-_-_-_-
"Kita akan kemana, hyung?" Jimin berjalan di belakang Hoseok yang sedikit tergesa.
"Kita harus menjemput seseorang." Hoseok menjawab tanpa melepas pandangan dari ponsel di tangannya.
Jimin menghentikan langkahnya,
"Hyung, aku,...Aku tidak bisa."
Hoseok mengalihkan atensinya pada Jimin,
"Ada apa denganmu, Jimin? Kau,..""Aku tau siapa yang ingin kau temui, hyung. Demi Tuhan, lebih baik aku mati disiksa sahabatku sendiri daripada menyeret lebih banyak orang dalam masalahku."
"Siapa yang kau maksud barusan, Jimin? Kau tidak mengenal mereka asal kau tau."
"Adikmu bukan tumbal, hyung. Dan kekasihmu itu manusia, bukan boneka yang bisa seenaknya kau mainkan.""Jimin,.."
"Seok-ie...." Kedua pemuda yang sedang berdebat itu seketika menoleh setelah mendengar teriakan seseorang.
Tidak jauh dari mereka, terlihat seseorang itu melambaikan tangan diiringi dengan senyum manisnya.----
Setelah acara tatap menatap antara Hoseok dan Jimin, akhirnya mereka memutuskan mencari tempat untuk berbicara.
"Dia temanku, Im Doyeon." Hoseok lebih dulu mengenalkan sesorang yang tadi memanggil namanya kepada Jimin.
"Kau mengenalkanku sebagai temanmu Seok-ie?!! Woah, kau ini sungguh keterlaluan...
Begini manis, namaku Im Doyeon. Aku ini kekasih dari pria yang duduk di sebelahmu itu." Dengan angkuh, Doyeon mengenalkan diri di hadapan Jimin.
"Yeon-ie.." Hoseok memberi tatapan memeringati kepada Doyeon yang tampak tidak perduli.
"Ayo lah Seok-ie, kau sudah menerimaku waktu itu. Aku ini memang kekasihmu." Jimin yang berada di antara Hoseok dan Doyeon hanya memandang malas ke arah mereka berdua.
"Sebenarnya aku tidak memerlukan bantuanmu Doyeon, jika itu yang membuatmu datang kesini." Doyeon merasa tertohok dengan ucapan Jimin barusan.
"Aku mendengar percakapanmu waktu itu, hyung. Saat dengan sengaja kau buat ponselmu senyap seharian. Mengangkatnya dengan menghidariku lebih dulu. Awalnya aku berpikir kalau kau mungkin memiliki urusan lain. Tapi setelah aku melihatmu terburu-buru hari ini, dan tatapan khawatirmu itu, aku tau kau sedang dalam keadaan buruk. Kau kambuh, hyung. Dan hanya kekasih juga adikmu yang bisa memicu kecemasanmu, seperti itu kan yang kau ceritakan kepadaku?"
-_-_-_-
"Jiyoon, maafkan kebodohanku." Taehyung benar-benar menepati perkataannya. Seehi dan Jiyoon, kembali terikat.
"Kita hanya harus diam dan menunggu, Seehi. Aku sudah mengatakan itu berkali-kali." Jiyoon berbicara tanpa mau repot menoleh ke arah Seehi.
"Tapi kenapa kau juga ikut gila hari itu?" Seehi teringat dengan Jiyoon yang membantu membuat kamar yang mereka tempati berantakan.
"Aku hanya ingin bertemu Taehyung. Walaupun waktu itu aku lebih ingin memukulmu daripada membuat kamar ini berantakan. Tapi lihat kenyataannya, Taehyung kembali menatapku dengan pandangan itu. Dia masih mengkhawatirkan kondisiku, kau juga merasakan itu kan, Seehi?"Lidah Seehi kelu. Ingin sekali Seehi mengatakan yang sebenarnya. Taehyung yang diam-diam masuk ke kamar mereka hanya untuk mengecup dahi Jiyoon di malam hari saat Jiyoon terlelap, Taehyung yang sesekali terlihat berkaca setelah melontarkan kalimat pedas kepada Jiyoon, dan sikap Taehyung lainnya yang menurut Seehi terlalu pengecut.
Selama ini Seehi membaca semuanya, merasakan apapun di sekitarnya, mencoba mempelajari pola pikir apa yang si pengecut Taehyung dan si brengsek Jungkook pakai.
Salah satunya, tatapan cinta yang jelas terlihat saat Taehyung memandang Jiyoon."Kau tau? Aku bingung kenapa kau bisa terjebak dalam hubungan entah apa itu namanya, dengan Taehyung yang pengecut atau bahkan Jungkook yang brengsek itu...
Tapi yang perlu kau tau, dia mencintaimu, Jiyoon. Kim Taehyung sangat mencintaimu, sangat."
---
"Kau dengar itu, hyung?" Jungkook memandang Taehyung yang memejamkan matanya erat.
"Aku memang pengecut, Jung."
"Dan aku brengsek, begitu hyung?" Jungkook terkekeh.Sampai dering ponsel milik salah satu dari mereka berbunyi, tanda pesan masuk.
"Buka pintu!" Hanya itu.
Jungkook memandang layar ponselnya dengan kening mengerut."Orang gila mana yang mengirimku pesan semacam ini?" Jungkook memperlihatkan pesan singkat di ponselnya kepada Taehyung.
Taehyung mendengus dan bergegas menuju pintu.
"Yakk aku tidak menyuruhmu, hyung." Suara Jungkook mengecil setelah Taehyung berhasil membuka pintu."Siapa kau?" Jungkook menghampiri Taehyung yang juga bingung menatap tamu tak diundang di hadapan mereka ini.
"Goo Hana. Yang identitasnya pernah kalian curi. Kalian ingat?" Taehyung kaget dan dengan cepat menoleh ke arah Jungkook.
"Kau, kenapa bisa?..." Jungkook memandang wanita di hadapannya dengan tidak percaya."Aku masih hidup. Kembalikan semua yang pernah kalian curi dariku, bedebah."
Come Out of Hiding -end-
Next?
First story nih :)...
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan, Terima kasih. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
EVADERE
Fanfiction"Apa harapan terbesarmu sekarang?" -Anonym- "Berdiri di masa lalu. Jika itu terjadi, dengan senang hati aku akan mengubah sudut pandangku kala itu. Hanya duduk di bangku penonton, tanpa berperan di dalamnya." -Lee Seehi- Kehidupan seorang Lee Seehi...