-_-_-_-
Sinar matahari hampir terganti oleh gelapnya malam. Pemukiman sederhana kini terganti dengan banyaknya gedung yang menjulang. "Apa aku memilih pilihan yang tepat?" Pertanyaan itu terus berputar di kepala Seehi.
"Kita akan kemana Rara?" Ada
perasaan sesal mendera setelah menyetujui ajakan Han Rara, temannya yang sedari tadi masih menetap dengan wajah dinginnya."Kalaupun aku jawab, kau tetap tidak akan tau."
"Emm? Ah, oke" jawab Seehi kikuk.Seehi akhirnya keluar dari Genji, meninggalkan ibunya seorang diri di rumah. Meninggalkan sahabat karibnya, Namjoon.
Hidup ini memang menawarkan banyak pilihan. Entah pilihan Seehi kali ini benar atau tidak, di luar itu Seehi tetap harus yakin.
Genji memang bukan tempat yang layak, Genji penuh dengan keanehan, Genji buruk. Seehi selalu memaksa otaknya untuk mengeluarkan spekulasi itu. Seehi tidak mau lagi terpenjara.-_-_-_-
-Lee Seehi-
Di hadapanku kini terlihat bangunan tua yang megah. Pagar yang tadi sempat aku dan Rara lewati terlihat berkarat, jalan setapak yang sedari tadi kami lewatipun terlihat berlumut. Bangunan ini tampak suram, menyeramkan.
Aku mengikuti langkah Rara yang entah kenapa sedikit tergesa itu. Sambil sesekali menengokkan kepala kanan kiri melihat suasana sekitar. Sampai Rara menghentikan langkahnya,
"Sebelum masuk lewat pintu utama, ganti bajumu dulu dengan ini" Rara memberikan plastik yang aku yakini berisi pakaian.
"Sejak kapan kau membawa ini?"
"Itu baju gantiku, aku selalu membawanya kemanapun. Kau bisa ganti di sana" Rara menunjuk sebuah bangunan kecil mirip pavilium."Kalau sudah selesai, kau masuk saja lewat pintu itu." Lanjutnya lagi yang kali ini menunjuk pintu besar yang posisinya tidak jauh dari tempat kita berdiri.
Aku bergegas masuk ke pavilium yang tadi ditunjukkan oleh Rara. Secepat mungkin aku berganti baju dan bergegas menuju pintu utama.
Aku berharap lebih setelah menapakkan kaki di kota ini. Berharap bisa hidup lebih baik dan bisa menjemput ibu di desa. Nantinya, dengan banyak uang aku bisa melakukan segalanya.
-_-_-_-
"Ini yang ke-dua. Beri aku lebih besar karna kondisi yang kubawa kali ini tidak dipenuhi luka. Aku benar-benar tidak melakukan kekerasan."
"Kau benar-benar membawa gadis desa? Dia temanmu?"
"Itu bukan urusanmu Jungkook."
"Kau memang bisa diandalkan. Kau pasti mengetahui keinginanku dan Jungkook yang kini berubah haluan. Menguping memang keahlianmu. Kau beradaptasi dengan baik, Han Rara."
"Cukup beri aku uang Taehyung, maka aku akan bekerja dengan baik kepada kalian."
Langkah Seehi memelan saat telinganya menangkap pembicaraan yang dilakukan oleh temannya, Rara dan dua orang lainnya. Sampai salah satu di antara mereka menemukan Seehi yang diam mematung.
"Kau kah itu? Aku Jeon Jungkook. Senang berkenalan denganmu, Seehi" Jungkook mengakhiri perkataannya dengan senyum tipis dan mata yang mengintimidasi.
"Dia kakak tiriku, Kim Taehyung. Mau tau kami lebih banyak?" Lanjut Jungkook yang perlahan melangkah mendekati Seehi.Rara yang posisinya lebih dekat dengan Seehi bergerak lebih cepat dari Jungkook untuk menghampiri Seehi.
"Maafkan aku Seehi, tapi aku masih mau hidup." Cengkeraman tangan Rara merekat ketat sampai memperlihatkan guratan merah di tangan Seehi.
"Apa maksud semua ini Rara? Kau menjualku kepada mereka?"
"Tolong aku kali ini, aku akan datang lagi nanti"
Rara membiarkan Jungkook menyeret Seehi dengan kasar. Membiarkan teman seperkampungan yang selalu membelanya dulu dibawa dengan cara yang tidak manusiawi.Flashback
"Kau itu tidak punya orang tua, jadi jangan dekat-dekat dengan kami. Nanti bisa-bisa virusnya menular." Rara yang kala itu masih kecil hanya meringkuk menangis tanpa melakukan perlawanan saat tubuh kecilnya dihadiahi dengan lemparan kerikil oleh anak-anak sebayanya.
"Kalau kau tidak punya orang tua, pasti kau keluar dari lubang hidung kan? Karna kau, menjijikan"
"Hhahaha...." tawa yang lain bersamaan menyahut tanpa peduli keadaan Rara yang makin lemas.
"Yakk, dasar bocah nakal. Berani-beraninya kalian menjahili temanku. Pergi kalian!" Kala itu, hujan perlahan turun. Rara melihat anak perempuan dengan sapu yang digenggam kedua tangannya erat-erat. Dari situ, Rara tidak pernah lagi sendiri.
*** ***
"Apa mau kalian?" Teriak Seehi marah.
Seehi kini berada di ruangan minim cahaya. Bau karat dan lantai yang lembab serta perabot di dalamnya yang tertutup debu tebal.Tangannya terikat, kedua kakinya juga terkunci borgol yang membuat pergerakan Seehi terbatas.
"Sstt.. Jangan keras-keras. Kau mau membangunkan yang lain? Di sana" Jungkook merendahkan posisi tubuhnya agar sejajar dengan Seehi yang kini duduk terikat.
Terlihat ada sekat mirip jeruji penjara di samping kiri Seehi. Di sana, terlihat perempuan yang nasibnya sama dengan Seehi. Hanya saja, darah mengering dari sudut bibirnya. Pandangan kosong dan penampilan acak-acakan menambah ngeri Seehi yang melihatnya.
"Kau, mau seperti dia?" Kali ini Taehyung berjalan mendekat ke arah perempuan itu. Membuka sekat yang ternyata merupakan pintu penghubung.
"Nam Jiyoon, sekarang kau tidak akan kesepian. Di sini kau punya teman. Namanya Lee Seehi." Taehyung mencengkeram rahang Jiyoon erat dan memaksanya untuk menatap Seehi. Mata Jiyoon berubah sendu. Menatap iba Seehi yang kini juga terlihat sendu.
"Kau akan punya teman lagi, yeobo (sayang)"
Fugitive -end-
Next?
First story nih :)...
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan, Terima kasih. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
EVADERE
Fanfiction"Apa harapan terbesarmu sekarang?" -Anonym- "Berdiri di masa lalu. Jika itu terjadi, dengan senang hati aku akan mengubah sudut pandangku kala itu. Hanya duduk di bangku penonton, tanpa berperan di dalamnya." -Lee Seehi- Kehidupan seorang Lee Seehi...