Perkataan Cyan memancing emosi Farras. Ia mendekati Cyan kemudian meninju cowok itu keras. Keramaian mulai kembali terjadi, Cyan jatuh dan memegangi sudut bibirnya yang berdarah sementara Farras berdiri tidak jauh darinya.
"Lo pikir gue nggak bakal balik sama Olive? Lo pikir gue hal terburuk buat dia? Terus yang baik itu siapa? Lo?" tanya Farras bertubi-tubi. "Jangan mimpi, Yan. Lo juga bukan apa-apa."
Cyan bangun dan merapikan kemeja seragamnya. Ia tersenyum. Tangannya terkepal ingin membalas, tapi belum sempat tangan Cyan melayang, sebuah tamparan keras sudah mengenai pipi Farras. Membuat tubuh Cyan terpaku di tempat.
"Apa-apaan sih kalian?"
Kepalan di tangan Cyan meremas saat melihat tatapan marah sekaligus bingung pada sosok di hadapannya. Ia melihat sekeliling dengan ekoor mata, mereka sudah menjadi tontonan.
"Lo pikir Olive bakalan seneng kalau dia tau keributan ini?" tanya sosok berambut pirang itu dengan suara bergetar. "Bikin malu aja tau nggak?"
"Dia yang mulai duluan," jawab Farras sambil menunjuk ke arah Cyan.
Melihat sikap Farras yang malah menyalahkannya, Cyan kembali naik darah. Tinjunya kembali terkepal. "Gue tadi cuma ngasih lo berkas baik-baik!"
"Lo mulai bawa-bawa Olive ke hadapan gue!" jawab Farras lagi, masih tidak ingin disalahkan. Ia melangkahkan kaki mendekat ke arah Cyan.
Tidak mau kalah, Cyan pun melangkah maju ke depan. "Gue nggak pernah niat ngomong panjang sama lo. Lo yang memprovokasi gue dengan nyebut-nyebut prestasi KIR belakangan ini."
"Gue cuma ngomong fakta," sahut Farras. "KIR memang nggak berkembang di tangan lo. Sampai-sampai Olive harus kerepotan ngurus pendakian ini-"
"Jangan ikut campur urusan gue!" potong Cyan tegas. Suaranya dalam dan sangat menakutkan. "Gue peringatin sekali lagi sama lo, jangan ikut campur urusan gue dan KIR. Lo ikut pendakian gue bukan karena gue butuh bantuan lo, ini cuma syarat dari bokapnya Olive. Bukan berarti lo berhak nilai KIR seenak lo!"
Kinanti menutup telinga dengan tangannya, lalu menghentakkan kaki kesal. "Diem gue bilang! Nggak usah saling serang lagi!" Kinanti mendorong Cyan mundur, begitu juga dengan Farras. Ia membuat jarak di antara keduanya agar tidak begitu sesak. "Kalian nggak malu apa ditontonin begini?"
Farras melihat sekeliling, ia tersenyum sinis saat melihat sosok Yona dan anak cheers lainnya. Sudah pasti peristiwa ini akan menjadi perbincangan, dan itu menyenangkan. Sementara itu Cyan berusaha menenangkan diri dengan memejamkan mata. Ia sudah bersikap terlalu kasar, lebih baik ia pergi sekarang sebelum Cyanicious di sekolahnya mundur teratur.
"Terserah," ucap Cyan, "tolong anterin berkas yang gue kasih ke lo tadi besok pagi. Ke kelas gue 11 IPA 3. Gue nggak mau mikirin hal ini terlalu jauh lagi."
Kemudian Cyan berjalan meninggalkan Farras dan Kinanti, memecah kerumunan siswa yang sudah mendekat untuk mencari tahu keributan yang baru saja terjadi. Farras mundur, memasuki kelas tanpa rasa bersalah.
Kinanti menghela napas, lalu berlari menyusul Cyan. Keningnya berkerut, ia khawatir. Saat berjalan ke kantin tadi, ia tanpa sengaja melihat kerumunan orang dengan suara keras. Karena penasaran, Kinanti berjalan menuju keramaian itu dan mencari tahu ada apa.
Ternyata Cyan dan Farras berkelahi, entah karena apa, tapi mereka menyebut nama Olive. Kinanti terkejut saat Farras memukul Cyan dan membuat sudut bibir cowok itu terluka. Ia juga takut Olive akan mengamuk ketika tahu bahwa Cyan dan Farras bertengkar karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scramblove
Novela Juvenil"To feel it, you have to scramble on it first." Cyan tahu cuma Olive satu-satunya orang yang bisa membantunya menyelamatkan KIR. Olive tahu cuma Cyan yang bisa buat dia jadi dirinya sendiri dan berjuang bersama KIR. Cyan dan Olive melakukan pendakia...