[🌙-23]

4.4K 502 62
                                    

Udara malam ini sangat dingin. Olive merapatkan jaket dan memeluk diri sendiri untuk menghangatkan tubuhnya. Tidak jauh dari posisi Olive saat ini duduk Farras yang sibuk dengan mie instan dan teh manis.

Setelah perjalanan dengan mobil pick up yang sangat melelahkan, ketiganya memasuki kawasan pos pendakian Gunung Papandayan dan memutuskan untuk mencari lahan berkemah. Mereka akan memulai pendakian pukul lima pagi esok hari.

"Lo nggak makan Olie?"

Suara Cyan mengagetkan Olive dari lamunannya. Ia menggeleng. "Gue nggak laper Yan, lagian ..."

Cyan menyodorkan secangkir cokelat instan hangat di tangannya pada Olive, mengubah posisi duduknya agar nyaman, lalu bertanya, "Kenapa?"

Olive menerima cangkir itu, menyesap isinya sedikit. "Dari tadi gue nggak dapet sinyal loh, Yan. Lo gimana?"

Cowok berlesung pipi itu mengeluarkan ponsel dari dalam jaket, menunjukkan layar ponsel pada Olive. "Sama aja. Ya namanya juga lagi di gunung, pasti susah sinyal."

Bibir Olive mengerucut, ia kesal dan merasa gelisah. "Gue kan belum sempet update apa-apa hari ini."

"Mungkin besok pas kita ke alun-alun udah ada sinyal," jawab Cyan. Ia meminum cokelat di cangkirnya. "Mendingan sekarang lo istirahat dulu, biar besok pas naik gunung nggak kecapean."

Olive enggan menjawab. Ia hanya diam memangku dagu dengan lutut. Cyan pun kembali sibuk menatap perapian.

"Besok kita gimana sih jadwalnya?" tanya Farras setelah merapikan bekas makannya. Ia bergabung dengan Cyan dan Olive duduk melingkar.

"Jam lima pagi kita jalan dulu, mulai naik gunung sampai ketemu alun-alun Papandayan, baru kita mulai observasi. Jam tiga sore maksimal kita harus udah turun lagi supaya perjalanan balik ke Jakarta nggak telat," jawab Cyan memberi penjelasan.

"Oh cuma perjalanan sehari," sahut Farras, "gampanglah. Hye siap kan?"

Tidak ada jawaban. Olive sibuk memandangi layar ponselnya yang tanpa sinyal. Wajahnya mendung, seperti akan menangis.

"Kamu kenapa Hye?"

Tangan Olive terangkat, menunjukkan layar ponselnya yang tanpa sinyal. "Gue nggak bisa update."

Tanpa sadar Farras mendecak. "Oh ayolah Hye, udah sejauh ini kita jalan dan permasalahan kamu selalu tentang HP? Semua kehidupan kamu di sana? Terus yang depan mata kamu ini apa?"

Perkataan Farras yang tiba-tiba dan menuduh itu membuat Olive naik pitam. Padahal sejak tadi ia sudah berusaha menahan emosi dan rasa tidak nyaman di dalam dirinya sendiri.

"Apa sih?" tukas Olive. "Gue nggak ada ngeribetin lo soal apa-apa ya. Lo nanya, gue jawab. Dan sesuka gue lah mau ributin HP atau apa pun itu. Lagian urusan lo apa? Lo siapa kritik gue kayak gitu?"

Farras berusaha menenangkan diri. Ia tidak suka jika Olive masih terus mempermasalahkan ponsel dan segala tentang benda itu. Cyan yang terkejut dengan nada suara Olive berusaha menengahi.

"Olie, it's okay ...."

"No it's not," jawab Olive kesal, suaranya bergetar begitu pula dengan tangannya. "Gue sama sekali nggak peduli lo suka atau nggak sama kebiasaan gue. Nggak peduli juga mau lo kesel atau apa sama gue. Jadi lo nggak perlu repot-repot buat peduli juga sama gue."

"Hye, dengerin aku dulu. Maksud aku nggak gitu. Kamu tau kan kalo kita lagi ada di--"

"Gunung! Iya aku tau! Sayangnya aku nggak tau dari awal kalo di sini beneran nggak akan ada sinyal!"

Merasa agak bersalah, Cyan memegang bahu Olive dan membantunya berdiri, mengajak cewek itu memjauh dari Farras yang tertegun dengan kemarahan Olive. Cowok berlesung pipi itu sedikit merasa bingung saat memegang bahu teman satu perjalanannya, bahu itu bergetar kuat dan napasnya pendek-pendek.

ScrambloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang