri kan? Gue harus nyiapin buat pendakian satu minggu lagi."

Kinanti mengangguk.

"Saran gue sih, orang kayak dia," Cyan menunjuk Farras tanpa menoleh pada cowok itu, "nggak perlu lo lawanin. Kall lo peduli sama Olie, lebih baik lo langsung samperin dia ke rumahnya."

Lagi-lagi Kinanti mengangguk.

Cyan tersenyum singkat, mengacak rambut Kinanti. "Ya udah, gue balik duluan. Lo hati-hati, ya."

Setelahnya, cowok itu berlalu meninggalkan Kinanti yang terdiam dan Farras yang memandang dengan senyum miring ke arahnya.

"Kinanti," panggil Farras membuat Kinanti menoleh ke arahnya, "lo yakin nggak apa-apa cuma dianggap temen sama dia?"

Tidak menjawab, cewek itu membuang wajah dan berjalan meninggalkan Farras. Farras hanya tersenyum. Sepertinya, ia baru saja melihat beberapa hati yang patah di sini. Dan semua itu, bisa ia manfaatkan.

[🌙🌙🌙]

Cyan memandangi layar ponselnya sejak tadi. Beberapa notifikasi pesan masuk, tapi tidak ada satu pun pesan balasan dari Olive. Ia sedikit khawatir. Sikap Olive yang gampang meledak dan responnya tadi sore terasa aneh.

ScrambloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang