13 - Berteman

582 69 165
                                    

Assalamu'alaikum....

Hai ... apa kabar semuanya? :*
Sebelum mulai membaca, dimohon kerendahan hatinya untuk menekan tombol bintang/vote, yang ada di bawah ya ;)
Syukron buat yang udah vote, Barakillah ... semoga berkah, berkah buat yang nulis, berkah buat yang baca :)


Part ini bakal panjang banget dan mungkin agak ngebosenin, hihuhaaa😂 jadi siapin camilan yang banyak ya, buat temen baca ;)

Happy reading :*

🕳🕳🕳

Ruangan senyap tanpa udara, barang-barang rongsok terlihat berserakan dimana-mana, serta penerangan minim dengan mengandalkan lampu kuning yang bergoyang-goyang karena digantung secara sembarang.

Suasana serta tempat seperti ini akan menjadi saksi bisu akan keputusan yang diambil oleh Panji, sepeninggal Bryan and the genk tepatnya setelah pintu ditutup, Panji tak langsung menghampiri gadis di hadapannya. Gadis itu kini terlihat menangis terisak seolah telah lelah untuk meronta dan berteriak.

Untuk beberapa menit Panji hanya berdiri mematung di balik daun pintu yang tertutup, ia terus memikirkan hal yang akan dilakukannya di menit-menit berikutnya. Terlintas di benaknya bayangan ibu dan kakaknya, Amanda serta ancaman-ancaman yang dilayangkan Bryan padanya.

"Aaarghhh...." Berkali-kali pria itu menjambak rambutnya.

Dengan perasaan yang masih kacau disertai dilema, Panji akhirnya melangkah maju dan menaruh kamera di atas buffet yang diarahkan pada tempat keberadaan sang gadis, lalu menyalakannya dan menekan tombol untuk merecord video.

"Panji! Lo mau ngapain?" Gadis yang pada awalnya hanya terisak itu pun akhirnya buka suara saat melihat gerak-gerik Panji.

Bukannya menjawab, Panji justru langsung mencengkram pundak gadis itu sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Panji ... please, lepasin gue...," pinta sang gadis dengan tatapan penuh harap.

"Sory ... gue juga terpaksa, Kak," balas Panji, tangannya kini sibuk untuk membuka tali yang mengikat kedua tangan gadis di hadapan.

Setelah berhasil melepaskan ikatan itu, Panji lantas melepas jaket yang dikenakan gadis itu secara paksa, melemparnya secara asal, kini gadis itu hanya mengenakan kaos singlet sebagai atasannya.

"Panji! Please jangan Panji ... hiks...." gadis itu mulai kembali terisak sambil berusaha melepaskan dirinya yang kini berada dalam dekapan Panji.

Setelah berhasil memeluknya, Panji lantas meraih dagu gadis itu dan bersiap untuk melancarkan aksi berikutnya. Namun dengan sigap tangannya berhasil ditepis oleh gadis itu.

"Panji sadar! Gue tau lo bukan orang bejad macem Bryan, lo jelas beda sama cowok bajingan itu, jangan sampe lo diperbudak sama dia, Nji! Lo berasal dari keluarga baik-baik, inget ibu lo Panji! Kakak lo sekaligus sahabat baik gue, Amanda, mereka juga seorang wanita sama kayak gue, sadar Panji, gue mohon...hiks...."

Mendengar kata-kata yang diucapkan gadis itu, Panji tersentak. Benar adanya, keluarga yang ia miliki hanyalah Ibu dan Kakaknya, tak ada yang lain dan keduanya adalah perempuan, bagaimana mungkin ia harus melakukan hal bejad kepada seorang perempuan yang tak berdosa?

Panji beranjak dari tempatnya lantas meraih kamera yang masih merecord-nya itu, dengan tanpa ragu pemuda itu langsung membanting benda berwarna hitam itu hingga pecah berserakan, hancur berkeping-keping menimbulkan bunyi yang sangat keras dan mungkin sudah terdengar oleh Bryan dan antek-anteknya.

Berawal Dari TaruhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang